Anda di halaman 1dari 1

Selasa, 20 Oktober 2009 BACAAN RENUNGAN PAGI

ORANG YANG MURAH HATINYA


“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” Matius 5 : 7.

Ucapan bahagia menunjukkan suatu perkembangan dalam memberikan gambaran. Dalam empat
gambaran pertama – yang miskin di hadapan Allah, yang berdukacita, yang lemah lembut, yang lapar
dan haus – penekanannya jatuh pada sikap. Merskipun dari sudut pandang dunia orang orang ini bukan
apa-apa, yang patah hati, yang kalah, dan tidak layak mendapat pandangan kedua, Allah memanggil
mereka “berbahagia.” Ia memberkati mereka karan mereka terbuka bagi Dia.

Dalam ucapan berbahagia ketiga berikutnya kita melihat suatu perkembangan dari sikap menuju
tindakan, dari apa adanya kepada melakukan. Di mana keempat pertama menggambarkan jenis orang
yang bisa menerima berkat Mesias, ketiga ini mulai menggambarkan bagaimana orang-orang semcaram
itu akan hidup didunia.

Pertama-tama, warga kerajaan Yesus itu adalah orang yang murah hatinya. Kata itu, yang kuat,
mengandung arti tindak kebaikan dan keluwesan, seperti pada perbuatan kepedulian orang Samaria
yang baik hati (Lukas 10:25-37). Menjadi murah hati berarti lebih dari sekedar sifat memaafkan; ini
artinya pergi ke mana orang lain pergi – orang-orang yang memerlukan bantuan, orang yang terluka,
orang-orang yang putus asa. Ini artinya pergi kepada mereka dan membawa pengharapan dan
kebaikan. Orang yang murah hati itu bermurah hati karena mereka melakukan kemurahan hati.

Kita tidak bisa menjadi warga kerajaan Yesus dan hidup sebagai petapa atau biarawan,
mengasingkan diri dari dunia dan kebutuhannya. Suatu kali saya mengunjungi sebuah kuil dengan ukir-
ukir batu dari suatu agama kuno. Ke dalam tempat peristirahatan ini manusia mengasingkan diri dari
dunia untuk menghabiskan hari-hari mereka merenungkan teka-teki keberadaan manusia. Mereka
menjalani hidup tidak menikah, berdoa, dan penyangkalan diri dalam sebuah lubang batu. Tetapi di
dalam ruang pertemuan terdapat lukisan dinding, yang berwarna-warni. Meskipun kelembapan dan asap
telah merusak sebagian besar dari karya itu, setelah 20 abad pemandangan menggairahkan – wanita-
wanita menari minum, dengan pakaian minim – masih terlihat.

“Bagaimanakah itu,” saya bertanya kepada pemandu, “ bahwa para petapa ini menghiasi dinding
dengan gambar-gambar seperti itu?”

Jawabannya: “Karena mereka terlindung dari godaan dunia, mereka harus mempunyai
pemandangan seperti ini untuk mengembangkan karakter!”

Betepa berbedanya dengan cara Yesus! Kita yang mengikut Dia tidak merenungkan kemurahan hati
– kita mempraktikkannya. Kita tidak berbicara tentang kedamaian – kita berupaya membawa
kedamaian, dari Allah dan di tengah pria dan wanita.

“Terhadap seruan orang-orang yang bersalah, dicobai dan korban yang menderita kerana
keinginan dan dosa, orang kristen tidak boleh bertanya, Apakah mereka layak? Tapi, bagaimanakah
saya menolong mereka?” (Khotbah di Atas Bukit, hlm.32).

Sumber : disalin kembali dari buku Renungan Pagi

PEMUDA ADVENT INDONESIA


e-mail : pemudaadventindonesia@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai