Anda di halaman 1dari 6

Nama : Elsa Mariane Ramadani NIM : 1002101030025

Kelas : C

BATASAN IMUNOLOGI
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. KONSEP DASAR IMUNOLOGI Sistem Imunitas Tubuh Sistem imun merupakan semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan. Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh tergantung dari kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan bahan asing tersebut dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, sistem limfatik, serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan sumsum tulang (organ limfoid primer ), dan limpa, kelenjar limfe dan mukosa ( organ limfoid sekunder ), dan dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-masing. Pembagian Sistem Imun Terdapat 2 sistem imun yaitu sistem imun nonspesifik dan spesifik yang mempunyai kerja sama yang erat dan yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain, sistem imun ini semuanya terdiri dari bermacam-macam sel leukosit ( sel darah putih ). Sistem imun nonspesifik, disebut demikian karena telah ada dan berfungsi sejak lahir dan merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, serta dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sel-selnya terdiri dari sel makrofag, sel NK ( Natural Killer ) dan sel mediator.

I.

II.

Gambar 1. Mekanisme kerjan respon imun non-spesifik dan proses fagositosis. Sistem imun spesifik, membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya atau dengan kata lain sistem ini dapat menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh yang sudah dikenal sebelumnya ( spesifik ). Selselnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B. Respon Imun Non-Spesifik natural / innate / alamiah pertahanan terdepan = primer untuk semua mikroorganisme komponen terbentuk sejak lahir fisik,mekanik,biokimia,humoral,sel sel utama : fagosit, sel nk, sel k molekul : lisozim,komplemen,crp,ifn Respon Imun Spesifik adaptif / acquired / didapat memori = sekunder sp untuk mikroorganisme yang merangsang komponen terbentuk terhadap ag humoral,seluler sel utama : limfosit molekul : antibodi, sitokin

Sistem imun spesifik terdiri dari sel limfosit , merupakan kunci pengontrol sistem imun. Sebetulnya sistem ini dapat bekerja sendiri tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Terdapat 2 macam yaitu: sistem imun spesifik humoral ( sel B ), menghasilkan antibodi yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler virus dan bakteri. sistem imun spesifik seluler ( sel T ) untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. 1. Respon imun humoral. Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel B mengalami pematangan dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang di timus. Fase pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen. Dan fase kedua adalah fase dependen antigen, sel B berinteraksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampu mengeluarkan antibodi.

2. Respon imun seluler (cell-mediated immunity/cmi) Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Selsel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran asing. Baik sel CD4 dan CD8 menjalani pendidikan timus di kelenjar timus untuk belajar mengenal fungsi. Fungsi utama imunitas selular adalah : 1. Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik. 2. Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan. 3. Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat. 4. Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian sel. Fungsi sistem imun dalam kehidupan yaitu : 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh 2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan. 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal 4. Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti bakteri, virus, parasit, jamur, sel kanker, dll. Fungsi ini sangat penting, karena harus bisa membedakan mana kawan ( bakteri yang menguntungkan dan sel tubuh yang baik ) mana lawan ( virus, bakteri jahat, jamur, parasit, radikal bebas dan sel-sel yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker ) dan mana yang orang biasa ( alergen, pemicu alergi ) 5. Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing ituSistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu ( rupa & rumus kimiawi antibodi yang digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam Transfer Factor tubuh ) sehingga bisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa depan. III. Lintas Arus Sel Limfosit Sel limfosit berdiferensiasi dan menjadi matang di organ limfoid primer untuk kemudian masuk dalam sirkulasi darah. Sel B diproduksi dan menjadi matang dalam sumsum tulang sebelum masuk dalam darah dan organ limfoid sekunder. Prekusor sel T meninggalkan sumsum tulang, menjadi matang dalam timus sebelum bermigrasi ke organ limfoid sekunder. Limfosit yang sudah ada dalam organ limfoid sekunder tidak tinggal di sana, tetapi bergerak dari organ limfoid yang satu ke organ limfoid yang lain, saluran dalam sistem limfatik dan darah. Dari sirkulasi limfosit memasuki organ limfoid sekunder atau ronggarongga organ dan kelenjar limfe. Resirkulasi tersebut terjadi terus menerus. Keuntungan dari resirkulasi limfosit tersebut ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi alamiah, akan banyak limfosit berpapasan dengan antigen asal mikroorganisme. Keuntungan lain dari resirkulasi limfosit ialah bahwa bila ada organ limfoid misalnya limpa yang defisit limfosit karena infeksi, radiasi atau trauma, limfosit dari jaringan limfoid lainnya melalui sirkulasi akan dapat dikerahkan ke dalam organ limfoid tersebut dengan mudah. Hanya iradiasi yang

mengenai seluruh tubuh akan dapat menghentikan pertumbuhan sel sistem imun seluruhnya. Pada keadaan normal ada lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui kelenjar limfe, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar limfe akan berhenti sementara. Sel yang spesifik terhadap antigen ditahan dalam kelenjar limfe untuk menghadapi antigen tersebut dan hal ini akan menimbulkan kelenjar bengkak yang sering terjadi pada infeksi. IV. Sitokin atau Interleukin Pada reaksi imunologik banyak substansi yang bekerja serupa hormon yang dilepaskan oleh sel leukosit, yang berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur respon imunologi lokal maupun sistemik terhadap rangsangan dari luar. Substansi tersebut secara umum dikenal dengan nama sitokin, yang kemudian pada tahun 1979 nama yang disepakati adalah interleukin ( IL ) yang berarti adanya komunikasi antar sel leukosit. Sitokin yang diproduksi dan bekerja sebagai mediator pada imunitas nonspesifik misalnya IFN ( interferon ), TNF ( Tumor Necrotic Faktor ) dan IL-1 sedang yang lainnya terutama berperanan pada imunitas spesifik. Pada yang akhir sitokin bekerja sebagai pengotrol aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel. Produksi sel sistem imun dikontrol oleh sitokin yang juga mengatur hematopoiesis yang secara kolektif disebut Colony Stimulating Factor ( CSF ). Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interseluler yang sangat poten. Dewasa ini lebih dari 100 jenis sitokin yang sudah diketahui. PERKEMBANGAN IMUNOLOGI a. Konsep baru sistem imun Pandangan sekarang: sistem imun tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan tubuh tetapi sistem imun juga sebagai organ sensor seperti susunan saraf pusat ,yang bekerja sama dengan sistem neuroendokrin untuk mempertahankan homeostasis. Sebelum menjadi konsep baru teori ini dinyatakan dalam bentuk hipotesis oleh Husband (1995 ). Hal ini disebabkan adanya fakta-fakta yang menunjang /mendukung hipotesis tersebut yaitu, bahwa sekitar 100 tahun yang lalu ilmuwan fisiologi dari Perancis yaitu Claude Bernard mengobservasi tentang La fixite du milieu interieur est la condition de la vie libre. Selanjutnya oleh ilmuwan fisiologi dari Amerika yaitu Walter B Cannon ( 1939 ), diterjemahkan sebagai homeostasis yang kemudian didefinisikan sebagai suatu proses fisiologi di dalam tubuh yang diperantarai oleh sistem saraf pusat untuk mengontrol pergerakan dan komposisi cairan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan, pemanfaatan energi dan menjaga agar suhu tubuh tetap konstan, yang kemudian sering disebut sebagai aktivitas untuk bertahan atau cybernetics. Untuk menguji kebenaran dari hipotesis tersebut di atas maka ditetapkan 3 kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Harus ada regulasi antara sistem imun dan sistem saraf pusat, karena sistem saraf pusat ini merupakan mediator pada proses homeostasis. 2. Interaksi antara ke 2 sistem tersebut harus berlangsung 2 arah. 3. Regulasi dari sistem imun juga harus berpengaruh pada proses fisiologi lainnya. b. Regulasi sistem imun dan sistem neuroendokrin Ada bukti-bukti yang menunjukkan Susunan Saraf Pusat berpengaruh atas fungsi sistem imun baik langsung atau tidak langsung melalui sistem endokrin atau hormon, yaitu: Inervasi jaringan limfoid: Timus, limpa dan kelenjar limfe menerima inervasi simpatetik non adrenergik yaitu mengontrol aliran darah melalui jaringan limfoid, jadi pasti akan

mempengaruhi arus lintas limfosit (sistem imun spesifik).Pituitrin/aksis Adrenal: Stres dapat mempengaruhi penglepasan hormon adrenokortikotropik ( ACTH ) dari pituitrin. Hal ini akan melepas glukokortikoid yang bekerja imunosupresif. Juga limfosit memproduksi steroid sebagai respon terhadap corticotrophin-releasing factor, dan medula adrenal melepas katekolamin yang dapat mengubah gambaran migrasi leukosit dan respon limfosit. Endokrin dan regulasi neuropeptida: limfosit memiliki reseptor terhadap banyak hormon seperti insulin, tiroksin, growth hormon dan somastostatin. Hormon-hormon tersebut dilepas selama stres, memodulasi fungsi sel T dan B yang kompleks yang tergantung dari kadar mediator. c. Interaksi antara sistem imun dan neuroendokrin harus berlangsung 2 arah. Hormon dan neurotransmiter merupakan messenger molekul dari sistem neuroendokrin ke sistem imun apabila ada perubahan dari lingkungan misalnya stres, sebaliknya sitokin berfungsi serupa pada sistem imun terhadap sistem neuroendokrin apabila ada infeksi mikroorganisme ( antigen ), buktinya: Tikus C57/BL adalah jenis yang resisten terhadap infeksi parasit protozoa Leishmania major, untuk itu diperlukan sistem imun spesifik seluler berupa dikeluarkanya substansi sitokin berupa IL-2 (Interleukin 2 ) dan IFN- ( Interferon ) oleh sel limfosit T. Dan ternyata tikus ini adalah jenis yang menunjukkan respon yang rendah terhadap hormon kortikosteroid. Sebaliknya tikus BALB/c sangat peka terhadap infeksi parasit ini karena ternyata jenis tikus ini menunjukkan respon yang tinggi terhadap hormon kortikosteroid. Padahal hormon ini justru menyebabkan tertekannya sistem imun seluler, sehingga tidak terbentuk substansi sitokin ( IL-2 dan IFN- ) . d. Pengaruh terhadap proses fisiologi lainnya akibat aktivasi sistem imun Adanya respon akut yang ditunjukkan berupa kerusakan jaringan setelah terjadinya infeksi sebetulnya merupakan manifestasi dari tubuh dalam rangka mencapai homeostasis. Setelah infeksi maka sistem imun akan teraktivasi dan akan melepaskan substansi sitokin seperti IL-1, IL-6 dan Interferon.Ternyata sitokin-sitokin ini dengan sistem saraf pusat sebagai mediator, menghasilkan gejala klinis yang bersifat fisiologis. Misalnya IL-1 dan IL-6 menyebabkan demam dan tidak ada nafsu makan, bahkan IL-6 menyebabkan kelumpuhan dan depresi, begitu juga dengan interferon dapat menyebabkan demam. anoreksia dan vomiting. Semua jenis respon tersebut di atas sering disebut sickness behaviour, dan sesungguhnya karena gejala-gejala seperti inilah yang menyebabkan imunoterapi menggunakan sitokin sering dihindari. Dari penjelasan diatas yang didukung oleh data empiris ,maka hipotesis itu diterima sebagai konsep baru dari sistem imun. Tetapi dalam hal ini konsep yang lama tentang sistem imun tidak ditinggalkan, karena pada dasarnya konsep baru tersebut hanya sebagai pengembangan konsep lama. Kemudian sesuai dengan ciri-ciri spesifik dari pengetahuan maka dari hasil penelitian tersebut manusia berusaha untuk memanfaatkannya, atau sering dikatakan bahwa dengan ilmu manusia mencoba memanipulasi dan menguasai alam, yaitu dengan cara memanipulasi sistem imun dengan pemberian hormon atau sitokin untuk pengobatan atau imunoterapi. Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam jumlah besar. Sesuai dengan peranan biologiknya, maka sitokin dapat digunakan sebagai sebagai pengganti komponen sistem imun yang defisien atau untuk mengerahkan sel-sel yang diperlukan dalam menanggulangi defisiensi imun, merangsang sel sistem imun dalam respons terhadap tumor, infeksi virus atau bakteri yang berlebihan. Antisitokin telah digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan pada keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif. Terapi hormon juga banyak dilakukan pada manusia, tetapi untuk hewan hal ini sering memberikan efek

samping tidak baik bagi manusia, terutama ternak yang dagingnya dikonsumsi manusia berupa residu hormon.

KEPUSTAKAAN Anonymous,2010.imunologi.Http://Www.Scribd.Com/Doc/53184635/IMUNOLOGI Anonymous,2011.imunologi.Http://Www.Docstoc.Com/Docs/36885957/IMUNOLOGI-II Anonymous,2011.konsepdasarimunologi.Http://Anidesnita.Blogspot.Com/2011/11/KonsepDasar-Imunologi.Html Anonymous,2012.antigen.Http://Kutukuliah.Blogspot.Com/2012/01/Antigen.Html Anonymous,2012.imunologi.Http://Alaskawruh.Blogspot.Com/2012/01/Imunologi.Html Anonymous,2012.dasar-dasarimunologi.Http://Www.Docstoc.Com/Docs/7098240/DASAR-DASARIMUNOBIOLOGI Anonimous,2012.fungsi utama system imun spesifik dan jalur komplemen yang berperan. http://www.scribd.com/doc/15566317/Fungsi-Utama-Sistem-Imun-Spesifik-SelulerDan-Jalur-Komplemen-Yang-Berperan Anonymous,2012.sistem imun spesifik seluler.http://blog.ub.ac.id/cdrhfitria /2012/09/19 /sistem -imun-spesifik-seluler/

Anda mungkin juga menyukai