Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN INKLUSIF

Kamis, 17 Mei 2012


PAYAKUMBUH KOTA INKLUSI
C. Pendidikan Inklusi: Pengenalan Konsep Latar Belakang. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, pendidikan inklusi merupakan konsekuensi lanjut dari kebijakan global Education or !ll "Pendidikan untuk Semua# $ang dicanangkan oleh %&ESC' ())*. Kebijakan Education or !ll itu sendiri merupakan upa$a untuk me+ujudkan hak asasi manusia dalam pendidikan $ang dicanangkan dalam ,eklarasi %ni-ersal .ak/.ak !sasi 0anusia ()1). Konsekuensi logis dari hak ini adalah bah+a semua anak memiliki hak untuk menerima pendidikan $ang tidak diskriminati atas dasar hambatan isik, etnisitas, agama, bahasa, jender dan kecakapan. Pendidikan inklusi $ang dideklarasikan dalam Kon erensi ,unia tentang Pendidikan untuk "0ereka 2ang 0embutuhkan# Kebutuhan Khusus di Salamanca, Span$ol, ())1, dan diperteguh dalam 3orum Pendidikan ,unia di ,akar, Senegal, 4***, merupakan suatu pendekatan $ang berusaha memenuhi kebutuhan belajar semua anak, pemuda dan orang de+asa dengan okus khusus pada mereka $ang termarjinalisasikan dan tersisihkan. ,ari tahun ke tahun, jumlah $ang termarjinalisasikan dan tersisihkan tern$ata tidak berkurang, bahkan terus bertambah. Pada tahun 4*** diperkirakan ada sekitar ((5 juta anak usia sekolah dasar $ang tidak masuk sekolah, )* 6 dari mereka hidup di negara/negara dengan pendapatan rendah dan menengah rendah dan lebih dari 7* juta anak tinggal di ! rika "%&ESC', 4**5#. ,e enisi Pendidikan Inklusi. Pendidikan inklusi adalah sebuah proses $ang memusatkan perhatian pada dan merespon keanekaragaman kebutuhan semua peserta didik melalui partisipasi dalam belajar, buda$a dan komunitas, dan mengurangi ekslusi dalam dan dari pendidikan "%&ESC', 4**5#. Pendidikan inklusi mengakomodasi semua peserta didik tanpa mempertimbangkan kondisi isik, intelektual, sosial, emosional, linguistik mereka dan kondisi lainn$a. Ini berarti mencakup anak $ang cacat dan berbakat, anak jalanan dan $ang bekerja, anak dari penduduk terpencil dan nomadik "berpindah/pindah#, anak dari kelompok minoritas bahasa, etnis atau buda$a, dan anak dari kelompok atau +ila$ah $ang termarjinalisasikan lainn$a. Sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan sarana $ang sangat e ekti untuk memberantas diskriminasi, menciptakan mas$arakat $ang hangat relasin$a, membangun mas$arakat inklusi , dan mensukseskan pendidikan untuk semua "%&ESC', ())18 %&ESC', 4**5#.Pendidikan inklusi bertujuan memungkinkan guru dan peserta didik merasa n$aman dalam keragaman, dan memandang keragaman bukan sebagai masalah, namun sebagai tantangan dan penga$aan bagi lingkungan belajar "%&ESC', 4**5#. Semua karakteristik pendidikan inklusi di atas berimplikasi pada perubahan dan modi ikasi pada materi, pendekatan, struktur dan strategi, dengan suatu -isi umum $ang mengko-er semua peserta didik dan suatu pengakuan atau kesadaran bah+a menjadi tanggung ja+ab sistem reguler untuk mendidik semua peserta didik "%&ESC', 4**5#. Pentingn$a Pendidikan Inklusi. Pendidikan inklusi adalah hak asasi manusia, di samping merupakan pendidikan $ang baik dan dapat menumbuhkan rasa sosial.Itulah ungkapan $ang dipakai untuk menggambarkan pentingn$a pendidikan inklusi. !da beberapa argumen di balik pern$ataan bah+a pendidikan inklusi merupakan hak asasi manusia: "(# semua anak memiliki

