Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelayanan Kesehatan Tradisional menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah pengobatan dan/ atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pelayanan kesehatan tradisional yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan disebut pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer (Rukmini, 2011). Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit. Back to nature atau kembali ke alam memberikan pandangan manusia untuk menyadari bahwa alam dapat dimanfaatkan, contohnya obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. Obat yang berasal dari tanaman disebut juga dengan obat herbal. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari tahun ke tahun pengobatan tradisional/ obat asli Indonesia terus meningkat, hal ini menunjukkan bahwa telah semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan (Anonim, 2008). Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan baik digunakan sebagai pemeliharaan kesehatan atau promotif, pencegahan penyakit atau preventif dan pengobatan atau kuratif. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping

yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern, bahkan ada pula yang tidak ditemukan efek sampingnya. Banyaknya ragam minyak atsiri di pasaran internasional dan masih sedikitnya jenis minyak atsiri yang diproduksi Indonesia menunjukkan bahwa peluang pasar ekspor minyak atsiri masih terbuka lebar. Banyak jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri, seperti adas, jahe, jeruk purut, kapolaga, kayu manis, dan lain-lain yang belum dimanfaatkan sebagai sumber minyak atsiri (Prakosa, et al., 2013) Adas berasal dari Eropa Selatan dan Asia dan menyebar ke Indonesia, Indi, Argentina, dan Jepang. Adas telah dibudidayakan dan kadang sebagai tanaman bumbu atau tanaman obat dan juga dikenal sebagai tanaman aromatik. Tinggi tanaman adas dapat mencapai 1,5 m, batang licin, ruas nyata, beralur memanjang, daun tunggal, letak daun tersebar, tepi 3-5 berbagi menyirip dengan selaput pinggir berwarna putih, memiliki penutup ujung daun. Di daerah pegunungan, tanaman adas tumbuh secara berlimpah. Tanaman adas dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut, namun akan tumbuh lebih baik pada dataran tinggi dan tanah yang cukup subur dengan pH 6,5-8,0. Di Indonesia, ada tiga jenis adas (Foeniculum vulgare) yang dikenal, yaitu adas hitam, adas putih, adas manis. Ketiga jenis tersebut memang biasa diambil minyaknya dan banyak digunakan untuk industri farmasi. Minyak adas dikenal dengan nama fennel oil. Senyawa yang terkandung dalam minyak adas adalah fenchon, pinen, felandren kamfrenza, dan minyak lemak (Suparni dan Ari W, 2012). Adas banyak dikenal di beberapa negara seperti Cina, Meksiko, dan India untuk mengobati berbagai penyakit seperti penyakit pada dada, ginjal, punggung, perut kejang, kanker usus, gangguan pencernaan, radang usus, dan gangguan pernafasan. Adas juga dapat digunakan untuk mengatasi susah tidur/ insomnia (Upik dan Desty E, 2013).

BAB II PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Ciri-Ciri Tumbuhan 1. Klasifikasi Tumbuhan Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus Spesies 2. Ciri-Ciri Perawaan terna aromatik, semusim atau menahun. Tegak, tinggi dapat mencapai 1,5 m, batang licin, ruas nyata, beralur memanjang, daun tunggal, letak daun tersebar, tepi 3-5 berbagi menyirip seperti rambut berwarna hijau muda, pelepah daun panjang dengan selaput pinggir berwarna putih, memiliki penutup ujung daun,. Perbungaan berupa bunga payung majemuk, memiiki 6-40 cabang, setiap cabang tersusun atas sejumlah banyak bunga, bunga bertangkai nyata. Kelopak 5, daun kelopak menyerupai gigi, ukuran kecil. Mahkota kuning, ujung daun mahkota terbelah. Putik pendek dengan bakal buah lonjong. Buah pecah menjadi bagian buah yang tidak bersayap. Buah yang masak mengandung bau aromatik, rasa sedikit manis, pedas, hangat, masuk meridian hati, ginjal, limpa, dan lambung (Anonim, 2010). Adas berasal dari Eropa Selatan dan Asia dan menyebar ke Indonesia, India, Argentina, dan Jepang. Daerah penghasil utama buah adas adalah : Spermatophyta (menghasilkan biji) : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil) : Rosidae : Apiales : Apiaceae : Foeniculum : Foeniculum vulgare (Suriana dan Irni S, 2013).

