Anda di halaman 1dari 15

BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR
BEHAVIORISTIK

DISUSUN
OLEH:
1. Fitria Arisanti (06121410001)
2. Anita Silvia (06121410002)
3. Geby Riyanti Utami (06121410022)
4. Fenny Rizky Pratiwi (06101410002)
5. Deby Ansyory (06101410004)
6. Nurfany Amalia (06101410032)
Dosen Pengasuh : Dra.Walamma Ishak
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berdasarkan mata kuliah
yang telah diberikan, kami memberi judul makalah ini dengan membahas Teori
Belajar Behavioristik.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan dan pembuatan makalah ini. Rasa terimakasih kami sampaikan
kepada dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan Pembelajaran ibu
Dra.Walammah Ishak. yang telah bersedia menuntun dan membantu kami dalam
pembuatan makalah ini serta narasumber dan pihak-pihak lainnya yang turut serta
membantu demi terselesaikannya makalah ini sesuai dengan apa yang telah
diharapkan sebelumnya.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terima kasih.
Palembang, September 2013

Kelompok 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI .........

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah .

1.3 Tujuan Penulisan .

1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Behaviorisme....
2.2. Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme ..

3
7

2.3 Implikasi Teori Belajar Behaviorisme....

2.4 Tujuan Pembelajaran Behaviorisme ..........

10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......

11

3.2 Saran ......

11

DAFTAR PUSTAKA...........

12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori

behavioristik

dengan

model

hubungan

stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000).

Seseorang dianggap telah

belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
1

1.2. Rumusan Masalah


Mengkaji latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan
sebagai kajian dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1. Apakah pengertian teori Behavioristik?
2. Apa implikasi dari teori behavioristik?
3. Apa tujuan pembelajaran teori behavioristik?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan atau pembahasan makalah ini adalah, agar membuat kita
semua mengetahui bagaimana pengertian dari Behavioristik juga membuat kita
semua paham apa implikasi dan tujuan dari pembelajaran salah satu ilmu
psikologi pendidikan yaitu behavioristik. Sehingga kita semua dapat memahami
juga dapat menerapkan ilmu pesikolok ini.
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Kita semua dapat mengetahui implikasi pembelajaran dari teori behaviorisme
2. Untuk mengetahui penerapan dalam teori behaviorisme
3. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran teori behaviorisme

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak
saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar
yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai
makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep
manusia mesin (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat

mekanistis,

menekankan

peranan

lingkungan,

mementingkan

pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan


mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini
sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan
ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan
dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus

untuk

merangsang

pebelajar

dalam

berperilaku.

Pendidik

yang

masih

menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan


menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara
hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Programprogram pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan

stimulus-respons

serta

mementingkan

faktor-faktor

penguat

(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar


yang dikemukakan Skiner.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip
dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
1. Reinforcement and Punishment
2. Primary and Secondary Reinforcement
3. Schedules of Reinforcement
4. Contingency Management
5. Stimulus Control in Operant Learning
6. The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). 2[3]
Prinsip-prinsip teori behaviorisme
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
2

3. mementingkan pembentukan kebiasaan


Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik
Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat dipergunakan
ciri-cirinya yakni
1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2. Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)
3. Mementingkan peranan reaksi (respon)
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan.
7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal atau trial
and error.
Pengertian Belajar
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang
berasal

dari

lingkungan.

Belajar

tidaknya

seseorang

bergantung

pada

lingkungannya.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang
terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.

Tokoh-Tokoh yang Mendukung Teori Belajar Behavioristik


Ivan P. Pavlov
Pavlov (1927) mengembangkan teori conditioning dengan melakukan
percobaan terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat
sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Belajar menurut teori ini adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan
reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan
pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis
keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
Edwin Guthrie
Guthrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah. Dia juga
menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih
kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga mengemukakan tiga metode
pengubahan

tingkah

laku,

yaitu:

metode

respon

bertentangan,

metode

membosankan, dan metode mengubah lingkungan.


Skinner
Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan faktor penting
dalan belajar. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant
conditioning. Teori ini terdiri dari enam konsep, yaitu:
1. Penguatan positif dan negatif

2. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang semakin mendekati


tingkah laku yang diharapkan
3. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan
penguatan pada saat yang tepat, sehingga respon sesuai dengan yang
diisyaratkan
4. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya
penguatan
5. Chaining of Response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama
lain
6. Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi,
interval tetap dan bervariasi.
Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini
disebut teori connectionism. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing
yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka
secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut
menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu :
adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai
terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum.
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness), kesiapan seseorang dalam
melakukan sesuatu hal mempengaruhi hasil akhirnya.
2. Hukum latihan, jika respons terhadap stimulus diulang-ulang maka akan
memperkuat hubungan keduanya.

3. Hukum akibat, hubungan stimulus respon diperkuat apabila akibatnya


memuaskan, berlaku juga sebaliknya.
Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin. Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
2.2. Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh

karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki


pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang
bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus
dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya
pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada
diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara
ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan

dalam

penambahan

pengetahuan

dikategorikan

sebagai

kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan


dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar
atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
2.3 Implikasi Teori Belajar Behaviorisme

Kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat


diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang
pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode
pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Karena hasil eksperimentasi
bihavioristik cenderung mengesampingkan aspek-aspek potensial dan kemampuan
manusia yang dilahirkan. Bahkan bihaviorisme cenderung menerapkan sistem
pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek maupun objek
pendidikan yang netral etik dan melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai
fitrah manusia. Oleh karena itu behaviorisme cenderung antropomorfis skularistik.
2.4 Tujuan Pembelajaran Behaviorisme
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas mimetic, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai
dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan
tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara
individual.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori behaviorisme dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
3.2 Saran
Kami menyadari bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan
kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan penyusunannya
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca, dan bagi
semua mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Afgani,Muhammad Win.2008.Teori Belajar Aliran Behavioristik.http://muham
mad-win-afgani.blogspot.com/2008/06/teori-belajar-aliran-behavioristik.html.
Diakses tanggal 6 September 2013.
Anonim.2012.Behaviorisme.http://id.wikipedia.org/wiki/behaviorisme.Diakses
tanggal 6 September 2013.
Anonim.2012.Teori Belajar Behavioristik. id.wikipedia.org/wiki/Teorri_Belajar_
Behavioristik.Diakses tanggal 07 september 2013.
Demak,Zidan.2011.Teori Belajar Behavioristik.http://zidandemak.blogspot.com/
2011/12/ teori-belajar-behavioristik.html. Diakses tanggal 6 September 2013.
Fachri, Kamal.2009.Teori Behavioristik dan Permasalahan. http://www.kamal
fachri. wordpress. com. Diakses tanggal 07 Septemper 2013.
Susanto, Agus.2010.Teori Behavioristik dalam Pembelajaran. My.opera.com/
a6us/blog/2010 /03/26/teori-behavioristik-dalam-pembelajaran. Diakses tanggal
07 September 2013.

Anda mungkin juga menyukai