Anda di halaman 1dari 12

Pelajaran 5

*24-30 Oktober 2009

Dari Persungutan
Kepada Kemurtadan

Sabat Petang
Untuk pelajaran pekan ini bacalah: Bilangan 11-14.

Ayat hafalan: “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-


s­ ungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada­
bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah
angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu
bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Fili-
pi 2:14, 15).

K
etika tiang awan terangkat dari kemah suci di Sinai, dan para imam maju
dengan tabut, Musa berseru: “Bangkitlah, TUHAN, supaya musuh-Mu
berserak dan orang-orang yang membenci Engkau melarikan diri dari
hadapan-Mu” (Bil. 10:35). Itu seperti suatu seruan kemenangan, dan bangsa
Israel yang banyak itu melanjutkan perjalanan dengan sorak sorai. Akhirnya
mereka berada di jalan menuju tanah perjanjian!
Bayangkan seperti apakah memiliki kehadiran Allah yang kelihatan di te­
ngah-­tengahmu! Seseorang akan berpikir bahwa, dengan adanya sesuatu yang
sangat jelas dan nyata di hadapan mereka, mereka akan siap dan mau menu-
rut semua perintah-Nya sementara mereka berjalan menuju penggenapan janji
yang dibuat kepada nenek moyang mereka dahulu kala.
Tentu, tidaklah demikian yang terjadi, bahkan pada umat Allah pun. Minggu
ini kita akan melihat satu persatu kekacauan, satu persatu ungkapan kebim-
bangan, ketidakpercayaan dan tidak tahu berterima kasih. Sementara kita bela-
jar, ingatlah hal-hal apa saja yang sama dengan yang terjadi pada kita dewasa
ini, sementara kita menantikan penggenapan dari suatu janji yang lebih besar
(Ibr. 11:40).

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 31 Oktober.

54
Minggu 25 Oktober
Dosa Tidak Tahu Berterima Kasih

Baca Bilangan 11 dan tanyakan diri Anda sendiri pertanyaan beri-


kut:
zzApakah yang peristiwa ini katakan kepada kita tentang pentingnya untuk
tidak melupakan bagaimana Tuhan telah memimpin kita di masa lalu?
______________________________________________________________

zzBagaimanakah kita memahami reaksi Tuhan kepada mereka?


______________________________________________________________

zzApakah yang dapat kita pelajari dari cerita ini tentang pentingnya me-
ngendalikan selera kita?
______________________________________________________________

Secara harfiah, Bahasa Ibrani menggambarkan orang-orang yang tidak puas


ini sebagai “para pembisik kejahatan.” Kita bisa bayangkan “kejahatan-kejahat­
an” apa yang mereka keluhkan. Barangkali mereka merasa bahwa Allah telah
memimpin bangsa itu ke dalam suatu jebakan kematian di padang gurun—dan
bukan ke tanah perjanjian yang penuh “susu dan madu.” Setelah semua muk-
jizat yang mereka saksikan di Mesir dan saat menyeberangi Laut Merah, maka
omelan mereka adalah pemberontakan. Pengaruh mereka dapat menular dan
merusak bangsa yang muda itu. Dan api dari Tuhan menghancurkan mereka
dan “merajalela di tepi tempat perkemahan.” Hanya pengantaraan Musa saja-
lah yang dapat memadamkan api itu.
Sebenarnya bangsa itu tidak punya alasan yang tepat untuk mengeluh soal
makanan mereka. Manna dapat diolah dengan berbagai cara—menggiling de-
ngan batu kilangan, atau menumbuknya dalam lumpang, itu bisa dibakar atau
dimasak (Kel. 16:23; Bil. 11:8). Tentunya Allah yang menciptakan begitu banyak
cita rasa pada semua manusia tidak akan membuat umat perjanjian-Nya mema-
kan sesuatu yang tidak enak. Lebih jauh, mereka memiliki susu dari kambing,
domba, dan sapi. Dari susu ini mereka juga boleh membuat dadih (mentega,
KJV). Demikian pula makanan daging, berbagai “korban pendamaian”—nazar,
persembahan syukur, dan persembahan sukarela—semua berakhir pada suatu
makan bersama di mana imam, orang yang membawa persembahan, keluarga
dan hamba-hambanya, dan orang-orang Lewi yang diundang mengambil bagian
dari korban itu. Tidak diragukan, mereka tidak akan kelaparan.