Malang, Karanganyar, Temanggung, Boyolali, Salatiga. Adas dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut, namun akan tumbuh lebih baik pada dataran tinggi. Untuk pertumbuhan optimum tumbuhan adas memmbutuhkan kelembaban rendah dan cahaya matahari penuh. Tanah yang sesuai untuk budidaya adas adalah tanah gembur dan subur dengan kandungan bahan organik tinggi. Saat tanam yang tepat untuk tanaman adas ini adalah pada awal musim penghujan (Oktober sampai November), sehingga panen dapat dilakukan pada musim kemarau (Juni sampai Juli). . B. Nama Latin 1. Nama Latin Foeniculum vulgare Mill 2. Nama Asing Fennel, Carosella, Fenchel, Funcho, Garden Fennel, Hinojo, Large Fennel, Sweet Fennel, Wild Fenne (Inggris), Xiao Hui (China), Mellet Karee (Thailand), Jintan Manis (Malaysia).

C. Nama Daerah Hades (Sunda), Adas, Adas Londo, Adas Landi (Jawa), Adhas (Madura), Adas (Bali), Wala Wunga (Sumba), Das Pedas (Aceh), Adas Pedas (Melayu), Adeh, Manih (Minangkabau), Paapang, Paampas (Manado), Popoas (Alfuru), Denggu-Denggu (Gorontalo), Papaato (Buol), Porotomo (Baree), Kumpasi (Sangir Talaud), Adasa, Rempasu (Makassar), Adase (Bugis).

D. Manfaat 1. Digunakan untuk gangguan saluran pernafasan, yang diakibatkan karena anetol dapat menstimulasi dan merelaksasi saluran pernafasan, selanjutnya merangsang sekresi kelenjar pada saluran nafas (Anonim, 2011). 2. Ekstrak aseton dalam biji adas mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri : S. Aureus, E. Coli, H.r pylori, C. Albicans, C.

Krusei,

C.

Tropicalis,

C,

parapsilosis,

Miicrosporum

gypseum,

Sacharomyces cerevisiae, Klebsiella pneumoniae, Proteus vulgaris, Enterobacter aerogeus, Salmonella typhi, Bacillus (Manonmani dan V. Mohideen 2011). 3. Pemberian intragastrik 10-50 mg/ kg BB minyak pada marmut meningkatkan sekresi bronkus, ekspektoransia/ inhalasi 1 ml/ kg BB anisaldehida pada kelinci yang dianastesi meningkatkan volume cairan respitasi dan BD 4-6 jam setelah pemberian. Minyak 1 mmol/L mempunyai efek relaksasi pada sediaan trakea marmut yang dibuat konraksi, menandakan efek bronkodilator, juga perubahan kurva respon metakolin yang menandakan aktivitas ini disebabkan penghambatan pada reseptor muskarinik (Anonim, 2011). 4. Ekstrak metanol diberikan eksternal dapat menghambat inflamasi pada mencit yang diinduksi dengan 12-O-tetradekanoilporbol-13-asetat

(Anonim, 2011). 5. Ekstrak buah adas mempunyai kemampuan menghambat bakteri Micrococcus luteus secara in vitro pada konsentrasi minimum 1,56% atau 0,018 g/mL dan dapat membunuh bakteri pada konsentrasi Micrococcus luteus adalah 3,13% atau 0,036 g/mL (Kusdarwati, et al., 2010) 6. Ekstrak dari daun adas mempunyai manfaat menghambatan beberapa mikroorganisme yang terlibat dalam berbagai infeksi dan penyakit kulit (Dahak dan Moha Taourirte, 2013). 7. Ekstrak dari daun adas mempunyai manfaat antijamur, seperti jamur Macrophomina phaseoli, Rhizocotina solani, dan Fusarium moniliforme (Khazaei, et al., 2011). 8. Antioksidan dari minyak ekstrak biji adas merupakan senyawa antioksidan paling alami yang bekerja untuk menghasilkan spektrum yang luas dari kegiatan antioksidan yang menciptakan sistem pertahanan yang efektif terhadap serangan radikal bebas (Singh, et al., 2006). 9. Secara empiris, tanaman adas dimanfaatkan untuk mengobati sakit perut, perut kembung (mulas), mual, muntah, diare, sakit kuning (jaundice),

kurang nafsu makan, batuk, flu, sesak nafas (asma), nyeri haid, rematik, hernia, batu empedu, susah tidur (insomnia). Selain berperan sebagai pengobatan, adas juga berfungsi untuk membantu meningkatkan produksi ASI dan meningkatkan fungsi penglihatan (Suparni dan Ari W, 2012). 10. Studi klinis menyebutkan bahwa adas dapat menurunkan kadar gula darah dan glutation perioksidase serta memperbaikki abnormalitas yang terjadi pada ginjal dan pankreas. Hal ini dimungkinkan adanya peranan senyawa minyak atsiri sebagai antioksidan alami yang mampu mencegah oksidasi sel tubuh (Suparni dan Ari W, 2012). 11. Dalam studi preklinis, anisaldehide merupakan salah satu senyawa aktif dalam adas yang dapat membantu pengobatan TBC dengan cara meningkatkan khasiat streptomycin. Hal ini dikarenakan anisaldehide dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab TBC, yaitu bakteri Myobacterium tuberculosis (Suparni dan Ari W, 2012).

E. Kandungan Kimia Adas mengandung minyak atsiri 1,5-5,0% dengan komponen antara lain trans-anetol (80-90%), linalool, terpineol, estragole (metilkhavikol), isoanetol, trans-anetol, cis-anetol, limonena, anisaldehida (Anonim, 2011). Buah Adas mengandung minyak atsiri berkisar 2-12,6%, yang terdiri dari trans-anetol (50-82%), -fenkon (6-27%), limonen ( 2-13%), p-anisaldehid (6-27%), -pinen (1-5%), dan felandren (0,1-19,8%). Kandungan minyak atsiri pada adas tergantung dari varietas, tempat tumbuh, faktor cuaca, waktu dan kondisi penyimpanan. Minyak atsiri terdiri paling sedikit 12 komponen dengan komponen utama berturut-turut anetol, fenkon, estragol, dan limonen. Kandungan anetol menyebabkan adas mengeluarkan aroma yang khas. Akar mengandung bergapten dan stigmasterin (serposterin). Komposisi bahan aktif yang berasal dari varietas vulgare untuk trans-anetol (50-75%), fenkon (1233%), estragol (2-5%), sedangkan pada varietas dulce untuk trans-anetol (8090%), fenkon (1-10%), estragol (3-10%). Penyimpanan selama 2 bulan akan menurunkan kadar anetol dari 61,3% menjadi 54,4% (Anonim, 2010).

F. Gambar Tanaman

G. Penggunaan Bagian adas manis yang digunakan adalah buah (Foeniculi Fructus) dan daun. Buah yang telah masak dikumpulkan, lalu dijemur sampai kering. Buah adas diolah dengan cara direbus atau digiling halus, lalu diseduh dengan air mendidih untuk diminum sewaktu hangat. Daun dimakan sebagai sayuran atau direbus, lalu diminum. Pemakaian luar, buah kering digiling halus lalu digunakan untuk pemakaian lokal pada sariawan, sakit gigi, sakit telinga dan luka. Minyak adas juga dapat digunakan untuk menggosok tubuh anak yang masuk angin.

H. Toksisitas Adas sebaiknya tidak diberikan pada penderita alergi terhadap wortel, seledri, penderita epilepsi, dan anak dibawah umur. Adas aman digunakan sebagai obat dalam jangka waktu yang tidak lama. Pemakaian jangka lama dalam jumlah banyak akan memberikan efek samping diantaranya, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, dimana kulit menjadi gelap dan sakit terbakar matahari. Uji toksisitas akut ekstrak alkohol 95% buah adas secara per oral pada tikus dengan dosis 3 g/ kg BB tidak menyebabkan kematian, namun terjadi penurunan aktivitas lokomotor dan piloereksion. LD50 minyak atsiri buah adas secara per oral pada tikus 1326 mg/ kg BB. LD50 anetol pada tikus per oral adalah 3,8 mg/ kg BB (Anonim, 2010).

BAB III PROSES PENGOLAHAN

A. Tahap Pengolahan 1. Panen Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan, dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Pemanenan biji dilakukan pada saat biji setelah masak fisiologis yang ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah/ polong dan biji yang didalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara dipetik. Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman. Waktu pemanenan rimpang bervariasi tergantung penggunaan. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah pertumbuhan maksimal, sedangkan bunga yang digunakan dalam bentuk kering pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Pemanenan kayu dilakukan setelah kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan sebelum tanaman berbunga. Pemanenan pada masa sebelum atau sesudah masa optimum akan meningkatkan kerentanan terhadap cacat fisiologis dan menurunkan masa simpan. 2. Pasca Panen Pasca panen berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk proses selanjutnya. Selama proses pasca panen perlu diperhatikan kebersihan dari

alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksana perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.` 3. Penyortiran Basah Penyortiran basah dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang busuk, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. 4. Pencucian Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih. Jika dengan pencucian sekali masih terlihat kotor, pencucian atau pembilasan dapat diulangi. Pencucian sebaiknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian dapat dilakukan dengan cara antara lain : a. Perendaman, biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah, dll. b. Penyemprotan, biasanya dilakukan pada bahan seperti rimpang, akar, umbi, dll. c. Penyikatan, proses ini dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Pencucian dengan cara menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras dan kotoran yang melekat pada bahan sangat kuat. Penyikatan dilakukan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahan itu sendiri. 5. Penirisan Penirisan/ pengeringan bahan dapat dilakukan dengan cara menaruh bahan yang sudah dicuci bersih di rak pengering atau diangin-anginkan.

6.

Pengubahan Bentuk/ Perajangan Pengubahan bentuk dapat dilakukan dengan cara dipotong, dirajang/ dicincang, atau dengan cara yang lain. Pengubahan bentuk pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, penyulingan minyak atsiri, dan penyimpanan. Pengubahan bentuk/ perajangan hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah, dll.

7.

Pengeringan Menggunakan Sinar Matahari Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak, dan tahan disimpan dalam waktu yang lama. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Demikian pula dengan dengan waktu pengeringan juga bervariasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu, ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan, khususnya pengeringan menggunakan sinar matahari. Pada saat

pengeringan/ penjemuran dapat mencegah penguapan minyak atsiri yang berlebihan. Pengeringan daun atau herba dapat menggunakan tampah. 8. Pengeringan dalam Oven Pengeringan secara modern dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat pengering seperti oven. Misalnya bahan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan pengeringan menggunakan oven.

Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga dapat mengurangi mutu bahan tersebut. Suhu pengerinagan dalam ruangan pengerinagn dapat berpengaruh pada kadar minyak atsiri yang dihasilkan. Oven kabinet adalah oven yang digunakan untuk mengeringkan bahan herbal seperti rempah, kunyit, cengkeh, dll. 9. Penyortiran Kering Penyortiran kering dilakukan bertujuan untuk memisahkan bendabenda asing yang terdapat dalam simplisi, misalnya akar-akar, pasir,

kotoran unggas, atau benda yang lainnya. Proses penyortiran kering adalah tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan, atau pengolahan lebih lanjut. 10. Penyimpanan Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) atau di ruang ber-AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi yang cukup, kelembaban rendah, mencegah masuknya sinar matahari langsung yang menyinari simplisia, dan mencegah masuknya hewan baik serangga maupun tikus yang biasanya sering memakan simplisia. 11. Uji Laboratorium Pada tahap proses ini dilakukan uji laboratorium pada simplisia untuk membuktikan dan memastikan bahwa simplia mempunyai kandungan aman. 12. Pengemasan dan Produksi Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan/ jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas, dll. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat meindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun, dan tidak bereaksi dengan isi, dan diharapkan mempunyai rupa dan bentuk yang menarik. Memberikan label yang jelas pada tiap kemasan produk seperti nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, dll. Simplisia dapat diformulasikan menjadi berbagai macam produk, seperti sabun, minuman, herbal berbentuk serbuk/ kapsul, aroma terapi, dan lain-lain. Produk dikemas secara rapi agar mempunyai daya jual.

B. Gambar Tahap Pengolahan

Panen

Pasca Panen

Penyortiran basah

Pencucian

Penirisan

Perajangan

Penjemuran sinar matahari Pengeringan dengan oven

Penyortiran kering

Penyimpanan

Uji Laboratorium

Produksi & Pengemasan

BAB IV KESIMPULAN

Tanaman Adas memiliki ciri-ciri perawaan terna aromatik, semusim atau menahun. Tegak, tinggi dapat mencapai 1,5 m, batang licin, ruas nyata, beralur memanjang, daun tunggal, letak daun tersebar, tepi 3-5 berbagi menyirip seperti rambut berwarna hijau muda, pelepah daun panjang dengan selaput pinggir berwarna putih, memiliki penutup ujung daun,. Perbungaan berupa bunga payung majemuk, memiiki 6-40 cabang, setiap cabang tersusun atas sejumlah banyak bunga, bunga bertangkai nyata. Kelopak 5, daun kelopak menyerupai gigi, ukuran kecil. Mahkota kuning, ujung daun mahkota terbelah. Putik pendek dengan bakal buah lonjong. Buah pecah menjadi bagian buah yang tidak bersayap. Nama latin adas adalah Foeniculum vulgare Mill dan nama asing adas adalah Fennel, Carosella, Fenchel, Funcho, Garden Fennel, Hinojo, Large Fennel, Sweet Fennel, Wild Fenne (Inggris), Xiao Hui (China), Mellet Karee (Thailand), Jintan Manis (Malaysia). Nama daerah adas adalah Hades (Sunda), Adas, Adas Londo, Adas Landi (Jawa), Adhas (Madura), Adas (Bali), Wala Wunga (Sumba), Das Pedas (Aceh), Adas Pedas (Melayu), Adeh, Manih (Minangkabau), Paapang, Paampas (Manado), Popoas (Alfuru), Denggu-Denggu (Gorontalo), Papaato (Buol), Porotomo (Baree), Kumpasi (Sangir Talaud), Adasa, Rempasu (Makassar), Adase (Bugis). Menurut penelitian, adas mempunyai manfaat antara lain digunakan untuk gangguan saluran pernafasan, anti bakteri, anti inflamasi, anti jamur, meningkatkan produksi ASI, meningkatkan fungsi penglihatan, menurunkan kadar gula darah, TBC, mengobati sakit perut, dll.

Adas mengandung minyak atsiri 1,5-5,0% dengan komponen antara lain trans-anetol (80-90%), linalool, terpineol, estragole (metilkhavikol), isoanetol, trans-anetol, cis-anetol, limonena, anisaldehida. Bagian adas manis yang digunakan adalah buah (Foeniculi Fructus) dan daun. Buah yang telah masak dikumpulkan, lalu dijemur sampai kering. Buah adas diolah dengan cara direbus atau digiling halus, lalu diseduh dengan air mendidih untuk diminum sewaktu hangat. Daun dimakan sebagai sayuran atau direbus, lalu diminum. Adas sebaiknya tidak diberikan pada penderita alergi terhadap wortel, seledri, penderita epilepsi, dan anak dibawah umur. Adas aman digunakan sebagai obat dalam jangka waktu yang tidak lama. Pemakaian jangka lama dalam jumlah banyak akan memberikan efek samping diantaranya, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, dimana kulit menjadi gelap dan sakit terbakar matahari. Tahap pengolahan herbal adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Panen Pasca Panen Penyortiran Basah Pencucian Penirisan Pengubahan Bentuk/ Perajangan Pengeringan Menggunakan Sinar Matahari Pengeringan dalam Oven Penyortiran Kering

10. Penyimpanan 11. Uji Laboratorium 12. Pengemasan dan Produksi

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai