Pel 6 (IV) - Perencanaan Lebih Dahulu
Pel 6 (IV) - Perencanaan Lebih Dahulu
Sabat Petang
Untuk pelajaran pekan ini bacalah: Bil. 15; 2 Kor. 2:15, 16;
Gal. 3:26-29; Ef. 5:2; Kol. 3:11.
P
ada permulaan pasal 15, pemandangan mengenai huru-hara dan pembe-
rontakan, rasa malu dan kekalahan (di tangan bangsa Amalek dan Kanaan)
sekarang telah hilang. Bangsa itu telah belajar kesukaran, penderitaan yang
disebabkan oleh ketidakmenurutan.
Orang banyak itu sekarang dalam perjalanan kembali ke padang gurun yang
sebelumnya telah mereka tinggalkan. Dan pada saat inilah Allah berbicara de-
ngan Musa seperti yang ada pada pembukaan pasal ini: “Berbicaralah kepada
orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila kamu masuk ke negeri yang
akan Kuberikan kepadamu menjadi tempat kediamanmu, . . .” (Bil. 15:2).
Walaupun terjadi kemunduran besar, janji itu tetap pasti: Allah akan mem-
bawa umat-Nya ke negeri perjanjian. Tentang hal itu tidak diragukan lagi!
Demikian juga, kita meninjau beberapa dari perintah-perintah khusus yang
diberikan kepada umat pilihan Allah. Betapapun uniknya keadaan, betapapun
uniknya perintah-perintah tertentu, ada pelajaran-pelajaran dan prinsip-prinsip
rohani yang diberikan bukan hanya kepada mereka tetapi juga kepada kita.
66
Minggu 1 November
Rasa Syukur
Betapapun sulitnya keadaan mereka saat itu, Tuhan ingin umat-Nya mem-
perkembang suatu sikap memuji dan bersyukur untuk apa yang telah Ia laku-
kan bagi mereka dan apa yang Ia janjikan akan dilakukan bagi mereka di masa
mendatang. Bukankah kita harus berbuat hal yang sama?
Apa pun kesengsaraan Anda sekarang ini, mengapa begitu penting un-
tuk mengingat kebaikan, kasih dan pemeliharaan Allah? Bagaimanakah
oleh menempatkan salib di hadapanmu akan menolong Anda menyadari
lebih baik lagi kasih dan pemeliharaan Allah bagimu, bahkan di masa-
masa yang paling buruk pun? Hal-hal apakah yang dapat Anda syukuri
sekarang ini, apa pun situasi Anda? Mengapa mengingat berkat-berkat
tersebut sangat penting bagi kita?
67
Senin 2 November
Orang Asing di Pintu Gerbangmu
Salah satu dari ide yang lebih radikal dari Israel kuno adalah mengenai sikap
mereka terhadap orang-orang asing, terhadap orang-orang yang bukan berasal
dari warisan atau iman mereka.
“Orang asing” atau pendatang adalah orang yang tinggal di antara bangsa
Israel dan yang menerima sepenuhnya iman Israel dan, jika ia laki-laki, patut
disunat. Mereka diperlakukan dan dikasihi seakan-akan mereka adalah orang
Israel. “Satu peraturan” atau “satu hukum” harus berlaku bagimu, dan “bagi
orang asing yang menumpang padamu.” Bicarakanlah tentang inklusifitas
(pembauran)!
68
Selasa 3 November
Dosa-dosa yang Tidak Disengaja
Kita harus ingat bahwa generasi lebih muda yang Allah maksudkan dalam
pasal ini (Bilangan 15) lahir dalam perbudakan. Dengan demikian mereka te-
lah dipengaruhi oleh budaya Mesir yang mengelilingi mereka, demikian juga
oleh orangtua mereka, yang sebagai budak juga dipengaruhi oleh budaya yang
sama. Oleh sebab itu, mereka memiliki banyak hal buruk untuk dihilangkan dan
banyak hal yang baru dan baik untuk dipelajari.
Jika umat itu menyadari bahwa, sebagai suatu kelompok, mereka te-
lah menyimpang dari perintah-perintah Tuhan, apakah yang harus me-
reka lakukan? Apakah artinya fakta bahwa mereka harus membawa kor-
ban “penghapus dosa” kepada Tuhan untuk hal-hal yang telah dilakukan
dengan tidak sengaja (Bilangan 15:22-27)?
69
Rabu 4 November
Dosa Menantang
Baca Bilangan 15:30-31. Apakah yang sedang terjadi di sini dan pe-
lajaran apa yang dapat kita tarik untuk diri kita sendiri? Mengapa hu-
kuman itu tampaknya sangat keras? Di manakah kasih karunia dalam se-
muanya ini?
Frase dalam Bahasa Ibrani “dengan tangan teracung,” suatu postur yang
menunjukkan arogansi dan pemberontakan. Israel benar-benar berdosa “de-
ngan tangan teracung” melawan Tuhan di Kadesh. Tetapi Allah mengubah hu-
kuman mati menjadi pengembaraan di padang belantara. Pelajarannya di sini
ialah, dosa sangat serius di mata Tuhan. Seringkali dalam kasus-kasus seperti
ini, orang yang kemudian mengatakan menyesal, sebenarnya, menyesal hanya
karena mereka tertangkap, bukan menyesal karena dosa-dosa itu sendiri. Ter-
hadap kekerasan hati seperti itu, apakah yang dapat Tuhan lakukan? Dosa ha-
rus benar-benar disesali barulah dosa itu bisa diampuni.
Pastilah sukar bagi sekelompok orang Israel untuk melontari salah satu dari
antara mereka hingga mati. Jelaslah bahwa Allah berusaha untuk menunjukkan
kepada umat-Nya betapa seriusnya dosa. “Upah dosa ialah maut.” Mungkin
juga, Ia berusaha menunjukkan kepada mereka sifat kebersamaan dari komu-
nitas mereka dan bahwa apa yang mereka lakukan mempengaruhi orang lain di
sekitar mereka. Apa yang dilakukan oleh masing-masing secara pribadi, tetap
berpengaruh kepada nasib keseluruhan. Karena bukankah oleh karena persu-
ngutan dari beberapa orang sehingga seluruh bangsa itu menderita untuk tetap
tinggal di padang gurun?
Selaku orang Kristen, kita perlu sangat berhati-hati perihal kenyataan bahwa
perbuatan-perbuatan kita, apakah itu baik ataupun jahat, juga mempengaruhi
orang lain.
Sementara itu, walaupun pada masa Israel kuno yang menganut sistem teo-
krasi kematian sering datang segera, janganlah kita main-main. Hanya karena
kita tidak segera mati karena perlawanan kita, tidaklah berarti bahwa kita tidak
akan menuai akibat perbuatan kita suatu hari kelak.
70
Kamis 5 November
Jumbai Biru
Jika Anda pernah melihat orang Yahudi Ortodoks, Anda pasti pernah meli-
hat mereka mengenakan sesuatu di bawah kemeja mereka dengan jumbai putih
di atasnya. Asal-usulnya ditemukan di sini, dalam Alkitab.
Kata ingat muncul dua kali dalam ayat-ayat ini. Tiap kali seorang Israel
melihat jumbai, ia harus “mengingat dan melakukan segala perintah-Ku dan
menjadi kudus bagi Allahmu.” Bila mereka dicobai untuk menyembah ilah
lain—perzinaan rohani—warna biru pada jumbai itu akan memanggilnya un-
tuk kembali kepada sumpah setia mereka kepada Allah, yakni Allah yang telah
membawa bangsa itu keluar dari perbudakan Mesir (ayat 41).
Jelas kelihatan, bahwa sekalipun hadirat Allah ada di tengah-tengah mereka
dengan tanda yang sangat jelas, Tuhan ingin memberi mereka sesuatu yang lebih
segera untuk menolong mereka mengingat apa yang perlu mereka lakukan.
Walaupun kita tidak mengenakan jumbai sekarang ini, kita memiliki sesuatu
yang jauh lebih kuat: Salib Kristus, yang harus selalu mengingatkan kita akan
harga dosa, harga penebusan kita, dan janji keselamatan bagi semua orang, yang
melalui iman, percaya pada jasa Yesus dan “berusahalah hidup damai dengan
semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun
akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14).
71
Jumat 6 November
Pendalaman: “Pengakuan kita akan kesetiaan-Nya adalah pilihan surga untuk
menyatakan Kristus kepada dunia ini. Kita patut menghargai rahmat-Nya sebagai-
mana yang telah diberitahukan melalui nabi-nabi zaman dulu; tetapi yang lebih
bermanfaat lagi adalah kesaksian pengalaman kita sendiri. Kita adalah saksi-saksi
bagi Allah bila kita tunjukkan di dalam diri kita sendiri suatu kuasa pekerjaan Ilahi.
Tiap-tiap individu mempunyai suatu kehidupan yang sangat berbeda dengan orang
lain, dan mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Allah ingin agar pujian kita
dinaikkan kepada-Nya, ditandai oleh kepribadian kita sendiri. Penghargaan yang
berharga ini untuk memuji kemuliaan rahmat-Nya, bila didukung oleh sifat hidup
serupa Kristus, mempunyai suatu kuasa yang amat menarik yang bekerja demi ke-
selamatan jiwa-jiwa.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 373.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
nn Perhatikanlah kutipan Ellen G. White di atas. Apakah yang sedang ia
katakan? Prinsip penting apakah yang dapat kita ambil dari kutipan
itu? Bagaimanakah Anda bisa memahami ide bahwa pujian kita kepada
Allah, disertai suatu “kehidupan yang menyerupai Kristus” dapat men-
jadi suatu pengaruh yang sangat kuat bagi keselamatan orang lain?
oo Apakah yang telah dihasilkan oleh pengalaman Anda dalam memberi
pujian dan kemuliaan kepada Allah, bagi Anda dalam perjalanan Anda
bersama Tuhan? Mengapa sikap ini sangat penting?
pp Selidiki lebih jauh pelajaran hari Senin tentang bagaimana bangsa Isra-
el harus memperlakukan orang asing di antara mereka. Pelajaran lain
apakah yang dapat kita ambil dari hal ini bagi diri kita sekarang ini?
Bagaimanakah kita memperlakukan orang yang tidak seiman dengan
kita, mereka yang memiliki pandangan yang menurut kita salah? Ba-
gaimanakah seharusnya kita memperlakukan mereka? Pada saat yang
sama, bagaimanakah kita menunjukkan kepada mereka bahwa kita ya-
kin kita memiliki sesuatu yang mereka perlu ketahui, sementara itu kita
tidak bertindak seakan-akan kita lebih unggul dari mereka? Pelajaran
apakah yang dapat kita pelajari dari bangsa Israel dalam hal ini?
qq Sebagai suatu komunitas, apakah yang dapat kita lakukan untuk meno-
long mengingatkan satu sama lain bukan hanya tentang apa yang telah
Allah buat bagi kita tetapi tentang apa yang Ia harapkan untuk kita
lakukan sebagai sambutannya? Apakah peran dari perjamuan kudus
dalam menolong kita mengingat apa yang kita miliki dalam Yesus?
Rangkuman: Walaupun generasi pertama itu dihukum untuk mengembara
di padang belantara sampai mereka mati, Tuhan menguatkan anak-anak mereka
untuk memandang ke depan ke Kanaan. Karena itulah muncul instruksi Tuhan
lebih lanjut mengenai korban-korban, suatu sikap mengasihi terhadap orang asing
yang bertobat kepada iman, bagaimana menyikapi dosa-dosa yang tidak disengaja
dan dosa-dosa yang terang-terangan memberontak, dan akhirnya membuat jumbai
biru di baju mereka untuk mengingatkan mereka akan perintah-perintah Allah dan
penurutan mereka kepada-Nya sebagai satu-satunya jalan kebahagiaan sejati.
72
Penuntun guru 6
Ringkasan Pelajaran
Ayat Kunci: Yehezkiel 20:18, 19.
73
LANGKAH 1—Memotivasi
Konsep utama untuk Pertumbuhan Rohani: Walaupun kita tidak setia, Allah
itu tetap penuh rahmat dan berpegang pada janji-janji-Nya kepada kita.
Khusus untuk Guru: Setelah membaca cerita berikut ini, diskusikan si-
fat kemurahan Allah dan berikan kesempatan kepada anggota kelas untuk
memberikan contoh pribadi tentang orang-orang yang telah memberikan
kemurahan kepada mereka.
Mantan evangelis televisi Jim Bakker menceritakan tentang apa yang ter-
jadi tidak lama setelah ia bebas dari penjara:
“Ketika saya dipindahkan ke penjara saya yang terakhir, Franklin (Graham)
berkata bahwa ia ingin menolong saya ketika saya nanti bebas—dengan sebuah
pekerjaan, sebuah rumah tinggal, dan mobil. Itulah natal kelima saya di penjara.
Saya memikirkan hal itu dan berkata, ‘Franklin, engkau tidak dapat melakukan
hal tersebut. Itu akan menyakitkan engkau. Keluarga Graham tidak perlu ter-
bebani dengan kebebasan saya.’ Ia memandang saya dan berkata, ‘Jim, engkau
adalah teman saya dahulu dan engkau juga adalah teman saya sekarang ini. Jika
ada orang yang tidak suka akan hal itu, saya akan melawannya.’
“Jadi ketika saya bebas dari penjara, Keluarga Graham mengongkosi saya
dan membayar sebuah rumah untuk saya diami dan memberikan kepada saya
sebuah mobil untuk digunakan. Hari minggu pertama setelah bebas, Ruth Gra-
ham menelepon ke asrama penampungan di mana saya tinggal untuk semen-
tara di Bala Keselamatan dan meminta izin agar saya diizinkan pergi bersama-
nya ke Gereja Montreat Presbyterian pada minggu pagi itu. Ketika saya tiba
di sana, pendeta menyambut saya dan mendudukkan saya bersama dengan ke-
luarga Graham. Sepertinya mereka menempati dua baris tempat duduk—saya
pikir semua bibi dan paman dari Graham serta saudara sepupunya ada di sana.
Organ mulai dimainkan dan semua tempat duduk penuh kecuali satu tempat
duduk di sebelah saya. Kemudian pintu dibuka dan masuklah Ruth Graham.
Ia berjalan menuju barisan tempat duduk dan duduk di samping si narapidana
nomor 07407-058. Saya baru saja bebas dari penjara 48 jam yang lalu, tetapi
pagi itu dia mengatakan kepada dunia bahwa Jim Bakker adalah sahabatnya.”—
“The Re-education of Jim Bakker,” Christianity Today, December 7, 1998, cited
in Perfect Illustrations For Every Topic and Occasion (Wheaton, Ill.: Tyndale
House Publishers, Inc., 2002), hlm. 182, 183.
Langkah 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Rasa Syukur
(Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Bil. 15:1-21; Rm. 12:1; 2 Kor. 2:15,
16; Ef. 5:2).
74
Sementara beberapa agama lain memandang tubuh sebagai sesuatu yang
tidak berharga atau sebagai sesuatu yang dari padanya kita harus melepaskan
diri, Kekristenan memandang tubuh dan semua aspek fisik penciptaan sebagai
karunia dari Allah yang atasnya kita ditunjuk sebagai manajer (penatalayan).
Janji-janji Allah meliputi bidang-bidang fisik—tanah, kekayaan materi, dan ke-
sehatan tubuh. Makanya tidaklah mengherankan bahwa ungkapan rasa syukur
manusia atas karunia-karunia Allah diharapkan meliputi dimensi-dimensi fisik
juga. Korban-korban yang menyatakan anugerah Allah adalah yang dapat diraba,
dicium, dan dirasa. Hukum-hukum mengenai persembahan syukur mengandung
suatu janji terpendam akan kemakmuran dan kesuksesan di masa depan. Se-
mentara dalam pengembaraan mereka di padang belantara, mereka tidak bisa
mendapatkan minyak, tepung, dan buah anggur yang melambangkan hasil dari
penduduk yang tinggal menetap, akan datang waktunya bilamana Allah akan
menggenapi janji-janji-Nya kendatipun bangsa Israel tidak setia.
Pikirkan ini: Bila kita mendengar suatu imbauan untuk memberi persem-
bahan, apakah kita tergoda untuk berpikir, Oh, mereka hanya mengingin-
kan uang saya? Bagaimanakah sikap kita berubah jika kita mengakui bahwa
kesehatan tubuh dan kekayaan materi kita adalah karunia yang tidak layak
kita terima yang diberikan kepada kita oleh Allah yang dengan penuh rah-
mat mengampuni ketidaksetiaan kita?
75
peduli perbuatan masa lalu dan status duniawinya. Dalam Kristus semua orang
itu berharga!
Pikirkan ini: Langkah kehidupan nyata apakah yang dapat saya ambil un-
tuk mempraktikkan penerimaan terhadap mereka yang berbeda dengan saya,
bahkan orang-orang yang menyakiti saya?
Pikirkan ini: Jika tagihan dosa dikirimkan, bukan hanya orang berdosa
itu yang kena tagih, tetapi teman-teman serta keluarganya juga kena tagih.
Bagaimanakah hal ini seharusnya mempengaruhi kita bilamana kita berha-
dapan dengan pencobaan?
Langkah 3—Menerapkan
Khusus untuk Guru: Meskipun tujuan kita sangat baik, semua orang telah
berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, yang merupakan tujuan-Nya bagi
anak-anak-Nya. Alkitab penuh dengan kisah orang-orang yang bergumul
dengan pencobaan dan kalah (Roma 7:14-25).
Cerita minggu ini hanyalah contoh lain dari rahmat dan kesabaran Allah
terhadap kemauan manusia yang menyerupai bunglon. Meskipun ada banyak
contoh Alkitabiah tentang rahmat Allah, kita seringkali tidak sanggup secara
emosi merasakan anugerah-Nya bagi kita. Baca Roma 5:5-11 dan 1 Yohanes
3:19, 20 sebagai persiapan untuk kegiatan berikut ini.
Kegiatan: Dalam Alkitab kita melihat Allah menggunakan ilustrasi yang sa-
ngat sederhana dari dunia fisik untuk mengajarkan prinsip-prinsip dan konsep-
konsep rohani. Hal ini lazim dalam beberapa kitab, seperti Yeremia, Yehezki-
el, dan Zakharia. Yesus memperluas penggunaan dunia fisik dalam memajukan
76
kerajaan rohani. Contohnya, Ia bisa saja hanya berbicara dan menyembuhkan
orang buta, tetapi malahan, Ia membuat adonan lumpur dan menaruhnya di
mata orang itu. Allah tahu bahwa ada dimensi kepribadian manusia yang lebih
baik dalam memahami dan merasakan suasana rohani bila unsur-unsur dunia
fisik digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep rohani, sesederhana apa
pun ilustrasi tersebut.
Dalam kegiatan ini Anda akan membutuhkan sebuah bola besar untuk Per-
mainan-Doh, lebih disukai lagi tiga atau empat kaleng digulung pada bola besar,
beberapa perkakas tangan, seperti pisau, martil, obeng, dan lain-lain, dan pa-
pan dari potongan kayu. Tempatkan bola simetris di atas papan potongan kayu
dan geser ke beberapa anggota kelas yang akan merusak dan mengotori bola
itu dengan perkakas. Setelah bola itu jadi jelek, guru harus ambil bola rusak itu
susun dan gulung lagi menjadi bentuk bola simetris kembali.
Pokok-pokok Pembicaraan: (1) Diskusikan apakah ada kerusakan, keje-
lekan, yang Allah tidak dapat sembuhkan. Jika Allah dapat menyembuhkan atau
membentuk kembali kehidupan kita setelah kita merusakkannya dengan pilihan-
pilihan kita atau dikacaukan oleh orang lain, mengapa kita tidak boleh meragu-
kan kesucian hidup yang Ia telah berikan pada kita? (2) Apakah yang akan ter-
jadi jika kita mengizinkan Permainan-Doh mengering dan menjadi keras? Jika
bola itu keras, seberapa mudahkah menghilangkan goresan dari peralatan kita?
Apakah yang dapat kita perbuat agar tetap lembut dan mudah dibentuk dalam
tangan Tukang Periuk dan bukannya menjadi kering secara rohani?
oo Kunjungi seseorang yang telah murtad atau yang sedang bergumul se-
cara rohani, dan berikan dorongan kepadanya dengan menceritakan
kepadanya apa yang telah diatasi anugerah Allah di dalam hidupmu.
77