Pel 11 (IV) - Perbuatan Asusila Diperbatasan
Pel 11 (IV) - Perbuatan Asusila Diperbatasan
Sabat Petang
Untuk pelajaran pekan ini bacalah: Bil. 25:31; Ul. 21:10-14;
1 Kor. 10:1-14; Why. 2:14.
L
agi-lagi di sini kita melihat tema yang sama berulang sepanjang kitab Bi-
langan: Umat Allah, yang dipimpin dengan sangat jelas dan penuh kuasa
oleh Dia, masih saja melakukan pilihan-pilihan yang salah, masih tetap
menunjukkan kekurangan iman, masih jatuh dalam ketidakpatuhan yang paling
mencolok. Sejak awalnya, yang Allah ingin lakukan adalah membawa mereka
ke Tanah Perjanjian; dan sekali lagi, yang mereka lakukan adalah, membuat hal
itu makin sulit terlaksana, oleh pilihan mereka sendiri.
Tidak diragukan, dahulu dan sekarang, maksud baik Allah yang ditolak itu
tetap akan terlaksana. Sebagaimana Ia membawa umat perjanjian dahulu kala
ke Tanah Perjanjian, Ia akan melakukan hal yang sama untuk kita juga pada
akhir zaman. Namun, bukankah lebih baik jika kita bekerja sama dengan Dia
daripada bekerja menentang maksud-Nya?
Pekan ini kita akan melihat salah satu dari pelanggaran iman terbesar di da-
lam seluruh sejarah Perjanjian Lama, yaitu kemurtadan di Baal Peor. Dan wa-
laupun terjadi ribuan tahun yang lalu, dalam suatu budaya dan konteks yang
benar-benar berbeda dari kita sekarang ini, tetapi di sana ada kesamaan rohani
dan prinsip-prinsip, dan semuanya itu memberikan seruan nyaring mengamar-
kan gereja Allah, yang juga berada di perbatasan Tanah Perjanjian.
126
Minggu 6 Desember
Godaan
127
Senin 7 Desember
Di Belakang Layar
Baca Wahyu 2:14 dan Bilangan 31:16. Pengertian apakah yang kita dapat-
kan dari ayat itu tentang apa yang sedang terjadi dengan Israel di Sitim? Ba-
gaimanakah ini menolong kita memahami bagaimana perasaan mereka?
Tidak berhasil dengan satu cara, musuh-musuh mereka sekarang mencoba
cara lain, dan itu jauh lebih berhasil. Prinsipnya jelas: selama kita bertindak
dalam iman dan penurutan, banyak tertutup pintu menuju dosa, penipuan dan
kejatuhan. Akan tetapi, sekali kita menyimpang dari apa yang seharusnya kita
perbuat, apa saja bisa terjadi. Oleh sebab itu, betapa pentingnya kita berusaha
untuk tetap pada jalan penurutan.
“Atas usul Bileam, satu pesta meriah untuk menghormati ilah-ilah mereka
telah ditetapkan oleh raja Moab, dan dengan sembunyi-sembunyi telah diatur
agar Bileam mengajak orang Israel menghadirinya. Ia dianggap oleh mereka
sebagai nabi Allah, dan oleh sebab itu sedikit saja kesulitan yang akan diha-
dapinya sehubungan dengan rencana itu. Banyak sekali dari orang Israel ikut
bersama dengan dia menyaksikan upacara perbaktian itu. Mereka telah mem-
beranikan diri melangkah ke daerah yang terlarang dan telah terjerat dalam pe-
rangkap Setan. Digelapkan oleh musik dan tari-tarian, terpesona oleh kecantikan
perempuan-perempuan kafir itu, mereka telah meninggalkan kesetiaan mereka
terhadap Tuhan. Apabila mereka ikut serta dalam pesta-pesta kekafiran itu, mi-
numan anggur telah merusakkan indera mereka, dan menghancurkan pagar pe-
ngendalian diri. Nafsu menguasai diri mereka sepenuhnya, dan setelah menodai
hati nurani mereka oleh perbuatan mesum, mereka pun terbujuk menyembah
berhala-berhala. Mereka mempersembahkan korban di atas mezbah kafir dan
turut ambil bagian dalam upacara-upacara yang paling keji.