hak untuk belajar bersama8 "4# anak/anak seharusn$a tidak dihargai dan didiskriminasikan dengan cara dikeluarkan atau disisihkan han$a karena kesulitan belajar dan ketidakmampuan mereka8 "5# orang de+asa $ang cacat, $ang menggambarkan diri mereka sendiri sebagai penga+as sekolah khusus, menghendaki akhir dari segregrasi "pemisahan sosial# $ang terjadi selama ini8 "1# tidak ada alasan $ang sah untuk memisahkan anak dari pendidikan mereka, anak/ anak milik bersama dengan kelebihan dan keman aat untuk setiap orang, dan mereka tidak butuh dilindungi satu sama lain "CSIE, 4**9#. !dapun alasan/alasan di balik pern$ataan bah+a pendidikan inklusi adalah pendidikan $ang baik: "(# penelitian menunjukkan bah+a anak/anak akan bekerja lebih baik, baik secara akademik maupun sosial, dalam setting $ang inklusi 8 "4# tidak ada pengajaran atau pengasuhan dalam sekolah $ang terpisah:khusus $ang tidak dapat terjadi dalam sekolah biasa8 "5# dengan diberi komitmen dan dukungan, pendidikan inklusi merupakan suatu penggunaan sumber/ sumber pendidikan $ang lebih e ekti . ,an argumen/argumen dibalik pern$ataan bah+a pendidikan inklusi dapat membangun rasa sosial: "(# segregasi "pemisahan sosial# mendidik anak menjadi takut, bodoh, dan menumbuhkan prasangka8 "4# semua anak membutuhkan suatu pendidikan $ang akan membantu mereka mengembangkan relasi/relasi dan men$iapkan mereka untuk hidup dalam arus utama8 dan "5# han$a inklusi $ang berpotensi untuk mengurangi ketakutan dan membangun persahabatan, penghargaan dan pengertian "CSIE, 4**9#. Pertimbangan 3iloso is. Pertimbangan iloso is $ang menjadi basis pendidikan inklusi paling tidak ada tiga. Pertama, cara memandang hambatan tidak lagi dari perspekti peserta didik, namun dari perspekti lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah harus memainkan peran sentral dalam trans ormasi hambatan/hambatan peserta didik.Kedua, perspekti holistik dalam memandang peserta didik.,engan perspekti tersebut, peserta didik dipandang mampu dan kreati secara potensial.Sekolah bertanggung ja+ab untuk menciptakan lingkungan di mana potensi/potensi tersebut berkembang.Ketiga, prinsip non/segregasi.,engan prinsip ini, sekolah memberikan pemenuhan kebutuhan kepada semua peserta didik.'rganisasi dan alokasi sumber harus cukup leksibel dalam memberikan dukungan $ang dibutuhkan kelas. 0asalah $ang dihadapi peserta didik harus didiskusikan terus menerus di antara sta sekolah, agar dipecahkan sedini mungkin untuk mencegah munculn$a masalah/masalah lain "%&ESC', 4**5#. Langkah/langkah menuju Inklusi 2ang &$ata. !da tiga langkah penting menuju inklusi $ang n$ata: komunitas, persamaan dan partisipasi. Semua sta $ang terlibat dalam pendidikan merupakan suatu komunitas $ang memiliki -isi dan pemahaman $ang sama tentang pendidikan inklusi, baik konsep dan pentingn$a maupun dasar/dasar iloso is. Setiap anggota komunitas memiliki persamaan "hak $ang sama#, dan;karena itu;sama/sama berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan inklusi, sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai e-aluasin$a. ,alam pendidikan inklusi, sistem sekolah tidak berhak menentukan tipe peserta didik, namun sebalikn$a sistem sekolah $ang harus men$esuaikan untuk memenuhi kebutuhan semua peserta didik.<erkait dengan ini, ada ungkapan bah+a komunitas "semua sta $ang terlibat dalam pendidikan inklusi# =melampaui dan di atas> "o-er and abo-e# kurikulum "%&ESC', 4**5#. ,. Sekolah S$ariah: Perspekti Pendidikan Islam dan Pendidikan Inklusi 2ang dimaksud dengan sekolah s$ariah di sini adalah sebuah program pendidikan dengan okus perhatian pada ino-asi kurikulum $ang sedang dirintis dan dikembangkan S, 0uhammadi$ah Program Khusus Kotta Barat, Surakarta sejak 4***. Ino-asi kurikulum berorientasi kepada pendidikan $ang ramah kepada semua anak di ba+ah naungan ketauhidan;dalam makna menegasikan dikhotomi antara ilmu dan agama;sebagai solusi terhadap kritik $ang sering

ditujukan kepada dunia pendidikan selama ini, $aitu pendidikan sekolah $ang prosesn$a diibaratkan penjara $ang membatasi bahkan menghalangi perkembangan itrah dan kreati-itas anak dan produkn$a $ang cenderung sekularistik "lihat dokumen sekolah#. ,alam kesempatan ini, sekolah s$ariah akan dikaji dalam perspekti pendidikan Islam dan pendidikan inklusi sebagaimana $ang telah dijelaskan di muka. Kajian dapat berbentuk e-aluasi/kritis atau normati /direksional.Kajian e-aluasi/kritis memerlukan pras$arat berupa pengetahuan $ang memadai tentang objek kajian, $aitu program sekolah s$ariah.&amun, karena keterbatasan in ormasi tentang program tersebut, han$a sedikit dari uraian berikut $ang bersi at e-aluasi/ kritis.Selebihn$a lebih bersi at normati /direksional, memuat rambu/rambu atau tantangan $ang terlahir dari konsep pendidikan Islam dan konsep pendidikan inklusi $ang dapat menjadi arah atau pedoman dalam mengembangkan program sekolah s$ariah. &amun, mendahului uraian tersebut akan dikaji terlebih dahulu kemungkinan titik singgung antara pendidikan Islam dan pendidikan inklusi. <itik Singgung Pendidikan Islam dan Pendidikan Inklusi.!da beberapa titik singgung $ang dapat teridenti ikasi.Pertama, pendidikan sebagai ke+ajiban:hak. ,alam perspekti Islam pendidikan merupakan ke+ajiban pras$arat, baik untuk memahami ke+ajiban Islam $ang lain maupun untuk membangun kebuda$aan:peradaban, sementara dalam perspekti inklusi pendidikan merupakan hak asasi manusia. Pern$ataan pendidikan sebagai hak atau ke+ajiban bukan sesuatu $ang perlu diperdebatkan karena perbedaan han$a terletak pada sudut pandang terhadap substansi $ang sama: =pendidikan sebagai hak> lebih antroposentris dan =pendidikan sebagai ke+ajiban> lebih teosentris. Kedua, prinsip pendidikan untuk semua.<itik singgung kedua ini merupakan implikasi dari titik singgung pertama. Pendidikan inklusi, seperti telah dijelaskan, merupakan implikasi dari prinsip =pendidikan sebagai hak asasi manusia> $ang penerjemahann$a dalam kebijakan global ())* menjadi =pendidikan untuk semua>, sementara pendidikan Islam secara historis di masa peradaban klasik telah mem asilitasi lingkungan $ang kondusi bagi =pendidikan untuk semua> melalui pembentukan tradisi melek huru . Ketiga, prinsip non/segregasi. <itik singgung ketiga ini merupakan implikasi lain dari titik singgung pertama. ,engan memandang pendidikan sebagai ke+ajiban:hak asasi manusia, maka setiap manusia tidak boleh termarjinalisasikan dan tersisih dalam memperoleh la$anan pendidikan.Keempat, perspekti holistik dalam memandang peserta didik.Baik pendidikan Islam maupun pendidikan inklusi berupa$a menumbuh/ kembangkan kepribadian manusia dengan mengakui segenap da$a dan potensi $ang dimiliki peserta didik. Kelima, cara memandang hambatan $ang lebih berorientasi pada aktor eksternal. <itik singgung kelima ini implikasi dari titik singgung keempat dan pertama.Karena segenap da$a dan potensi peserta didik +ajib:berhak ditumbuh/kembangkan, maka aktor eksternal "lingkungan sekolah# harus memainkan peran sentral dalam trans ormasi hambatan/hambatan peserta didik..ambatan belajar tidak lagi terletak pada diri peserta didik. Sekolah S$ariah: Perspekti Pendidikan Islam. Bila program sekolah s$ariah dimaksudkan sebagai ino-asi kurikulum $ang berorientasi kepada pendidikan $ang ramah kepada semua anak di ba+ah naungan ketauhidan;dalam makna menegasikan dikhotomi antara ilmu dan agama, maka program sekolah s$ariah dapat dipandang sebagai terapan dari prinsip non/segregasi dan perspekti holistik dalam memandang peserta didik. <erapan prinsip non/segregasi dapat dilihat dalam proses pendidikan $ang ramah kepada semua anak. !dapun terapan $ang menonjol dari perspekti holistik sekaligus menjadi aktor pembeda dari ino-asi/ino-asi pendidikan Islam Indonesia $ang belakangan ini terjadi, adalah rancangan $ang sengaja untuk mempertemukan da$a nalar dan da$a d?ikr peserta didik dalam proses pembelajaran. Ino-asi $ang dilakukan tidak sekadar menambah pelajaran agama baik dalam bentuk kurikulum ormal "penambahan sejumlah

mata pelajaran agama# maupun kegiatan ko/kurikuler "seperti tah @dh !l/Aur>an dan shalat berjamaah# dan ekstra kurikuler $ang tetap tidak terintegrasi dengan mata pelajaran umum, sebagaimana terjadi pada ino-asi pendidikan melalui sekolah/sekolah =Islam terpadu> $ang = ullda$>, namun betul/betul mencoba mengintegrasikan a$at/a$at Bauli$ah "$ang bersumber dari !l/Aur>an dan:atau Sunnah# dan a$at/a$at kauni$ah "materi/materi ilmu pengetahuan alam CIP!D atau ilmu pengetahuan sosial CIPSD#. Setiap paket pembelajaran dalam mata pelajaran IP!, misaln$a, akan didahului kajian tentang a$at Bauli$ah sebelum kemudian masuk dalam kajian tentang a$at kauni$ah. Secara implisit, ino-asi ini telah mengangkat sesuatu $ang selama ini termarjinalisasikan atau tersisih dalam praktik dunia pendidikan, $aitu a$at Bauli$ah baik sebagai nilai maupun sebagai data a+al.Ino-asi kurikulum sekolah s$ariah mencoba mengintegrasikan data a+al dari a$at Bauli$ah dengan temuan/temuan keilmuan $ang telah diperoleh dari a$at kauni$ah, dan lebih dari itu mengintegrasikan pengetahuan dengan nilai. %ntuk ke depan, sebagai tantangan bagi pengembangan kurikulum s$ariah, integrasi pengetahuan dan nilai tidak berhenti pada dimensi taEl@m saja "pembelajaran kogniti #, tetapi berlanjut pada dimensi tarbi$ah "pendidikan moral# dan ta>d@b "pendidikan estetik dan spiritual# ;integrasi pengetahuan dan nilai "nalar dan iman# $ang memperkuat spirit penelitian dan pengembangan $ang terbuka, dan mengantarkan peserta didik menuju pengetahuan $ang tinggi, kemampuan $ang produkti , perilaku $ang bermoral dan estetik, pilihan hidup indi-idual $ang logis dan sehat, dan ke+arganegaraan $ang bertanggung ja+ab. <antangan lain $ang perlu didiskusikan bersama adalah penerapan prinsip =pendidikan sebagai ke+ajiban kemanusiaan> atau prinsip =pendidikan untuk semua> dalam rekrutmen sis+a/sis+a. Karena, bisa saja dalam praktik rekrutmen sis+a baru, $ang terjadi adalah penerimaan sis+a/ sis+a pilihan:unggul saja;apa pun kriteria $ang dipakai. Kalau ini terjadi, akan ada calon/calon sis+a $ang termarjinalisasikan dan tersisih. Bukankah ini berla+anan dengan prinsip =pendidikan sebagai ke+ajiban kemanusiaan> atau prinsip =pendidikan untuk semua>F <antangan $ang tidak kalah penting untuk diantisipasi adalah operasionalisasi cara memandang hambatan $ang lebih berorientasi pada aktor eksternal. Bila lingkungan sekolah harus memainkan peran sentral dalam trans ormasi hambatan/hambatan peserta didik, maka akan ban$ak terjadi perubahan;tidak sekedar modi ikasi;dalam materi, pendekatan, struktur dan strategi. Perubahan dalam materi "bahan belajar# telah dilakukan, sementara kebijakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran $ang ramah untuk semua peserta didik dapat dipandang sebagai langkah a+al antisipasi $ang tepat.Praktik dari kebijakan itu, seperti leksibilitas guru dalam strategi pembelajaran dan perlakuan terhadap sis+a, memerlukan ruang tidak saja diskusi tetapi juga terapann$a dalam arti $ang sebenarn$a karena berhadapan dengan tembok/tembok buda$a selama ini $ang terkesan lebih memenjarakan potensi dan kreati-itas sis+a. Sekolah S$ariah: Perspekti Pendidikan Inklusi. Secara e-aluati , dapatlah dikatakan bah+a kurikulum sekolah s$ariah ini melalui strategi penciptaan lingkungan $ang ramah untuk semua peserta didik merupakan terapan dari beberapa prinsip pendidikan inklusi, $aitu prinsip non/ segregasi dan prinsip perspekti holistik dalam memandang peserta didik.,engan lingkungan $ang ramah, setiap peserta didik diakui sesuai dengan da$a dan potensin$a dan memperoleh la$anan pendidikan tanpa perbedaan, disesuaikan dengan da$a dan potensin$a tersebut. <entang tantangan ke depan, karena ada beberapa titik singgung antara pendidikan Islam dan pendidikan inklusi, beberapa prinsip:norma pendidikan inklusi telah dibicarakan dalam kajian di atas tentang sekolah s$ariah dari perspekti pendidikan Islam, seperti operasionalisasi cara memandang hambatan $ang lebih berorientasi pada aktor eksternal $ang menuntut secara normati /direksional peran sentral sekolah dalam trans ormasi hambatan/hambatan peserta didik,

dan berimplikasi pada leksibilitas kurikulum, termasuk strategi pembelajarann$a. Sudah siapkah sekolah s$ariah membangun komunitas pendukung $ang melibatkan semua sta pendidikan, memiliki persamaan "hak $ang sama#, dan;karena itu;sama/sama berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan inklusi, sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai e-aluasin$aF Ini dipertan$akan karena komunitas, persamaan, dan partisipasi merupakan norma/norma direksional menuju inklusi $ang n$ata. <erkait dengan prinsip =pendidikan sebagai hak asasi manusia> atau =pendidikan untuk semua>, tantangan ke depan $ang harus di antisipasi adalah apakah sekolah s$ariEah akan dikembangkan dengan mengikuti norma =pendidikan inklusi> $ang mengakomodasi semua peserta didik tanpa mempertimbangkan kondisi isik, intelektual, sosial, emosional, linguistik mereka dan kondisi lainn$a. Ini berarti mencakup anak $ang cacat dan berbakat, anak jalanan dan $ang bekerja, anak dari penduduk terpencil dan nomadik "berpindah/pindah#, anak dari kelompok minoritas bahasa, etnis atau buda$a, dan anak dari kelompok atau +ila$ah $ang termarjinalisasikan lainn$a. ,iposkan oleh SLB &EGEHI CE&<EH P!2!K%0B%. di *):5I<idak ada komentar: Kirimkan Ini le+at EmailBlog<hisJBerbagi ke <+itterBerbagi ke 3acebook Beranda Langganan: Entri "!tom#

Arsip Bl !

K 4*(4 "(# o K 0ei "(#

P!2!K%0B%. K'<! I&KL%SI

Me"!e"ai Sa#a
SLB &EGEHI CE&<EH P!2!K%0B%. Lihat pro il lengkapku <emplate !+esome Inc..,iberda$akan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai