Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja makin meningkat dan menjadi masalah. Terdapat dua faktor yang

mendasari perilaku seks pada remaja. Pertama, harapan untuk kawin dalam usia yang relatif muda (20 tahun) dan kedua makin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksual, remaja terutama remaja di perkotaan yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah dimana pada akhirnya memberikan dampak pada terjadinya penyakit hubungan seksual dan kehamilan diluar perkawinan pada remaja. (Ida Bagus Gde Manuaba) Menurut badan koordinasi Keluarga Berencana nasional (BKKBN) usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam 3 hal yaitu kesiapan fisik, mental/emosi/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi. Secara umum seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa

dijadikan pedoman kesiapan fisik. (bkkbn.go.id.2005) Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun (menurut WHO dan Depkes) atau 10-24 tahun (Menurut UNFA) dan belum

menikah. Survey BKKBN (2003), menunjukkan bahwa jumlah remaja putri berusia 15 tahun yang menikah mencapai 75 % dari seluruh jumlah remaja Indonesia yang ada saat ini (www.pikas.bkkbn.go.id, 26/7/04). Besar kemungkinan saat ini presentasenya sudah meningkat. Namun tidak semua remaja melakukan aktifitas seksual atas dasar suka sama suka, banyak juga yang melakukan karena dipaksa. Kondisi ini umumnya dialami oleh remaja putri misalnya dipaksa orang tuanya untuk menikah di usia muda. Umumnya karena alasan kebiasaan adat. Di beberapa daerah, masih ada anggapan bahwa semakin muda seorang remaja putri berhasil dikawinkan oleh orang tuanya, berarti ia berkualitas karena mempunyai nilai jual yang tinggi. Namun tidak tertutup kemungkinan juga karena alasan ekonomi. Remaja putri dari keluarga miskin, biasanya tidak bisa mengecap sekolah, ia menganggur di rumah. Itulah sebabnya ia tidak bisa berbuat banyak bila diminta oleh orang tuanya untuk segera menikah, bahkan mungkin ia merasa telah mengurangi beban orangtuanya. Kawin muda usia merupakan jalan keluar dari kemiskinan. (www.bkkbn.go.id. 2010) Perempuan yang melakukan seks di usia muda, hamil, melahirkan, dan menjalani kehidupan berumah tangga memiliki dampak buruk, utamanya untuk kesehatan repoduksinya. Beberapa diantaranya dampak yang timbul akibat seks diusia muda, hamil dan bersalin yaitu meningkatkan resiko kematian ibu saat melahirkan, menimbulkan komplikasi kehamilan,

menyebabkan putus sekolah, jika remaja mengalami MBA/kecelakaan perasaannya akan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, dan lingkungan masyarakat, tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matur menimbulkan abortus, dan persalinan prematur, saat persalinan sering membutuhkan tindakan operatif, janin dalam rahim mengalami kelainan kogenital, dan bayi berat lahir rendah, serta meningkatkan kematian maternal dan perinatal. Masih tingginya angka seks di usia muda ini, disebabkan karena kesehatan reproduksi dianggap sebagai hal yang tabu. Keterbukaan antara orang tua, guru, dan murid di dalam membahas kesehatan reproduksi

sangatlah penting, dan diperlukan pendidikkan seks pada remaja agar tidak terajadi seks di usia muda. Berdasarkan data statistik Provinsi Sulawesi Barat jumlah penduduk tahun 2010 yaitu 1.158.651 jiwa dan kabupaten Polewali Mandar jumlah penduduk 396.120 jiwa, dengan jumlah perempuan berusia 15-19 tahun yaitu 203.012 jiwa dan laki-laki berusia 15-19 tahun 193.108 jiwa. Jumlah siswa siswi SMA negeri 2 polewali 557 orang, dengan jumlah siswa lakilaki 237 orang dan siwa perempuan 320 orang. Pemilihan penelitian dikarenakan letak geografis SMA negeri 2 yang terletak di perkotaan dimana arus globalisasi , dan kemajuan teknologi menjangkau, yang kadang memicu pergaulan bebas dan seks diluar nikah. Sehingga peneliti menganggap perlunya untuk mengetahui bagaimana

tingkat pengetahuan siswi tentang usia reproduktif sehat. Jika remaja putri mengetahui tentang usia reproduksi sehat maka kemungkinan tidak akan terjadi kawin di usia muda, mengingat resikonya yang buruk. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis mengambil judul dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas XI IPS Dan Kelas XI IPA tentang Usia

Reproduksi Sehat Di SMA Negeri 2 Polewali

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah yang akan di teliti adalah bagaimana Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas XI IPS dan Kelas XI IPA tentang Usia

Reproduksi Sehat di SMA Negeri 2 polewali

1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui gambaran pengetahuan siswi kelas XI IPS dan kelas XI IPA tentang usia reproduksi sehat di SMA Negeri 2 polewali.

1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang pengertian dari masa reproduksi sehat 1.3.2.2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang tentang dampak dari melakukan seks dibawah usia reproduksi 20 tahun 1.3.2.3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang tentang dampak pernikahan dibawah usia reproduktif tahun 1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang usia reproduktif sehat sehingga dapat menurunkan angka kejadian seks, perkawinan, kehamilan, dan persalinan di bawah usia reproduksi sehat. 1.4.2. Manfaat Praktisi 1.4.2.1. Bagi Remaja Putri : Untuk memberikan informasi tentang Usia Reproduktif sehat 1.4.2.2. Bagi Masyarakat : untuk memberikan informasi tentang resiko seks, pernikahan, kehamilan dan persalinan di usia remaja, untuk memberikan informasi tentang usia 20

pernikahan, kehamilan, dan persalinan yang baik/tidak beresiko.

1.4.2.3. Bagi Peneliti Lain : dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian 1.4.2.4. Bagi Institusi : Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai Kesehatan Reproduktif

Anda mungkin juga menyukai