“Dalam waktu yang tidak lama racun itu pun telah merajalela, seperti satu wa-
bah maut, di seluruh perkemahan Israel. Mereka yang akan dapat menaklukkan
musuh mereka dalam peperangan telah ditaklukkan oleh muslihat perempuan-
perempuan kafir. Bangsa itu kelihatannya benar-benar dibodohi. Para pemuka
dan pemimpin termasuk di antara mereka yang paling pertama mengadakan pe-
langgaran, dan begitu banyak dari orang Israel itu telah bersalah sehingga ke-
murtadan itu telah menyeluruh di antara bangsa itu. ‘Israel berpasangan dengan
Baal Peor.’ Pada waktu Musa bangkit untuk melihat kejahatan itu, muslihat mu-
suh mereka telah begitu berhasil sehingga bukan saja Israel ambil bagian dalam
perbaktian mesum di gunung Peor, tetapi upacara kekafiran itu telah diikuti da-
lam perkemahan Israel.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 51.
Berkali-kali kita melihat prinsip yang sama berlaku: Allah melakukan
begitu banyak untuk umat-Nya, Allah berjanji begitu banyak bagi umat-
Nya, dan sebagai balasannya, mereka merusak diri mereka sendiri. Ba-
gaimanakah dengan diri Anda? Apakah yang telah Allah janjikan kepada
Anda, dan bagaimanakah Anda menyambut janji-janji tersebut?
128
Selasa 8 Desember
Dosa dan Hukuman
Kenyataan bahwa orang-orang ini jatuh dalam jebakan jelas tidaklah men-
jadi alasan untuk perbuatan dosa mereka. Jika mereka menuruti Tuhan, jika me-
reka mematuhi hukum-hukum-Nya, jika mereka melakukan apa yang mereka
tahu benar, dan tidak perlahan-lahan membuka diri mereka kepada pencobaan,
maka kemurtadan dan penderitaan yang menakutkan ini tidak akan terjadi. Ti-
dak diragukan, mula-mula mereka tidak ada maksud untuk melangkah sejauh
itu. Karena, mereka hanya pergi untuk pesta, hanya itu. Dan karena Bileam, se-
orang nabi Allah mereka, telah mengundang mereka, apakah yang salah dengan
hal itu? Namun, betapa cepat semuanya berjalan di luar kendali.
Contoh lain apakah dalam Alkitab yang dapat Anda temukan tentang
orang yang membuka pintu bagi dosa, yang pada akhirnya, memimpin
kepada akibat yang mengerikan, akibat yang mungkin saja mereka tidak
pernah bayangkan akan terjadi?
Tidak diragukan, di seluruh Alkitab kita melihat hal yang sama ini terjadi,
berulang-ulang kali. Dari Hawa di Eden, hingga Yudas di Yerusalem, mereka
yang seharusnya tahu lebih baik, mereka yang telah diamarkan, mereka yang
memiliki terang yang besar, akan tetapi memilih mengabaikan terang itu dan—
tidak ragu-ragu membenarkan perbuatan mereka—jatuh ke dalam dosa-dosa
yang membawa akibat yang menghancurkan. Siapakah di antara kita, yang ba-
rangkali belum, mengalami hal yang sama ini dalam kehidupannya? Allah me-
manggil kita untuk menuruti Dia, bukan karena Ia adalah seorang raja lalim
yang suka menuntut, tetapi karena Ia mengasihi anak-anak-Nya dan tahu apa
yang terbaik bagi kita.
Baca Bilangan 25:4, 5. Mengapa ada reaksi yang sedemikian kuat? (Lihat
Bil. 25:8, 9). Pelajaran apakah yang dapat kita peroleh dari peristiwa ini?
Apakah yang Anda perbuat dengan beberapa orang dekat Anda yang
mengambil bagian dalam suatu perbuatan dosa yang dapat mendatang-
kan pengaruh merusak pada diri Anda dan orang lain? Apakah tanggung
jawab dan tugas Anda dalam situasi semacam itu? Kepada siapakah Anda
bisa memohon pertolongan untuk mencari tahu bagaimana sikap kita?
129
Rabu 9 Desember
Dosa Terang-terangan
Walaupun ayat itu tidak menjelaskan dan mengatakannya secara tegas, orang
dapat memahami dari ayat itu bahwa seorang lelaki Israel bernama Zimri, telah
mengadakan hubungan seks dengan perempuan Midian ketika Pinehas masuk
ke kemah dan menikam mereka berdua dengan tombaknya. Betapapun keras-
nya hal ini kelihatan, pikirkanlah tentang keadaan sekitarnya. Seluruh peng-
huni perkemahan itu sedang menangis dan memohon kepada Tuhan karena apa
yang sedang terjadi, dan orang ini—dengan berani dan terang-terangan dalam
perbuatan dosanya—membawa perempuan Midian ini ke dalam kemah di ha-
dapan mereka semua, dan kemudian membawanya ke dalam tenda dan mela-
kukan hubungan seks dengannya. Semuanya dilakukan sementara tulah sedang
membinasakan perkemahan Israel! Yang lebih parah lagi adalah bahwa Zimri
berasal dari keluarga pemuka, yaitu, ia adalah bagian dari keturunan bangsa-
wan yang seharusnya tahu lebih banyak. Pastilah ia telah begitu tertipu, begitu
dikuasai nafsu, sehingga pemandangan orang-orang yang menangis di depan
kemah pertemuan itu tidak menghalangi dia sama sekali.
Di seluruh Alkitab, kita melihat contoh-contoh tentang bagaimana dosa me-
ngaburkan kuasa berpikir dan memimpin orang-orang untuk melakukan hal-
hal yang sangat tidak masuk akal. Pikirkan tentang Kain, tentang Daud dengan
Batsyeba, tentang Yudas mengkhianati Yesus. Tidak heran Alkitab berulang kali
mengamarkan kita akan dosa. Bukan karena Allah tidak bisa mengampuni dosa
kita; tetapi karena dosa bisa sangat menyesatkan kita sehingga kita bisa menca-
pai titik di mana kita bahkan tidak melihat hal itu sebagai dosa lagi.
130
Kamis 10 Desember
Kebinasaan Orang-orang Midian
Membunuh semua orang, bahkan anak-anak pun, cukup sukar bagi kita un-
tuk memahaminya. Kita hanyalah mempercayai wahyu yang kita terima dari
Allah sebagaimana yang dinyatakan kepada kita melalui Yesus Kristus dan me-
nerima bahwa ada hal-hal yang kita tidak pahami dari sudut pandang kita, hal-
hal yang tidak dinyatakan kepada kita.
Banyak orang mendapati Bilangan 31:13-18 secara khusus mengganggu,
dan bisa dimengerti juga. Tetapi kita harus ingat beberapa hal. Banyak dari
perempuan-perempuan Midian ini terlibat langsung dalam penyesatan yang me-
nyebabkan beribu-ribu kematian; oleh sebab itu, mereka menuai hukuman atas
dosa-dosa mereka. Tetapi bagaimanakah dengan perempuan-perempuan muda,
anak-anak perawan, yang barangkali tidak melakukan apa-apa?
Andaikan Tuhan berfirman untuk membiarkan mereka hidup? Gadis-gadis
muda yang malang ini akan tinggal sendiri, karena semua orangtua mereka mati,
keseluruhan struktur sosial mereka rusak. Apakah yang bisa terjadi kepada me-
reka di dunia yang keras dan berbahaya saat itu? Atau, dengan membawa me-
reka ke dalam perkemahan Israel, perempuan-perempuan ini tidak saja akan
dilindungi dari bahaya apa pun yang mungkin mereka hadapi bila mereka di-
biarkan sendiri, mereka juga akan diperlakukan dengan baik oleh orang Israel.
Karena, hukum orang Israel menuntut hal itu.
Baca Ulangan 21:10-14. Bagaimanakah hal ini lebih menolong kita me-
mahami apa yang sedang terjadi dengan perempuan-perempuan itu yang
dibawa sebagai tawanan oleh orang Israel? Dalam cara apakah hal ini le-
bih menolong kita memahami Bilangan 31?
131
Jumat 11 Desember
Pendalaman: Bacalah tulisan Ellen White berjudul “Kemurtadan di Yor-
dan,” dalam buku Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 49-60.
“Pada waktu bangsa Israel berada dalam satu keadaan yang senang dan aman-
lah mereka telah dituntun ke dalam dosa.... mereka melalaikan doa, dan meman-
jakan roh percaya kepada diri sendiri.... Satu proses persiapan yang lama, yang
tidak diketahui oleh dunia, berlangsung di dalam hati orang Kristen sebelum ia
melakukan dosa yang terang-terangan. Pikiran tidaklah secara mendadak ber-
pindah dari keadaan yang suci dan bersih kepada kemerosotan, kejahatan dan
dosa. Ia memerlukan waktu untuk merusak makhluk-makhluk yang dijadikan
dalam peta Allah, supaya merosot menjadi setaraf dengan binatang atau sesuatu
yang bersifat Iblis. Oleh memandang kita diubahkan. Dengan pemanjaan pikiran
yang kotor, manusia dapat mendidik pikirannya sedemikian rupa sehingga dosa
yang dulunya memuakkan dirinya sekarang akan menjadi sesuatu yang menye-
nangkan baginya.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 57.
Pertanyaan untuk didiskusikan:
nn Salah satu dari karunia terbesar yang Allah berikan kepada manusia ada-
lah karunia seksual. Itu juga merupakan hal yang paling banyak disalah-
gunakan, hal yang Setan gunakan berulang-ulang, dan sangat berhasil,
untuk menjerat dan menjatuhkan mereka yang mengasihi Allah dan ingin
melayani Dia. Bagaimanakah kita saling menolong satu sama lain dalam
bidang ini? Pilihan-pilihan apakah yang dapat kita buat mengenai pa-
kaian, bahasa, dandanan, tontonan, dan kelakuan yang dapat menying-
kirkan batu sandungan dan pencobaan sehubungan dengan dosa yang
telah menuntun kepada begitu banyak penderitaan di antara kita?
oo Pikirkan tentang kehancuran yang disebabkan oleh dosa ini dalam per-
kemahan Israel. Pikirkan tentang penderitaan bangsa itu secara kese-
luruhan. Apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang bagaimana
kita, sebagai suatu komunitas jemaat, memiliki suatu tanggung jawab
untuk membereskan dosa di antara kita?
pp Orang Israel tidak jatuh ke dalam dosa ini hanya dalam semalam. Itu
merupakan suatu proses langkah demi langkah. Bagaimanakah dengan
kita di gereja sekarang ini? Apakah kita menurunkan penjagaan kita
terhadap hal-hal yang dengan tidak kentara, dapat mendorong kita ke
suatu keadaan di mana kita dikeraskan kepada apa yang akan menuntun
kita ke dalam jebakan Setan? Apakah peran norma-norma dalam bidang
penting ini? Bagaimanakah norma-norma dapat menolong melindungi
kita terhadap pergerakan yang lambat laun menuju kepada kemurtadan
dan kebinasaan? Atau—bisakah norma-norma itu menolong? Atau, jika
itu bisa menolong kita—bagaimanakah itu harus diterapkan?
Rangkuman: Keruntuhan moral Israel di perbatasan Kanaan dapat menjadi
suatu contoh tentang metode yang Setan gunakan agar umat Allah murtad pada
akhir zaman ini. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke
dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41).
132
Penuntun guru 11
Ringkasan Pelajaran
Ayat Kunci: 1 Korintus 10:8.
133
Metode Belajar
Langkah I—Memotivasi
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Orang Kristen tidak menyerah
kepada pelanggaran seksualitas secara tiba-tiba tetapi melalui suatu proses
lambat laun yang hanya dapat dihentikan oleh penyerahan kepada Kristus.
Kutipan: “Saya tahu bahwa dunia film-film seks dan majalah-majalah cabul
telah menjadi semakin parah sejak tahun 1970, tetapi saya tidak menyadari hal
itu. Bahkan kebanyakan masyarakat lebih tidak tahu lagi. Mereka pikir porno-
grafi itu kebanyakan berisi gambar-gambar telanjang di majalah Playboy. Ten-
tunya gambar-gambar semacam itu adalah pornografi, tetapi itu bahkan beda
kelas dengan materi persetubuhan yang dijual di toko-toko seks sekarang ini.
Dunia percabulan seks telah menjadi luar biasa jahat dan mesumnya. Dimen-
sinya sukar diterangkan. Mari saya jelaskan bagaimana kita terjebak dalam
kekacauan yang kita hadapi dewasa ini. Salah satu dari ciri-ciri sifat manusia
adalah kemajuan alamiah yang muncul dalam percobaan seksual. Sebagai con-
toh, seorang anak lelaki dan anak perempuan mungkin mendapati bahwa ada-
lah merangsang berpegangan tangan saat kencan pertama, tetapi lebih banyak
kontak fisik kemungkinan besar terjadi pada kencan berikutnya. Kecuali me-
reka membuat usaha yang dini untuk melambatkan kemajuan itu, maka me-
reka akan bergerak secara sistematis menuju ke.... Tak pelak lagi, para pelaku
pornografi memahami prinsip tersebut. Mereka tahu bahwa produk mereka
harus terus-menerus berubah agar tidak membosankan, dan perubahan itu ha-
rus selalu ke hal-hal yang lebih terbuka.... Kemajuan pornografi ringan hingga
persetubuhan mendapatkan suatu sokongan luar biasa pada tahun 1970 ketika
Komisi Kepresidenan Pertama tentang pornografi menerbitkan laporannya.
Mereka berkata, sebetulnya, materi seksual yang terang-terangan itu adalah
hal yang baik dan jangan dilarang sama sekali. Mereka tidak hanya mengata-
kan bahwa percabulan itu tidak berbahaya; malahan mereka merasa bahwa itu
merupakan keuntungan bagi masyarakat, menurunkan tegangan seksual dan di-
harapkan dapat mengurangi pemerkosaan dan kejahatan terhadap anak. Pihak
industri pornografi pun sangat gembira!”—James Dobson, in Pornography, A
Human Tragedy, Tom Minnery,(Tyndale House Publishers, Inc., 1986), hlm.
33, 34. (Italics supplied.)
134
Langkah 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Rayuan dan Terselubung
(Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Bil. 25, 31, 21:1-3, 21-31; Ul. 2:14,
15; 21:10-14; 2 Ptr. 2:14, 15; Why. 2:14, 15).
Tiga karunia Allah yang terbesar—makanan, keintiman, dan perbaktian—
disepelekan oleh bangsa Israel saat mereka berhenti di gerbang Tanah Perjan-
jian. Nafsu berahi, kerakusan, dan penyembahan berhala menggantikan karu-
nia yang sejati, ironisnya hal itu menggenapi pepatah bahwa anjing kembali ke
muntahnya (Ams. 26:11; 2 Ptr. 2:22). Makanan yang dimuntahkan oleh orang
sakit adalah makanan yang sama yang mereka hadapi dan nikmati. Orang gila
mungkin membuktikan bahwa dua bentuk makanan itu adalah sama—bahkan
berkata bahwa muntah itu lebih enak. Sungguh menjijikkan. Namun, inilah yang
Setan katakan bilamana ia menggoda kita dengan tiruan-tiruannya. Makanan,
yang Allah ciptakan untuk dinikmati dan bergizi, dimakan secara berlebihan da-
lam kerakusan. Tidak heran bahwa kegemukan merajalela pada bangsa-bangsa
modern dan bertumbuh cepat sekali di kalangan orang-orang muda. Keintiman
seks, yang Allah berikan kepada manusia untuk kesenangan dan menciptakan
keluarga, dipelintir menjadi pornografi dan perbuatan tidak senonoh yang meru-
sak. Perbaktian, yang oleh mana Allah menawarkan kepada kita hubungan yang
dekat dengan diri-Nya sendiri, dialihkan dari Allah kepada ciptaan-Nya.
Hubungan antara penyimpangan seks dan perbaktian kafir tidaklah menghe-
rankan, karena seks dan perbaktian adalah berhubungan secara intim. Allah men-
ciptakan manusia, secara fisik alamiah, memiliki insting seks agar mereka dekat
secara fisik. Keintiman ini menuntun kepada kehidupan baru dan pertambahan
keluarga. Allah juga menciptakan manusia dengan suatu rasa haus rohani, suatu
kerinduan untuk dekat dengan Dia. Karena Allah adalah roh (Yoh. 4:23, 24), maka
kedekatan kita kepada Allah yang terutama adalah kedekatan rohani, bukan fi-
sik. Perbaktian menarik kita ke hadirat-Nya dan menciptakan keintiman dengan
Allah. Kerinduan untuk keintiman inilah yang agama-agama kafir campur aduk-
kan secara intuisi; tidaklah mengherankan, seks (keintiman fisik) menjadi bagian
dalam perbaktian (keintiman rohani) dari agama-agama kafir, yang menyembah
ciptaan (fisik) lebih dari Pencipta (rohani). (Lihat Roma 1:24, 25.)
Pikirkan ini: Kita merasa ngeri dengan ide tentang kuil prostitusi sebagai-
mana yang dipraktikkan dalam agama-agama kafir dan perbaktian orang
Ibrani yang telah jatuh. Namun demikian, bagaimanakah Setan menggoda
kita untuk menjadikan keintiman fisik menggantikan keintiman rohani da-
lam perbaktian? Bagaimanakah kita menghindari jebakan semacam itu?
Walaupun keintiman rohani itu yang utama, Allah juga menjanjikan kita ke-
sempatan untuk hidup dekat dengan Dia secara fisik (Yoh. 14:1-3). Bagaimanakah
keintiman rohani mempersiapkan kita untuk kedekatan fisik? Bagaimanakah per-
baktian menghasilkan kehidupan baru dan melipatgandakan keluarga Allah?
135
II. Dosa dan Hukuman dan Dosa Terang-terangan
(Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Bil. 24:4-18; 32:23; Gal. 6:7-9).
Pikirkan ini: Simeon dan Lewi, bertahun-tahun sebelumnya, telah mem-
balas dendam atas pemerkosaan saudara perempuan mereka oleh Sikhem (Ke-
jadian 34). Ironisnya, seorang anggota suku Lewi membunuh seorang anggota
suku Simon karena dosa seksual lainnya. Nilai-nilai generasi terdahulu tidak
dapat menebus dosa-dosa generasi sekarang. Jadi, bagaimanakah kita menerus-
kan nilai-nilai positif seks kepada generasi yang akan datang?
Langkah 3—Menerapkan
Khusus untuk Guru: Hal-hal yang terjadi secara lambat laun mungkin saja
lolos dari perhatian kita. Mengetahui hal ini, Setan merencanakan pencobaan
dalam suatu cara yang kita kedapatan tidak hati-hati. Begitu liciknya ia mema-
sang jerat sehingga kita tergoda untuk yakin bahwa kita aman. Karena kom-
promi yang sedikit demi sedikit, kita bisa gagal mencermati bahaya yang sebe-
narnya. Bila sudah terlalu lambat, Setan menyerang, dan kita seringkali gagal.
Kegiatan Kelompok:
Daftar Alat-alat yang Dibutuhkan: (1) Dua hingga empat butir gula, (2)
sebuah mangkuk gelas bening yang cukup menampung isi dari segelas air, (3)
dua buah cangkir kertas atau stirofom (kira-kira lima/delapan ons), (4) sebatang
jarum untuk membuat lubang kecil di tengah dasar cangkir.
Petunjuk: Mula-mula, tempatkan sepotong gula di bagian tengah dasar
mangkuk dan tuang segelas air pada gula itu. Sebagian besarnya akan segera
larut, tetapi ada sebagian kecil yang tetap tinggal. Kemudian, buat satu lubang
yang paling kecil di bagian tengah dasar cangkir (atau siapkan terlebih dahulu
cangkir lain yang sudah punya lubang kecil). Letakkan potongan gula baru ke
dalam mangkuk yang kering dan isi cangkir dengan air sambil jari menutup lu-
bang di bawahnya. Sekarang buatlah air itu menetes ke atas gula. (Ingat: lubang
kecil—menetes pelan—ilustrasi terbaik.) Hasilnya: gula akan larut semuanya.
Pokok-pokok Diskusi: Diskusikan erosi di alam. Bagaimanakah nilai-nilai
Kristiani terkikis? Bagaimanakah bangsa Ibrani secara lambat laun dituntun un-
tuk mengkompromikan nilai-nilai kehidupan mereka? Apakah sebaliknya yang
seharusnya mereka lakukan? Apakah yang sebaliknya dapat kita lakukan?
136