Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION) PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM KELAS XA SMA LAB UNDIKSHA SINGARAJA

Oleh : Gst Ayu Pt Wulan Amelia Putri Nunik Kurniawati Ni Putu Via Arisandi I Gusti Ayu Pratiwi I Made Budiyasa (1013031011) (1113031026) (1113031038) (1113031043) (1113031062)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan-pendekatan yang kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan formal yang mempunyai aturan-aturan jelas atau lebih dikenal dengan GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) sebagai acuan proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang berperan dalam keberhasilan seorang siswa, sehingga guru harus tepat dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Kimia merupakan salah satu cabang ilmu IPA yang berperan sangat esensial dalam perkembangan sains dan teknologi. Banyak siswa di sekolah memandang kimia sebagai bidang studi yang paling sulit karena materi yang ada dalam pembelajaran kimia sebagian besar bersifat abstrak. Padahal tanpa kita sadari kimia sering kita temukan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mata pelajaran kimia ini merupakan salah satu mata pelajaran yang sering di ujikan dalam UNAS. Oleh karena itu, kimia perlu diajarkan secara lebih mendalam pada siswa. SMA LAB UNDIKSHA kelas X berjumlah 10 kelas, dimana masing-masing kelas terdiri dari 30-35 siswa. SMA LAB UNDIKSHA mempunyai empat guru kimia yang semuanya sarjana pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia prestasi belajar siswa kelas XA masih rendah hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yang diperoleh pada semester ganjil yaitu 70 belum memenuhi KKM sekolah yaitu 75. Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran yang digunakan di SMA LAB UNDIKSHA adalah pembelajaran yang berpusat pada guru artinya selama pembelajaran berlangsung guru banyak memberikan ceramah tentang materi sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga dalam pembelajaran ini siswa jarang untuk mengemukakan pendapat (pasif). Padahal materi kimia sebagian besar bersifat abstrak sehingga proses pembelajaran yang digunakan ini dirasa perlu dilakukan perbaikan dengan tujuan agar siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, untuk membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran maka diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran yang dipandang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan untuk mengelompokkan kemampuan yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa secara aktif sehingga diharapkan siswa yang pandai akan membantu siswa yang kurang pandai karena dalam STAD siswa harus mempunyai tanggung jawab secara individu dan secara kelompok sehingga akan memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya. Sesuai dengan uraian di atas maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Students Teams Achievement Division) pada Pokok Bahasan Struktur Atom Kelas XA SMA LAB UNDIKSHA SINGARAJA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi Struktur Atom. B. Identifikasi Masalah Dalam proses pembelajaran pada materi stuktur atom sebagian besar siswa kelas XA SMA LAB UNDIKSHA mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi struktur atom. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut diakibatkan karena lemahnya pemahaman konsep siswa mengenai struktur atom, hal ini yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah dilihat dari hasil rata-rata semester ganjil siswa. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung kurang aktif, mereka malu bertanya dan mengeluarkan pendapat. Hal itu dikarenakan pembelajaran kimia di kelas XA masih berpusat pada guru, sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru belum terjalin selama proses pembelajaran. Seperti yang telah kita ketahui untuk membuat proses belajar menjadi lebih bermakna, dalam proses belajar mengajar seharusnya siswa lebih berperan aktif. Oleh karena itu, guru seharusnya menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang dipandang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas masalah mengenai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi struktur atom di kelas XA SMA LAB UNDIKSHA? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi struktur atom di kelas XA SMA LAB UNDIKSHA? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi struktur atom di kelas XA SMA LAB UNDIKSHA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar siswa pada materi struktur atom di kelas XA SMA LAB UNDIKSHA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Bagi Guru Akan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi dan mendapat tambahan wawasan serta keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Bagi Siswa Akan memperoleh pelajaran kimia yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk memperoleh nilai-nilai kimia yang sangat berguna bagi kehidupannya. 3. Bagi Sekolah Akan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

