Anda di halaman 1dari 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Tentang Stroberi 2.1.1.1 Klasifikasi Tanaman Stroberi Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas Ordo Famili Genus Spesies 13). : Dicotyledonae : Rosales : Rosaceae : Fragaria : Fragaria ananassa Duchesne (Rukmana 1998:

Gambar 1. Buah Stroberi

2.1.1.2 Sejarah Stroberi Tanaman stroberi berasal dari benua Amerika. Jenis atau spesies yang pertama kali ditemukan di Chili adalah Fragaria chiloensis (L) Duchesne atau disebut stroberi Chili. Penyebaran tanaman stroberi meluas ke berbagai negara atau daerah di benua Amerika, Eropa, dan Asia (Rukmana 1998: 13). 2.1.1.3 Morfologi Tanaman Stroberi Batang utama tanaman stroberi sangat pendek. Daun-daun terbentuk di setiap buku. Pada ketiak daun terdapat pucuk aksilar. Internode sangat pendek sehingga jarak daun yang satu dengan yang lainnya sangat rapat. Tanaman tampak seperti rumpun tanpa batang. Batang utama dan daun yang tersusun rapat tersebut disebut crown. Ukuran crown berbeda-beda, tergantung dari umur, tingkat perkembangan tanaman, kultivar, dan kondisi lingkungan pertumbuhan (Budiman dan Saraswati 2005: 18). Daun stroberi merupakan daun trifoliate dengan tepi bergerigi. Pada daun stroberi terdapat stomata yang jumlahnya sekitar 300-400 stomata per mm2. Hal ini mengakibatkan daun stroberi banyak kehilangan air melalui transpirasi (Budiman dan Saraswati 2005: 19).

Tanaman stroberi dewasa umumnya mempunyai 20-35 akar primer dengan panjang akar sekitar 40 cm. Namun, ada juga jenis stroberi yang mempunyai 100 akar primer. Akarakarnya berkumpul dengan panjang 0,5 m. Sekitar 90% dari total akar berkumpul pada lapisan atas media tanam dengan kedalaman sekitar 15 cm (Budiman dan Saraswati 2005: 19). Bunga tanaman stroberi mempunyai lima kelopak bunga, lima daun mahkota, 20-35 benang sari, dan ratusan putik yang menempel pada dasar bunga dengan pola melingkar. Bunga tersusun dalam infloresens yang terletak di ujung tanaman (Budiman dan Saraswati 2005: 20). Tanaman stroberi mempunyai stolon. Stolon adalah batang yang tumbuh horizontal sepanjang permukaan tanah. Pada stolon terdapat ruas-ruas yang dapat mencapai 30 cm. Pada ruas terdapat tunas/pucuk aksilar yang dilindungi oleh bractae. Anakan ini akan membentuk akar pada saat pucuk membentuk daun trifoliate (Budiman dan Saraswati 2005: 22). Buah stroberi berwarna merah. Buah yang biasaa dikenal adalah buah semu yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang sebenarnya berasal dari ovul yang telah diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene. Buah sejati ini berukuran kecil dan menempel pada receptacle yang membesar.

Ukuran stroberi ditentukan oleh jumlah buah achene yang terbentuk. Sementara jumlah buah achene yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan. (Budiman dan Saraswati 2005: 23). 2.1.1.4 Kandungan Gizi Stroberi Buah stroberi mempunyai kandungan nutrisi (gizi) yang tinggi dan komposisi gizi cukup lengkap, seperti disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah stroberi segar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kandungan gizi Kalori (kal.) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Niasin (mg) Vitamin C (mg) Air (g) Proporsi (jumlah) 37,00 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 0,07 0,03 60,00 89,90

(Rukmana 1998: 10) 2.1.1.5 Manfaat Buah Stroberi Buah stroberi berguna membantu penyerapan zat besi dari sayuran yang dikonsumsi. Selain itu, buah stroberi dapat

membantu proses diet karena mengandung zat antianaemic dan reconstituen sehingga bermanfaat untuk pertumbuhan anak. Buah ini juga sesuai untuk diet bagi penderita diabetes. Buah stroberi dapat dimanfaatkan untuk kecantikan, diantaranya obat jerawat, mempercantik kulit, menjadikan gigi putih, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Budiman dan Saraswati 2005: 14). 2.1.2 Kajian Tentang Vitamin C 2.1.2.1 Sifat-sifat Vitamin C Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling labil (Almatsier 2001: 185). 2.1.2.2 Indikasi Klinis Vitamin C Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan

pengobatan skorbut. Selain itu vitamin C digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Vitamin C tidak mengurangi insiden common colds

meskipun dapat sedikit mengurangi beratnya sakit dan lamanya masa sakit (Setiabudy 2007: 778) 2.1.2.3 Farmakokinetik Vitamin C Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam leukosit dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal 1,4 % (Setiabudy 2007: 778) 2.1.2.4 Kebutuhan Sehari AKG (Angka Kecukupan Gizi) vitamin C ialah 35 mg untuk bayi dan meningkat sampai kira-kira 60 mg pada dewasa. Efisiensi absorpsi akan berkurang dan kecepatan ekskresi meningkat 300%-500% pada penyakit infeksi, tuberkulosis, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, pada hipertiroid, kehamilan dan laktasi. Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat (Setiabudy 2007: 778). Perokok diperkirakan membutuhkan tambahan vitamin C 50% untuk mempertahankan kadar normal dalam serum.

10

Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral juga mempunyai kadar vitamin C dalam serum yang rendah, akan tetapi pengaruh kliniknya tidak diketahui. Pada masa hamil dan laktasi diperlukan tambahan vitamin C 10-25 mg/hari (Setiabudy 2007: 778). 2.1.2.5 Rumus Bangun, Rumus Molekul, dan Bobot Molekul Vitamin C Rumus molekul Bobot molekul : C6H8O6 : 176,13

3-okso-L-gulofuronolakton Gambar 2. Rumus bangun vitamin C (Asam Askorbat) (Depkes 1979: 47) 2.1.3 KLT (Kromatografi Lapis Tipis) Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam) yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok, campuran yang akan dipisah berupa larutan dan ditotolkan berupa bercak pada plat KLT. Setelah itu plat ditempatkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan

11

pengembang yang cocok (fase gerak) maka akan terjadi pemisahan senyawa (Stahl 1985: 3). 2.1.3.1 Fase diam Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya (Gandjar dan Rohman 2010: 354). Penjerap yang umum digunakan adalah silika gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa, dan poliamida. Silika gel paling banyak digunakan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung pada cara pembuatannya, sehingga silikat gel ini telah diterima sebagai bahan standar (Stahl 1985: 4). 2.1.3.2 Fase gerak Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas beberapa pelarut. Pelarut ini bergerak didalam fase diam (lapisan berpori) karena adanya daya kapiler. Fase gerak akan menyerap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram (Stahl 1985: 6). Untuk fase gerak vitamin C menggunakan methanolaseton-air (20:40:3) (Gandjar dan Rohman 2010: 369).

12

Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak: 1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. 2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. 3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan nilai Rf (Gandjar dan Rohman 2010: 354). 2.1.3.3 Deteksi senyawa yang dipisah Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa tanpa warna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah sinar UV (Stahl 1985: 13) 2.1.3.4 Penilaian kromatogram Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram

biasanya dinyatakan dengan angka Rf Jarak titik tengah noda dari titik awal Rf = Jarak tepi muka pelarut dari titik awal

13

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf sebagai berikut: (1) struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan; (2) sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya; (3) tebal dan kerataan dari lapisan penyerap; (4) pelarut atau fase gerak; (5) tingkat kejenuhan bejana kromatografi; (6) teknik percobaan; (7) jumlah cuplikan yang digunakan; (8) suhu dan kesetimbangan (Sastrohamidjojo 2007: 35). Metode KLT memiliki sejumlah keuntungan untuk analisis dan isolasi bahan alam yang aktif secara biologis: 1. Biaya murah dibanding metode instrumental dan hanya sedikit pelatihan atau pengetahuan tentang kromatografi. 2. Proses peningkatan skala dari cara analitik ke preparatif mudah dilakukan dengan isolasi cepat bahan alam dalam jumlah miligram hingga gram. 3. Fleksibilitas pilihan fase gerak dan fase diam. 4. Pemisahan mudah dioptimalisasi dengn membidik satu komponen dan metode dapat dikembangkan. 5. Secara praktis semua pemisahan dapat dicapai dengan fase gerak dan fase diam yang tepat. 6. Sampel yang digunakan sedikit (Heinrich, dkk, 2010: 124).

14

2.1.4 Spektrofotometri Spektrofotometri adalah teknik analisis spektroskopik yang menggunakan sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet jarak dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Sinar ultraviolet merupakan radiasi elektromagnetik yang dapat dianggap sebagai energi yang membentuk panjang gelombang. Panjang gelombang merupakan jarak linier dari suatu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan (Gandjar dan Rohman 2010: 220). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis secara

spektrofotometri UV-Vis: 1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis. Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. 2. Waktu operasional (operating time). Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. 3. Pemilihan panjang gelombang.

15

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. 4. Pembuatan kurva baku. Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. 5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan. Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 17%, jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% fotometrik) (Gandjar dan Rohman 2012: 105-109). 2.1.4.1 Instrumentasi Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut spektrometer atau spektofotometer. Berikut adalah diagram sederhana dari spektrofotometer UV-Vis (Gandjar dan Rohman 2012: 81). (kesalahan

16

Sumber sinar

Monokromator

Tempat cuplikan

Detektor

Pencatat

Gambar 3. Diagram skematis instrumen spektrofotometer UV-Vis 1. Sumber sinar Untuk senyawa-senyawa yang menyerap di

spektrum daerah ultraviolet, diguakan lampu deuterium. Deuterium merupakan salah satu isotop hidrogen. Suatu lampu deuterium merupakan sumber energi tinggi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang 200-370 nm dan digunakan untuk semua spektroskopi dalam daerah spektrum ultraviolet (Gandjar dan Rohman 2012: 81). 2. Monokromator Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis (Wardani 2012: 22). 3. Tempat cuplikan Kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari bahan yang dipakai membuat kuvet ada dua macam yaitu kuvet dari leburan silica dan kuvet dari gelas. Kuvet dari leburan silica dapat dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah pengukuran 190-1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas dipakai pada daerah pengukuran 380-1100 nm karena

17

bahan dari gelas mengadsorbsi radiasi sinar UV (Wardani 2012: 22-23). 4. Detektor Detektor biasanya merupakan kepingan elektronik yang disebut dengan tabung pengganda foton, yang beraksi untuk mengubah intensitas berkas sinar ke dalam sinyal elektrik yang dapat diukur dengan mudah, dan juga beraksi sebagai pengganda (amflifier) untuk meningkatkan kekuatan sinyal (Gandjar dan Rohman 2012: 83). 2.1.4.2 Penentuan panjang gelombang maksimal Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu (Gandjar dan Rohman 2010: 254). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 750 nm (Gandjar dan Rohman 2010: 222).

18

Tabel 2. Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak Panjang gelombang 400 - 450 nm 450 - 480 nm 480 - 490 nm 490 - 500 nm 500 - 560 nm 560 - 580 nm 580 - 595 nm 595 - 610 nm 610 - 750 nm Warna yang diserap Warna yang diamati atau komplementer Hijau kekuningan Kuning Orange Merah Merah anggur Ungu (lembayung) Biru Biru kekuningan Hijau kebiruan

Ungu (lembayung) Biru Biru kehijauan Hijau kebiruan Hijau Hijau kekuningan Kuning Orange Merah

(Gandjar dan Rohman, 2010: 223) 2.2 Hipotesis Terdapat kandungan vitamin C dalam buah stroberi.

Anda mungkin juga menyukai