Ada sebuah pepatah, “Hati-hatilah dengan apa yang Anda minta, atau
doakan, Anda bisa saja mendapatkannya.” Apakah artinya itu, dan apa-
kah yang dapat kita pelajari dari hal tersebut bagi diri kita?

55
Senin 26 Oktober
Tekanan-tekanan terhadap Kepemimpinan

Ketika Israel begitu cepat berbalik kepada kekafiran dan menyembah pa-
tung lembu emas, Musa memohon agar Allah mengampuni mereka, jika tidak,
ia berdoa “hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis”
(Kel. 32:32).

Belakangan, Musa mendengar dan melihat bangsa itu “menangis” di


pintu kemah mereka dan berkata, “Siapa yang akan memberikan daging
untuk kami makan?” Bagaimanakah reaksinya? Mengapa sikapnya tidak
dapat dibenarkan? Dari manakah kita melihat cacat kemanusiaan hamba
Allah yang besar ini berasal? (Bilangan 11:10-15).
________________________________________________________________
_______________________________________________________________
______________________________________________________________

Baca juga Bilangan 11:21-23. Bagaimana pulakah kemanusiaan Musa


muncul? ________________________________________________________
_______________________________________________________________
______________________________________________________________

Meskipun adanya kesalahan-kesalahan Musa, dan kekurangan kepercaya-


annya, Tuhan menolong meringankan beban yang Musa rasa ia tanggung sen-
diri, dan itu adalah dengan mengangkat tujuh puluh tua-tua untuk membantu
Musa dalam pekerjaannya (Bil. 11:16, 17). Pengalaman dari tujuh puluh orang
itu menyerupai turunnya Roh ke atas murid-murid Yesus pada hari Pentakosta,
bedanya bahwa turunnya Roh itu “dinubuatkan.” Dengan demikian mereka di-
hormati oleh Allah di hadapan semua orang.
“Mereka tidak akan pernah dipilih jikalau Musa telah menyatakan iman se-
hubungan dengan bukti-bukti yang telah disaksikannya tentang kuasa dan ke-
bajikan Allah. Tetapi ia telah membesar-besarkan beban dan pekerjaannya, se-
hingga hampir-hampir kehilangan pandangan terhadap kenyataan bahwa dia
hanyalah sekadar alat oleh mana Allah telah bekerja. Ia tidak mempunyai maaf
dalam memanjakan roh persungutan, betapapun kecilnya, yang merupakan ku-
tuk orang Israel.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 453.

Baca dengan saksama Bilangan 11:20. Mereka telah “menolak TUHAN


yang ada di tengah-tengah kamu.” Menolak Tuhan, tidak berarti kemur-
tadan total, atau menyangkal keberadaan Allah, atau mengeluarkan nama
seseorang dari buku keanggotaan gereja. Apakah yang dapat kita pelajari
dari peristiwa ini tentang betapa gampangnya untuk menipu diri kita sen-
diri perihal hubungan kita dengan Allah?

56
Selasa 27 Oktober
Kejahatan Keluarga

Zipora, istri Musa, dan dua putra mereka telah tinggal bersama ayahnya,
“imam di Midian,” selama kutuk di Mesir. Setelah Israel menetap di Sinai, Yi-
tro membawa Zipora dan anak-anak itu kepada Musa. Zipora memperhatikan
suaminya tampak sangat letih dan memberitahu Yitro, yang kemudian mem-
perhatikan metode administrasi Musa dan menganjurkan suatu reorganisasi de-
ngan mengangkat para pemimpin seribu, seratus, lima puluh, dan sepuluh. Ia
menganjurkan bahwa mereka dapat mengadili hal-hal yang kecil. Musa akan
membawa hal-hal yang besar kepada Allah. Musa setuju, dan orang-orang yang
ditunjuk itu “mengadili bangsa itu sewaktu-waktu” (Kel. 18:13-26). Gerakan
ini di pihak Musa pada akhirnya menimbulkan rasa cemburu dan iri hati pada
Miryam dan Harun.