G. Deskripsi Teori 1. Pengertian Belajar Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252)

belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya. Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan sertamerta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Team Achivement Division) merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode ini sangat populer dikalangan para ahli pendidikan. Dalam metode STAD siswa dipasangkan secara merata yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4 5 orang. Skor kelompok diberikan berdasarkan atas prestasi anggota kelompoknya. Ciri-ciri yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerjasama. Pembelajaran

kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu : pengajaran kelas, belajar time tes atau kuis, scor peningkatan individu dan pengakuan kelompok (Slavin, 1995) : a. Pengajaran Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara klasikal dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan struktur atom. b. Belajar dalam tim Dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen sebanyak 4 5 orang. Hal ini dimaksudkan untuk saling menyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerjasama dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan. c. Tes Setelah siswa menerima pengajaran dari guru dan bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggungjawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelompoknya. Karena kegiatan pembelajaran ini terdiri dari 2 putaran, maka tes diberikan sebanyak 2 kali pada setiap akhir putaran. d. Peningkatan Individu Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretest yang dibentuk pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi perhitungan individu. Skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggungjawab terhadap skor anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan kelompok-kelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak atas hadiah atau penghargaan yang dijanjikan. Tabel 2.4. Langkah pemberian skor pembelajaran kooperatif STAD Langkah Langkah 1 Menetapkan Skor Dasar Perilaku siswa Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor awal

Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini

Langkah 3 Menghitung skor perkembangan

Hasil yang di dapat siswa dijumlahkan kemudian dibagi jumlahnya.

Tabel 2.5. Kriteria pemberian skor pembelajaran kooperatif STAD Kriteria Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 point hingga 1 poin di bawah skor dasar Skor dasar sampai 10 point di atasnya Lebih 10 point di atas skor dasar Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar) Sumber : (Slavin, 1995 : 80) Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah total nilai perkembangan semua anggota kelompok yang ada. Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh terdapat 3 tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok yaitu : 1) Kelompok dengan skor rata-rata 15 19 sebagai kelompok baik. 2) Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20 24 sebagai kelompok hebat. 3) Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25 30 sebagai kelompok super. 3. Keaktifan Siswa Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Menurut Moh User Usman (2002:26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut: a. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar 20 30 30 10 Skor Siswa 5

mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes c. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai d. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa. Menurut Lidgren (Moh User Usman, 2002:24) terdapat empat jenis interaksi dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai berikut: G G

Komunikasi satu arah. Gambar 1.a G

Ada balikan bagi guru. Tidak ada interaksi antara siswa. Gambar 1.b G

Ada balikan bagi guru, ada interaksi diantara siswa. Gambar 1.c

Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa yang lainnya Gambar 1.d

Komunikasi satu arah (gambar 1.a) merupakan komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif sebatas

mendengarkan komunikasi dari guru. Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa, tetapi tidak ada interaksi antar siswa. Interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa selama pembelajaran (gambar 1.b). Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya (gambar 1.c). Komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini interaksi sudah optimal selama proses pembelajaran (gambar 1.d). Jenis-jenis interaksi pembelajaran diatas menunjukkan derajat keaktifan siswa.

Anak panah menunjukkan arah komunikasi sehingga semakin banyak ruas garis berarah menunjukkan semakin tinggi interaksi siswa. Interaksi lebih tinggi ini

diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari

merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru. 4. Prestasi Belajar Belajar merupakan salah satu dasar untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami sehingga prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes yang diberikan. Menurut Saifudin Azwar (1998:45) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan secara optimal. Menurut Dalyono (2005:55) ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, dan motivasi, sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yaitu kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor dari lingkungan keluarga yaitu tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota orang tua. Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah belajar dan mengerjakan secara optimal yang diperoleh dari hasil tes individu. Perbedaan kemampuan belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari setiap siswa karena faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa juga berbeda-beda. 5. Materi Struktur Atom Struktur atom adalah susunan partikel dasar dalam atom. Atom sebagai partikel penyusun materi dapat menentukan sifat materi. Berukuran sangat kecil dan kita tidak sanggup untuk melihatnya. Sedangkan para ahli memperkirakan bentuk molekul dari berbagai percobaan dan fakta yang ada dengan suatu model. Kebenaran suatu model

atau teori atom tidak mutlak. Dalam perkembangannya model atau teori atom terus mengalami perbaikan dan penyempurnaan. H. Kerangka Berpikir Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi himpunan. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi himpunan dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong

kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi struktur atom kelas XA di SMA LAB UNDIKSHA. Keadaan Model pembelajaran masih berorientasi guru pada Tindakan Penjelasan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Refleksi siklus penerapan Evaluasi dari hasil model tentang model Hasil Akhir Peningkatan keaktifan belajar dilihat aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Evaluasi siswa dari

sehingga

siswa kurang aktif selama kegiatan

pembelajaran akibatnya prestasi

belajar siswa masih rendah.

mengenai model

Evaluasi

I. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir 1. Penerapan model pembelajaran koopertif tipe STAD dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa pada materi struktur atom kelas XA SMA LAB UNDIKSHA. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi struktur atom kelas XA SMA LAB UNDIKSHA. J.

Anda mungkin juga menyukai