Pel 12 (IV) - Generasi Kedua Peringatan
Pel 12 (IV) - Generasi Kedua Peringatan
Sabat Petang
Untuk Pelajaran Pekan Ini Bacalah: Bil. 26-32; Rm. 5.
Ayat Hafalan: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita,
TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulang-
an 6:4, 5).
S
esuai Firman Tuhan bahwa generasi pemberontak yang telah ditolak
untuk memasuki Tanah Perjanjian tidak akan masuk, sekarang Tuhan
membawa suatu generasi baru ke perbatasan tanah yang sama. Di sana Ia
memerintahkan Musa dan imam besar Eleazar, untuk menghitung kaum pria
yang berumur 20 tahun ke atas, “semua orang yang sanggup berperang” (Bil.
26:20). Mengagetkan bahwa jumlah dalam perhitungan kedua ini mencapai
601.730 (Bil. 26:51) hampir sama dengan jumlah pada perhitungan pertama
40 tahun sebelumnya yaitu 603.550 (Bil. 2:32). Meskipun hukuman Allah atas
bangsa itu sehingga generasi pertama musnah, kecuali Yosua dan Kaleb, Allah
telah melipatgandakan jumlah mereka, sehingga tentara Israel yang berkumpul
di dataran Moab sama banyak dengan generasi pertama.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, Apakah generasi baru ini, setelah
mengalami akibat dari kesalahan-kesalahan buruk dari orangtua mereka, ber-
sedia belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan menurut Tuhan? Seberapa
siapkah mereka mengambil alih tugas yang sekarang diberikan kepada mereka?
Pelajaran-pelajaran apakah yang mereka harus pelajari, dan apakah yang dapat
kita pelajari juga dari mereka?
137
Minggu 13 Desember
Pembagian Tanah
Apakah salah satu alasan sehingga sensus itu dilakukan untuk generasi
baru ini? Mengapa hal itu penting? (Bil. 26:52-56).
________________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Sekali generasi kedua telah menduduki tanah itu, maka harus dibuat pemba
gian yang adil, kalau tidak, hal ini bisa menjadi sumber pertentangan dan keka-
cauan. Untungnya, Musa masih hidup dan bisa memberi petunjuk dalam perso-
alan penting ini. Seperti yang Alkitab katakan, suku-suku yang banyak jumlah-
nya mendapat tanah yang paling luas, yang jumlahnya sedikit, mendapat lebih
kecil. Apakah yang lebih adil dari itu?
Baca Bilangan 27:1-11. Prinsip penting apakah yang kita lihat ditun-
jukkan di sini?
________________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
138
Senin 14 Desember
Pengganti
Musa segera akan mati, tugasnya telah dilaksanakan. Tanggung jawab seka-
rang diberikan kepada Yosua, yang ditunjuk menggantikan Musa. Sungguh me-
narik bahwa bukannya salah satu dari anak-anak Musa yang ditunjuk, malahan,
seseorang yang telah membuktikan kelayakannya sendiri. Bukannya Musa atau
umat itu, tetapi Allahlah yang memilih Yosua.
Juga, Alkitab menjelaskan bahwa, sebagaimana Musa, Yosua harus memim-
pin hanya melalui tuntunan Allah; yaitu, di samping hukum-hukum dan perin-
tah tertulis, ia juga harus mencari kehendak Tuhan melalui “keputusan Urim
di hadapan Tuhan.”
139
Selasa 15 Desember
Sistem Korban Ditegaskan Lagi
Ketika Tuhan mengucapkan Sepuluh Hukum (Kel. 20) dari Gunung Sinai,
dan menyuruh membangun kemah pertemuan (Kel. 25), generasi kedua masih
anak-anak. Sekarang, Allah memilih untuk menegaskan kembali, dalam bentuk
ringkas, sistem korban kepada generasi kedua yang telah dewasa.
Bilangan 28:1-8 menggambarkan korban “harian” atau “tetap” yaitu se-
ekor domba pada pagi dan petang hari. Diatur sedemikian rupa agar api mez-
bah korban tersebut selalu menyala (Im. 6:9, 13). Korban “harian” dan “tetap”
ini adalah inti bait suci. Itu merupakan prioritas di atas segala korban lainnya
dan merupakan pusat perbaktian bangsa Israel. Korban itu melambangkan ter-
sedianya terus pengampunan dan penerimaan Allah melalui Penebus yang di-
gambarkan dalam korban.
Baca Roma 5. Apakah yang ayat itu katakan kepada kita tentang ke-
penuhan dan kesempurnaan korban Kristus bagi kita?
________________________________________________________________
________________________________________________________________
______________________________________________________________
Pada hari Sabat (selain korban harian) dibuat korban khusus. Korban itu ter-
diri dari dua ekor domba, pagi dan petang (Bil. 28:9, 10). Kemudian, Bilangan
28:11-15 merinci korban untuk bulan baru, yang kemudian diikuti oleh perayaan:
Paskah, Pentakosta (hari raya yang berlangsung seminggu), Hari Raya Peniupan
Serunai, Hari Pendamaian, dan Hari Raya Pondok Daun (Bil. 28, 29).
“Beberapa orang bertanya-tanya mengapa Allah menginginkan begitu ba-
nyak korban dan menetapkan persembahan yang terdiri dari begitu banyak
korban berdarah dalam perekonomian orang Yahudi. Setiap korban yang mati
melambangkan Kristus, pelajaran yang memberi kesan kepada pikiran dan hati
pada upacara yang paling khidmat dan suci, dan diterangkan secara tegas oleh
para imam. Korban-korban dengan tegas direncanakan oleh Allah sendiri un-
tuk mengajarkan kebenaran besar dan menentukan ini, bahwa melalui darah
Kristus saja ada pengampunan dosa.”—Ellen G. White, Selected Messages,
jld. 1, hlm. 107.
Mengapa begitu penting untuk percaya hanya pada jasa-jasa dan ke-
benaran Kristus, bukannya pada hal-hal yang ada pada diri kita sendiri,
sebagai satu-satunya sarana keselamatan? Apakah yang terjadi jika kita
mulai memandang pada diri kita sendiri, seakan-akan kita cukup baik se-
hingga layak mendapatkan keselamatan kita?
140
Rabu 16 Desember
Jagalah Perkataanmu
Serta merta mengucapkan dusta merupakan suatu hal tersendiri; hal itu
jelas-jelas salah dan berdosa. Tetapi bukan itu yang dibicarakan di sini. Betapa
seringkah kita membuat suatu janji yang khidmat, atau mengucapkan sumpah
dalam nama Tuhan, yang pada saat itu kita benar-benar bermaksud menepati-
nya, yang pada akhirnya kita melanggarnya karena satu dan lain hal?
Dalam konteks ini, kita sedang berurusan dengan janji-janji yang dibuat “ke-
pada Tuhan,” tetapi pada kenyataannya, bila kita—khususnya sebagai orang-
orang yang mengaku Kristen—berkata bahwa kita hendak melakukan sesuatu,
kita harus melaksanakannya. Bahwa kita bermaksud untuk melaksanakannya
pada saat kita mengucapkannya akan berpengaruh sedikit kepada orang yang ke-
padanya janji itu kita tujukan. Mungkin mereka akan mempercayai kita, mung-
kin juga tidak. Maksudnya di sini adalah, sebagai orang-orang yang mengaku
Kristen, perwakilan Kristus seperti apakah kita ini jika kita menebar janji atau
sumpah ke mana-mana yang—karena alasan apa pun—pada akhirnya kita tidak
menepatinya? Apakah bagusnya agama kita bila kita tidak menepati ucapan kita?
Itulah sebabnya mengapa sangat penting agar kita berhati-hati dengan apa yang
kita janjikan atau mengucapkan sumpah karena kita bisa saja jadi malu karena
tidak sanggup menepatinya, tidak peduli betapapun baiknya maksud kita.
“Tanggung jawab yang sudah diadakan melalui sumpah—jikalau itu tidak
menuntut dia untuk berbuat sesuatu yang salah—harus dianggap suci.”—Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 113. Dalam budaya Israel, kegagalan
memenuhi janji yang diucapkan dalam nama Allah, dianggap sebagai dosa ke-
lalaian. Dalam hal ini, gagal memenuhi janji sama artinya dengan menyebut
nama Tuhan dengan sia-sia, khususnya jika kita adalah orang Kristen yang se-
harusnya melalukan segala hal dalam nama Kristus.
Berapa banyak kalikah Anda membuat sumpah dan janji kepada orang
lain, kepada Allah, atau kepada diri Anda sendiri, yang Anda langgar?
Apakah yang dapat Anda pelajari dari pengalaman-pengalaman tersebut?
Janji-janji apakah yang dapat Anda tuntut yang akan menolong mence-
gah hal ini terus terjadi?
141
Kamis 17 Desember
Di Perbatasan
Setelah sekian waktu, suatu generasi baru muncul, generasi yang lebih dari
siap untuk meninggalkan padang gurun dan akhirnya memiliki sebuah kediaman
sendiri. Tentunya, sebagian orang lebih dari siap untuk hidup tenang.
142
Jumat 18 Desember
Pendalaman: Pelajari ayat-ayat berikut ini mengenai hal-hal khusus yang Musa
ingatkan kepada bangsa Israel generasi kedua. Kata-katanya didasarkan pada
prinsip: Tidak ada yang kita takutkan mengenai masa depan, kecuali kita me-
lupakan cara Tuhan telah memimpin kita pada masa yang lalu.
»» Kutuk Baal-Peor, 24.000 mati (Bil. 25:9, 26:1).
¼¼ Pemberontakan Korah, Datan, dan Abiram (Bil. 26:9-11).
½½ Er dan Onan, anak-anak Yehuda (Bil. 26:19).
¾¾ Nadab dan Abihu, anak-anak imam Harun (Bil. 26:61).
¿¿ Generasi pertama yang mati di padang belantara, kecuali Kaleb dan Yo-
sua (Bil. 26:63-65).
Kebanyakan dari peristiwa-peristiwa yang didaftarkan oleh Musa adalah
peristiwa-peristiwa yang dialami generasi kedua, kecuali pada nomor 3 dan 4.
Mengapa menyinggung tragedi-tragedi dalam sejarah Ibrani tersebut? Rasul
Paulus menjelaskan: “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan
dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana
zaman akhir telah tiba” (1 Kor. 10:11).
Rangkuman: Sementara Musa masih hidup, adalah tepat bila Allah menyu-
ruh dia memberi nasihat-nasihat terakhir kepada generasi kedua, meneguhkan
iman, dan juga menunjuk Yosua sebagai pemimpin bangsa yang baru di bawah
Allah.
143
PENUNTUN GURU 12
Ringkasan Pelajaran
Ayat Kunci: Ulangan 6:4, 5.
144
Langkah 1—Memotivasi
Konsep utama untuk pertumbuhan Rohani: Allah memanggil kita untuk be-
lajar dari para pendahulu kita untuk meneruskan obor kebijaksanaan yang sa-
leh kepada generasi kemudian.
Penentuan waktu itu penting. Jika tongkat itu diberikan terlalu cepat atau
terlalu lambat, maka tim itu otomatis didiskualifikasi. Jika si pelari yang datang
atau yang melanjutkan itu lari di luar jalurnya, mengganggu pelari lainnya, maka
timnya akan dihukum. Penentuan waktu pertukaran tongkat butuh berjam-jam
latihan. Jika pelari yang pergi harus memperlambat larinya agar dapat mene-
rima tongkat, maka akan kehilangan waktu. Jika pelari yang datang itu menu-
tup jalan pelari yang akan pergi, maka pertukaran yang jelek tak terhindarkan.
Menjatuhkan tongkat hampir pasti memastikan kekalahan. Namun, suatu lari
estafet yang terlaksana dengan baik adalah tontonan yang paling menggairah-
kan dalam perlombaan lari.
Bagaimanakah kita meneruskan tongkat iman kepada generasi yang akan
datang? Seberapa baikkah kita telah menerima tongkat dari generasi terdahulu?
Sudahkah kita belajar dari kesalahan mereka atau mengulangi kesalahan me-
reka? Sudahkah kita belajar dari hikmat mereka atau secara sombong meng-
abaikan nilai-nilai mereka? Sudahkah kita memberikan tongkat itu secara baik
atau sembrono? Dalam cara-cara apakah kita dapat memperbaikinya?
Aktivitas: Edarkan sehelai kertas dan pena. Minta anggota kelas menuliskan
lima nilai-nilai kehidupan yang penting bagi mereka. Berikan waktu untuk sa-
ling membagi daftar mereka. Tanyakan anggota kelas mengapa nilai-nilai ter-
sebut penting dan siapakah yang memiliki bagian dalam memberikan nilai-nilai
itu kepada mereka. Sekarang tanyakan apa yang mereka lakukan untuk mem-
berikan nilai-nilai itu kepada orang lain. Tanyakan mengapa penting membagi
nilai-nilai kita kepada orang lain.
Langkah 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Pembagian Tanah (Baca kembali Bilangan 26; 27:1-11; 34:1-36:13).
Karena bangsa Ibrani itu patriarkat/kaum bapak yang menjadi kepala ke-
luarga (bukannya matriarkat/ibu menjadi kepala keluarga), orang akan dengan
mudah menganggap bahwa hak-hak kaum perempuan itu dipandang rendah.
Oleh sebab itu, betapa pentingnya ayat-ayat untuk dipelajari di sini meng-
gambarkan hal-hal berikut: (1) Bahwa Allah itu menaruh perhatian terhadap
posisi kaum perempuan, (2) bahwa hukum-hukum sipil diciptakan untuk me-
laksanakan prinsip keadilan dan dapat diubah bila jelas bahwa hukum-hukum
145
itu bertentangan dengan prinsip yang seharusnya dilindungi oleh hukum itu,
dan (3) bahwa hak-hak semua orang harus dipertimbangkan agar dapat dica-
pai kompromi yang dapat memenuhi kebutuhan semua orang. Rencana Allah
untuk pembagian tanah adalah berdasarkan kebutuhan suku-suku dan dijamin
suatu pembagian yang adil untuk selama-lamanya. Rencana ini sangatlah pen-
ting dalam suatu masyarakat agraris, karena tanah menandakan kesanggupan
untuk mempertahankan hidup dan budaya. Hak kaum perempuan untuk men-
dapatkan warisan yang adil harus seimbang dengan jaminan suku, dalam suatu
masyarakat patriarkat, tanah yang dimiliki oleh perempuan harus dialihkan ke-
pada suku suaminya. Ini akan mengurangi tanah, sarana penunjang satu suku
dibanding yang lainnya. Resolusi tentang hal ini menunjukkan pertimbangan
hak untuk kedua belah pihak.
Pikirkan ini: Bagaimanakah hukum sipil modern dan kebiasaan gereja
memberikan suatu pembagian yang seimbang dalam hal kekuasaan, keka-
yaan, dan kehormatan antara pria dan wanita dalam masyarakat kita? Jika
hukum dan kebiasaan masa lalu tidak lagi menjamin prinsip keadilan, apa-
kah cara yang tepat untuk membawa perubahan?
146
Langkah 3—Menerapkan
Khusus untuk Guru: Meneruskan tongkat iman dan nilai-nilai kehidupan
bisa menjadi suatu usaha yang mengecewakan, sebagaimana digambarkan
oleh dialog ini. Pilihlah dua orang untuk memerankan dialog berikut.
Anak. Ayah, Itu bukan urusanmu! Itu kehidupanku. Mengapa Ayah tidak mem-
biarkan saya?
Ayah. Saya tidak percaya kalau saya mendengar hal ini. Anakku! Apakah saya
tidak boleh mengajarimu?
Anak. Begini, Itu kehidupanku. Ayah tidak dapat menjalani kehidupan un-
tukku.
Ayah. Bukan itu intinya. Engkau memiliki suatu tugas moral di sini. Engkau
tidak bisa pergi begitu saja dan membiarkan seseorang melakukan apa
yang engkau harus lakukan.
Anak. Baiklah, ayah yang bilang. Siapa bilang ayah itu “Sempurna”?
Ayah. Mungkin saja saya tidak selalu hidup sesuai nilai-nilai yang saya ajarkan
kepadamu. Maafkan saya. Tetapi percayalah—saya berusaha untuk me-
megang janji-janji saya. Saya berusaha melakukan apa yang benar.
Anak. Baiklah, pernahkah ayah berpikir bahwa mungkin saya sedang berusaha
melakukan hal yang sama dengan caraku sendiri?
Ayah. Mungkin itulah persoalannya. Ini bukan soal jalanmu atau jalanku atau
jalan raya. Sudahkah engkau bertanya, “Apakah yang Allah pikirkan
tentang hal ini?”
Anak. Saya tahu itu. Saya persis tahu hal itu. Cepat atau lambat ayah akan...
Ayah. Ayo terus saja... tolak Allah. Sekarang katakan, dari mana engkau men-
dapatkan nilai-nilaimu? Atau apakah masing-masing hidup bagi dirinya
sendiri? Tiap-tiap orang melakukan apa yang mereka pikir benar tanpa
peduli ada yang dirugikan?
Ayah. Apa benar? Lihat, suatu hari kelak engkau akan punya anak. Engkau suka
anakmu jadi apa? Apakah engkau akan mengajarinya? Atau engkau akan
membiarkan dia seperti sebuah botol di tengah lautan—hanyut sampai
terdampar tidak sengaja di suatu pantai?
147
Anak. Ah! Maksudnya: “Apakah ayah akan membiarkan media dan internet
membesarkan dia?” Ayah, ayah sangat mudah diramalkan.
Ayah. Mungkin benar; tetapi suatu hari nanti engkau harus memperhitungkan
mengapa engkau di sini, apa maksudmu, apa yang memberi arti hidup—
pertanyaan-pertanyaan besar. Engkau akan mendapati bahwa adalah le-
bih dari sekadar dirimu di dalam dunia. Mungkin sesudah itu baru eng-
kau akan berpikir dua kali tentang Allah.
Ayah. Ya, jika sudah, jangan lupa bahwa Allah mengasihimu dan memiliki su-
atu rencana bagi hidupmu. Belajarlah dari kekurangan-kekuranganku.
Jangan mengulanginya. Pilih yang terbaik bagimu.
Anak. (Diam sejenak), Ok, saya tidak mau janji, tetapi saya akan pikirkan hal
itu.
148