Baca Bilangan 12. Sifat buruk manusia apakah yang ditunjukkan oleh
Miryam dan Harun di sini? Bagaimanakah dosa mereka berbeda dengan
sikap dan karakter Musa? Apakah yang seharusnya dikatakan oleh cerita
jelek ini kepada kita tentang bagaimana Allah memandang sikap buruk
yang ditunjukkan oleh bangsa ini?
________________________________________________________________
________________________________________________________________
______________________________________________________________

Kata kerja “mengatai” (KJV) atau “mulai membicarakan” (NIV) adalah ben-
tuk tunggal feminin, mengindikasikan bahwa Miryamlah yang memulai tuduhan
yang ditulis sesudah ayat 1. Ia cemburu kepada Zipora dan mempersalahkan
dia karena mempengaruhi Musa untuk mengangkat para hakim sesuai anjuran
Yitro. Dia menyebut Zipora itu perempuan Kush, mungkin karena warna kulit-
nya agak gelap. Sebenarnya Zipora adalah orang Midian, yaitu turunan Abra-
ham melalui anaknya Midian yang dilahirkan Ketura, dan seorang penyembah
Allah yang benar. Juga cemoohan itu muncul dari kenyataan bahwa beberapa
suku Kush tinggal di tengah bangsa Midian di wilayah Timur Sinai dan di se-
belah timur teluk Aqabah di Arab. Dia dapat dikenali dengan salah satu dari
istilah itu. Contohnya, seorang turunan Jerman yang lahir di Amerika dapat di-
sebut orang Jerman atau orang Amerika. Tetapi kebanyakan istilah itu diguna-
kan dalam gaya hujatan.

Meskipun ada manifestasi kuasa Allah yang begitu nyata di antara me-
reka, namun dua orang setia ini menunjukkan beberapa sikap yang bu-
ruk. Selidikilah hati Anda sendiri: sikap-sikap buruk apakah yang perlu
disingkirkan dari diri Anda sebelum sikap buruk itu menghancurkan ro-
hani Anda?

57
Rabu 28 Oktober
Di Perbatasan

Musim itu sekitar bulan September, kebun anggur sedang matang dan ha-
sil kedua buah ara telah masak. Bangsa Israel butuh sebelas hari untuk menca-
pai Kadesh-Barnea, dekat perbatasan bagian selatan Kanaan. Kita hanya dapat
membayangkan gelombang sukacita dan kebahagiaan yang hebat melanda se-
cara luas pada saat mendekati tujuan harapan yang mereka impi-impikan.

Baca Ulangan 1:19-23. Kesalahan apakah yang dilakukan di sini?


________________________________________________________________
______________________________________________________________

Baca Bilangan 13 dan jawab pertanyaan-pertanyaan berikut:


zz Walaupun Tuhan setuju mereka mengirimkan mata-mata, mengapa
hal itu merupakan suatu kompromi? Apakah hasil dari kompromi itu?
________________________________________________________________
______________________________________________________________

zz Apakah yang dinyatakan oleh reaksi kebanyakan dari bangsa itu ten-
tang mereka, bahkan setelah semua manifestasi kuasa Ilahi?
________________________________________________________________
______________________________________________________________

Tidak diragukan lagi, bangsa itu bersukacita mendengar hasil dari negeri
mereka yang baru. Mereka kagum dengan tandan buah anggur yang besar yang
dipikul oleh dua orang. Hal ini benar-benar lebih baik dari apa yang mereka
bayangkan.
Sebagaimana biasanya, segala sesuatu di dunia berdosa ini, selalu ada ma-
salah, bahkan pada saat Allah menuntun kita pun. Tentunya Tuhan tahu orang-
orang kafir ini tinggal di sana. Tidakkah orang-orang Ibrani ini berpikir bahwa
Tuhan sanggup mengatasi keadaan tersebut bagi mereka? Lihatlah apa yang
telah Ia buat terhadap orang-orang Mesir!
Namun demikian, lupa akan kuasa dan janji-janji Allah, mereka melihat
halangan ada di hadapan mereka dan, tidak peduli dengan imbauan Kaleb dan
Yosua, mata-mata lainnya memenuhi telinga orang Israel dengan malapetaka
dan kemurungan.

Bagaimanakah Anda bisa belajar untuk percaya kepada Allah meski-


pun kelihatannya rintangan-rintangan yang mustahil untuk diatasi meng-
hadang jalanmu? Pilihan-pilihan apakah yang Anda buat hari ini yang
akan menentukan bagaimana respons Anda terhadap apa yang Anda ha-
dapi esok hari?

58
Kamis 29 Oktober
Kembali ke Mesir

Baca Bilangan 14. Pelajaran rohani apakah yang penting dan kuat yang
dapat Anda tarik dari cerita ini bagi diri sendiri? Dalam cara-cara apakah
Anda telah melakukan hal yang sama?
________________________________________________________________
________________________________________________________________
______________________________________________________________

Dari semua hal mengerikan yang mereka katakan, barangkali yang terbu-
ruk adalah mengatakan bahwa mereka menghendaki seorang pemimpin baru
untuk membawa mereka kembali ke Mesir (Bilangan 14:3, 4). Sementara kita
menganggap Mesir itu melambangkan perbudakan dan perhambaan dosa, ke-
matian, keterasingan dari Allah, bagi orang-orang tersebut—yang telah meng-
alami kelepasan yang luar biasa—bertindak seperti yang mereka lakukan itu
tidaklah dapat dimaafkan.
“Pengintai yang tidak setia itu memaki-maki Kaleb dan Yosua dengan ke-
ras, dan teriakan terdengar untuk melempari mereka dengan batu. Orang banyak
yang sudah tidak waras itu memungut batu untuk membunuh orang-orang yang
setia itu. Mereka maju ke depan sambil berteriak-teriak seperti orang gila, dan
dengan mendadak batu-batu itu berjatuhan dari tangan mereka, satu suasana
hening telah mencekam diri mereka, dan mereka pun gemetar ketakutan. Allah
telah turun tangan untuk menghalangi usaha mereka mengadakan pembunuhan.
Kemuliaan hadirat-Nya, seperti terang yang menyala-nyala, menerangi Kemah
Suci. . . tidak seorang pun berani meneruskan perlawanan mereka.”—Ellen G.
White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 466-467.

Bagaimanakah kita melihat kemurahan dan rahmat Allah dinyata-


kan di sini kepada orang-orang yang secara terbuka memberontak me-
lawan Dia?
________________________________________________________________
________________________________________________________________
______________________________________________________________

Lihatlah reaksi mereka kepada hukuman yang mereka telah terima. Dalam
beberapa hal, setelah menolak apa yang Allah hendak lakukan bagi mereka,
mereka memutuskan untuk mencoba dan melakukannya sendiri, yang tentunya
mengakibatkan malapetaka. Seandainya saja mereka percaya pada Allah, yang
telah melakukan begitu banyak hal bagi mereka, malapetaka mereka tentulah
dapat dihindarkan. Juga yang memprihatinkan, sebagaimana biasanya dosa, ba-
nyak orang-orang yang tidak bersalah—yang tidak terlibat pemberontakan—
menderita karena dosa-dosa orang lain.

59
Jumat 30 Oktober
Pendalaman: Baca tulisan Ellen G. White dalam buku Alfa dan Omega,
jld. 1, berjudul “Dari Sinai ke Kadesy,” hlm. 445-461 dan “Dua Belas Pengin-
tai” hlm. 462-471.
“Orang-orang ini, setelah mengikuti jalan yang salah, dengan keras kepala
telah bertekad melawan Kaleb dan Yosua, melawan Musa dan Allah. Setiap
langkah membuat mereka lebih nekat. Mereka memutuskan akan menghenti-
kan segala usaha untuk memiliki Tanah Kanaan itu. Mereka telah memutarba-
likkan agar dapat menguatkan pengaruh jahat mereka itu. Itu ‘adalah satu negeri
yang memakan penduduknya,’ kata mereka. Ini bukanlah cuma merupakan satu
kabar yang jahat tetapi juga satu laporan yang palsu. Hal itu bertentangan satu
sama lain. Pengintai itu telah menyatakan bahwa negeri itu makmur dan subur
dan orang-orangnya tinggi besar, semuanya ini mustahil bisa terjadi kalau ik-
limnya amat tidak menyehatkan sehingga tanah itu dapat dikatakan ‘memakan
penduduknya.’ Tetapi apabila manusia menyerahkan hatinya kepada sikap ti-
dak percaya mereka menempatkan diri di bawah pengendalian Setan, dan tidak
seorang pun yang dapat mengetahui sampai berapa jauh Setan akan memimpin
mereka.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 465.
Pertanyaan Untuk Diskusi:
nn Mengapa begitu penting untuk mengembangkan suatu sikap pujian
dan bersyukur kepada Tuhan dalam situasi apa pun yang kita hadapi?
Apa pun keadaan kita, bukankah kita semua mempunyai hal-hal yang
patut disyukuri? Mengapa lebih penting memikirkan hal-hal yang pa-
tut disyukuri itu ketimbang memikirkan berbagai kesusahan yang me-
nimpa kita? Mengapa bersyukur dan memuji itu begitu penting untuk
memelihara agar iman kita kuat?
oo Pernahkah Anda memperhatikan betapa menularnya kecaman dan
omelan itu, betapa mudahnya sikap-sikap semacam itu yang ada pada
orang lain menular pada diri Anda? Oleh sebab itu, pelajaran apakah
yang seharusnya kita dapatkan dari hal ini, tentang betapa perlunya
kita berhati-hati terhadap kata-kata yang keluar dari mulut kita?
pp Sambil kita menantikan Kedatangan Kedua Kali (yang kelihatannya
sangat lama) dalam cara-cara apakah, kita bisa berada dalam bahaya
menunjukkan sikap yang sama yang kita lihat sangat menjijikkan yang
ditunjukkan oleh orang-orang Ibrani di sini?
Rangkuman: Sebelas hari antara Sinai dan Kadesh-Barnea di perbatasan
Kanaan adalah sebagian dari saat-saat paling buruk bagi bangsa Israel di padang
belantara. Ada suatu kegaduhan yang sangat hebat menolak manna sehingga
Musa memohon kepada Allah agar membiarkan dia mati saat itu. Tantangan pedas
dari Miryam dan Harun terhadap kepemimpinannya merupakan pukulan lainnya.
Akhirnya, setelah laporan jelek dari mata-mata, bangsa itu melampaui batas,
yang mengakibatkan mereka mengembara empat puluh tahun di padang.

60
Penuntun Guru 5
Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Bilangan 11:1.

Anggota Kelas Akan:


¾¾ Mengetahui: Ungkapan-ungkapan pemberontakan Israel dalam perjalanan
ke Tanah Perjanjian dan bagaimana Allah dan Musa meresponsnya.
¾¾ Merasakan: Perasaan marah, frustrasi, rendah hati, pengampunan, dan ke-
murahan yang ditunjukkan oleh Musa dan/atau Allah dalam berbagai respons
mereka terhadap pemberontakan Israel.
¾¾ Melakukan: Bereaksi terhadap frustrasi dan rintangan dengan kerendahan
hati dan kepercayaan pada pimpinan Allah.

Garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Pemberontakan dalam Berbagai Tingkatan
A. Allah tidak hanya menunjukkan hadirat-Nya yang menuntun dengan
cara nyata, yang bersifat fisik, tetapi Ia menunjukkan ketidaksenang­
an-Nya dengan segera dan konkret. Melalui berbagai sarana apakah
Ia merespons roh pemberontakan?
B. Dalam cara-cara berbeda apakah Musa merespons persungutan, pe-
ngeluhan, dan pemberontakan?
C. Bagaimanakah Allah dan Musa berkomunikasi dan berinteraksi da-
lam situasi-situasi tersebut? Bagaimanakah Musa menghormati Allah,
dan bagaimanakah Allah pada gilirannya, menghormati Musa?
II. Merasakan: Menanggapi Pemberontakan
A. Bagaimanakah perasaan Anda apabila anak-anak atau para pekerja
Anda merespons Anda dengan cara memberontak? Bagaimanakah
Anda dapat merasakan perasaan Allah dan Musa saat mereka meng-
hadapi sikap-sikap dan tindakan-tindakan tersebut?
B. Pernahkah ada saat-saat bilamana Anda merespons dengan cara mem-
berontak? Bagaimanakah Anda telah didisiplin dan dikasihi melalui
situasi-situasi tersebut? Bagaimanakah Anda belajar untuk memper-
cayai tuntunan Allah, gantinya meragukan Dia?
III. Melakukan: Bertindak dalam Iman
Situasi apakah yang Anda hadapi di mana Allah sedang memanggil
Anda untuk bertindak dalam iman atas janji-janji-Nya, gantinya menjadi
takut dan bimbang? Apakah yang dapat Anda lakukan pekan ini sebagai
tindakan penurutan yang rendah hati terhadap panggilan iman ini?
Rangkuman: Bila kita menghadapi berbagai masalah dan dicobai
untuk bimbang, Allah meminta kita untuk meminta bimbingan-Nya dan
bertindak berdasarkan janji-janji-Nya.

61
Metode Belajar

Langkah 1—Memotivasi
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Tidak ada yang begitu jelas
menunjukkan kekurangyakinan akan masa depan lebih daripada mengeluh
dan bersungut.

Khusus untuk Guru: Persungutan berakar pada ketakutan akan masa de-
pan yang tidak teratasi. Tidak adanya pengharapan seringkali memantulkan
kurangnya penghargaan terhadap berkat-berkat masa lalu atau suatu do-
rongan yang berpusat pada diri sendiri untuk mengendalikan masa depan
untuk keuntungan seseorang. Sebaliknya, kutipan berikut ini menunjuk-
kan bahwa seseorang dapat menang sekalipun sedang menghadapi pros-
pek yang suram. Pengarangnya adalah Joni Eareckson Tada, seorang yang
menderita cedera hebat dalam suatu kecelakaan penyelaman. Undanglah
kelas untuk mendiskusikan bagaimana dia dapat menghadapi kehancuran
seperti itu dengan suatu semangat yang positif.

Kutipan: “Sedih dan murung, saya tahu secara samar-samar, bahwa


di dalam Alkitab mungkin ada jawaban-jawaban terhadap situasi saya....
Pendeknya, Allah menghadirkan dalam kehidupan saya, seorang anak
lelaki tinggi, ramping berusia enam belas tahun bernama Steve Estes....
Sekalipun Steve bingung dan tidak tahu apa yang harus dibuat dengan
cacat yang saya alami, saya sangat terkesan dengan keinginannya untuk
menolong saya. Dan Allah menggunakan jam-jam panjang yang kami ber-
dua gunakan secara bersama-sama membuka Alkitab untuk mengangkat
semangat saya dan mengubah pikiran saya. Saya menyadari bahwa saya
tidak perlu lagi merasa bersalah karena menjadi cacat. Allah memiliki
alasan-alasan di balik penderitaan saya, dan mempelajari bahwa sebagian
dari padanya menjadikan segala perbedaan di dunia.... Saat saya meman-
dang ke belakang kepada persahabatan saya dengan orang muda ini, saya
jadi lebih yakin akan kebutuhan menyedihkan dari banyak orang yang
menghabiskan waktu, seperti saya, hari-hari tanpa tujuan mengharapkan
suatu kehidupan yang lebih baik dan mengharapkan adanya kesempatan
untuk menyingkirkan ‘rintangan-rintangan’ yang membebani mereka da-
lam ketidaksanggupan mereka. Orang-orang tersebut perlu penghiburan
dan pengharapan dari Firman Allah dan dari umat-Nya. Dan Alkitab jelas
menyatakan bahwa kita, yaitu gerejalah, yang dapat menyediakan apa yang
dibutuhkan.”—Joni Eareckson Tada, All God’s Children (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan Publishing House, 1987), hlm. 9, 10.

62
Langkah 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Dosa Tidak Tahu Berterima Kasih
(Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Bil. 11; Flp. 1:14, 15; Luk. 17:11-17).
Persungutan berawal dari pinggiran perkemahan, dan api, suatu hukuman
Allah, turun ke atas orang-orang yang bersungut. Allah menghargai penganta-
raan Musa. Jika tidak, akibatnya bisa saja buruk sekali. Mengingat penempatan
suku-suku sudah tepat, agaknya keluhan pertama datang dari “bangsa cam-
puran,” yaitu orang-orang bukan Ibrani yang menggabungkan diri dengan dua
belas suku selama perjalanan keluar dari Mesir. Orang-orang tersebut berkemah
di daerah pinggiran perkemahan, sepertinya tidak ada tempat yang ditentukan
bagi mereka di antara suku-suku. Ironisnya, orang-orang ini telah ikut “berjalan
serta” pada saat mereka telah melihat mukjizat-mukjizat yang Allah perbuat di
Mesir. Barangkali mereka melihat bahwa bergabung dengan bangsa Ibrani me-
rupakan jalan pintas kepada kemakmuran atau paling kurang sebagai dinding
perlindungan dari kemalangan. Namun demikian, hanya perlu beberapa hari
yang tidak menyenangkan saja untuk menunjukkan motif mereka yang dang-
kal dan karakter mereka yang sebenarnya. Bandingkanlah hal ini dengan cerita
tentang sepuluh orang kusta yang Yesus sembuhkan. Mengapa hanya satu saja
dari mereka yang kembali untuk berterima kasih?

Pikirkan ini: Bagaimanakah harapan-harapan yang keliru membawa kita ke-


pada kekecewaan dan menuntun kepada persungutan? Bagaimanakah motif
kita yang tidak murni dapat menyebabkan kita mengomel? Dalam Kisah 8
Simon mencoba untuk membeli kuasa Allah karena ia pikir dengan memiliki
kuasa itu akan menambah gengsinya. Apakah kita mencari kuasa dan berkat
Allah karena alasan yang salah? Apakah kita membangun harapan-harapan
masa depan kita pada hasil saham kita, pada rumah kita yang baru, atau pada
kedudukan sosial kita? Betapa mudahkah untuk percaya pada suasana me-
nyenangkan ketimbang percaya pada Allah yang tidak kelihatan?

II. Di Perbatasan dan Kembali ke Mesir


(Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Bil. 13 dan 14 dan Ul. 1:19-46).
Bangsa Israel maju ke perbatasan tanah perjanjian dan berhenti di sana untuk
melakukan suatu penyelidikan terhadap tugas-tugas yang akan dihadapi. Dua
belas pengintai, yang mewakili tiap suku, dikirim untuk mengintai negeri itu.
Dari Negeb di bagian selatan hingga ke bagian utara di pegunungan Libanon,
para pengintai itu mengumpulkan data-data. Data yang mereka bawa mendu-
kung ucapan Tuhan tentang suatu negeri yang penuh buah-buahan, tetapi laporan
yang mereka bawa kebanyakan secara subjektif dinodai dengan ketakutan ter-
hadap kemungkinan rintangan yang akan dihadapi. Hanya dua pengintai yang
mengingatkan bahwa Allah baru saja melepaskan mereka dari balatentara yang
paling kuat di muka bumi. Dua pengintai menghargai penyediaan makanan tiap
hari. Dua pengintai itu berbicara dalam iman. Namun, mayoritas pengintai ber-

63
hasil menang, dan pikiran negatif mereka membawa malapetaka kepada bangsa
itu. Mereka terpikat dengan negeri itu tetapi tidak mau membahayakan diri dan
mengambil risiko apa pun. Ketakutan seperti itu adalah suatu tamparan di wa-
jah Allah, yang kesanggupan-Nya tidak disangsikan lagi.

Pikirkan ini: Bagaimanakah orang-orang Kristen dewasa ini membawa diri


mereka kepada kegagalan dan kekecewaan? Kita menginginkan pemberian
Allah tetapi tidak mau ambil bagian dalam penderitaan Kristus. Sikap ini me-
nunjukkan roh yang sama seperti yang ditunjukkan oleh sepuluh pengintai.
Bagaimanakah bedanya sejarah seandainya mereka tahu akan ada penderi-
taan tetapi percaya bahwa Allah akan menuntun mereka melaluinya?

Langkah 3—Menerapkan
Khusus untuk Guru: Bila orang Kristen berharap bahwa iman akan se-
cara otomatis membawa suatu kehidupan yang tenar, makmur, sehat, dan
tanpa masalah, maka mereka membawa diri mereka kepada kegagalan dan
kekecewaan. Minta dua anggota kelas menyajikan cerita perumpamaan
berikut ini kemudian diskusikan pekabaran pokok dari cerita itu untuk ke-
hidupan kita.

Temukan Rahasia Sesungguhnya


Calon. Apakah Anda... benar-benar... seorang agen?
Agen. Ya benar. Saya tahu engkau melamar menjadi agen. Apakah engkau
yakin bahwa ini yang engkau ingini?
Calon. Oh tentu. Maksud saya, sepanjang ingatan saya, James Bond dan Max-
well Smart telah menjadi idola saya. Tidak ada yang saya ingini lebih dari hal ini.
Agen. Baiklah, ini mungkin tidak persis seperti yang engkau harapkan.
Calon. Mungkin engkau bisa memberitahu saya apa yang tercakup. Apa-
kah misimu?
Agen. Misi utama kita adalah menyokong usaha kebebasan. Informasi yang
kita sampaikan akan menolong menghalangi musuh kebebasan.
Calon. Itu cocok untukku. Saya mau ikut. Saya berjuang mati-matian untuk
mendapatkan telepon sepatu yang digunakan para agen.
Agen. Baiklah, sebenarnya kita tidak lagi menggunakan peralatan yang
digunakan generasi-generasi sebelumnya. Sekarang di dalam sistem pende-
ngaran dan sistem pembicaraan kita telah ditanamkan chips untuk menyam-
paikan informasi.
Calon. Mengagumkan! Ini bahkan lebih dari apa yang saya pikirkan. Mak-
sud saya, dalam beberapa minggu saya akan sanggup untuk diutus ke luar—
Macgyver Macgyver. Orang ini sangat keren. Saya kira saya telah menonton
tiap episode hingga dua kali, dan saya sudah dapat melakukan setengah dari
aksi-aksinya. Jangan cari orang lain lagi. Percayalah, saya adalah orang yang
tepat untuk tugas ini!

64
Agen. Baiklah, “urusan” ini seperti yang engkau sebutkan, mencakup le-
bih banyak dari hal itu.
Calon. [risau] Seperti apa?
Agen. Contohnya, kesunyian. Kadangkala kita bertugas selama bertahun-
tahun di wilayah yang asing di mana tidak ada orang yang berbicara dengan
bahasa kita. Kita menjadi orang asing di suatu negeri yang asing di mana bu-
daya kebebasan tidak dikenal dan seringkali disepelekan.
Calon. Dan?
Agen. Dan kehidupan kita berada dalam bahaya selama 24 jam sehari. Kita
mencucurkan darah sesungguhnya. Para agen diancam, dipukuli, bahkan di-
bunuh. Saya tidak yakin bahwa inilah tamasya yang engkau cari.
Calon. Mengapa hal seperti ini tidak ditunjukkan di film-film?
Agen. Bukan hanya itu, kadangkala engkau bahkan tidak yakin siapa yang
engkau dapat percayai dalam peragenan ini. Ada agen-agen ganda yang benar-
benar bekerja untuk musuh. Merekalah yang paling berbahaya. Kau tahu, kami
sudah dapat orang seperti engkau sebelumnya. Mereka melihat, kegemilangan,
glamor, dan kegembiraan, dan mereka bahkan merasa simpati dengan misi kita;
tetapi mereka bergabung karena alasan yang salah. Kemudian mereka menda-
pati bahwa mereka harus menyusun laporan-laporan, jauh dari keluarga, makan
makanan dingin. Mereka merasa tidak nyaman menjadi agen sejati dan mereka
mengeluh tentang sang Direktur dan bersungut tentang agen-agen lain yang ke-
lihatan memiliki tugas yang lebih baik. Kemudian engkau tahu, mereka ber-
henti, atau, yang lebih buruk lagi, mereka menjadi agen ganda.
Calon. Mungkin saya perlu memikirkannya lagi.
Agen. Silakanlah. Ini adalah kedudukan yang paling menguntungkan yang
pernah saya miliki, dan ada kegembiraan, dan semuanya; tetapi engkau harus
bergabung karena engkau bertekad melaksanakan misi ini. Engkau harus siap
menanggung penderitaan yang kami alami. Itulah perjuangan untuk kebebasan—
suatu perjuangan yang jika ini yang engkau ingin lakukan, engkau tidak akan
pernah menyesalinya.
Calon. Terimakasih telah menunjukkan kepada saya gambaran yang se-
sungguhnya.
Agen. Tentu. Cuma itu yang diizinkan oleh Direktur untuk ditunjukkan.

Langkah 4—Melatih Kreativitas


Aktivitas: Buatlah sebuah daftar berisi 14 hal yang Anda bisa syukuri kepada
Allah. Pikirkan dengan saksama tentang bagaimana Anda dapat berterima kasih
kepada Allah karena penderitaan Anda (ingat Joni), seperti juga hal-hal yang
menyenangkan dalam hidup Anda. Tiap pagi dan petang di minggu depan ini
bersyukurlah kepada Allah untuk suatu hal yang ada dalam daftar Anda hingga
Anda telah bersyukur kepada-Nya untuk segala sesuatu yang Anda daftarkan.
Kesimpulan: Bergantung komposisi kelas, nyanyikan kidung pujian atau
salah satu lagu pujian yang lebih baru, seperti “Give Thanks With a Grateful
Heart.”

65

Anda mungkin juga menyukai