Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan
berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru
adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena
itu dia sendiri merupakan subyek pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa dia
tidak mengetahui sesuatu maka dia berusaha mencarinya melalui kegiatan
penelitian. (Mulyasa, !"#$. Oleh karena itu, seorang guru harus senantiasa
melakukan penelitian terkait dengan proses pengajaran yang dilakukannya.
%upaya sukses dalam pengajaran suatu mata pelajaran tertentu, sangatlah
penting bagi seorang guru untuk meneliti dan mengindenti&ikasi apa saja yang
menjadi kesulitan siswa dalam mata pelajaran tersebut. 'ak terkecuali untuk
mata pelajaran matematika. %elama ini banyak guru mengeluh tentang masih
banyaknya siswa yang tidak mampu menguasai mata pelajaran matematika
dengan baik. Padahal para guru merasa bahwa mereka telah memberikan
kemampuan terbaiknya dalam mengajar. 'ugas guru matematika tentu bukanlah
tugas yang ringan. (uru dituntut untuk memberikan pemahaman tentang konsep-
konsep matematika yang memiliki obyek kajian abstrak. %ebagaimana yang
dikemukakan oleh (%oedjadi, dalam )isa !*#$ tentang beberapa karakteristik
matematika, yaitu+ ("$ memiliki objek kajian abstrak, (*$ bertumpu pada
kesepakatan, (,$ berpola pikir dedukti&, (-$ memiliki simbol yang kosong dari
arti, (.$ memperhatikan semesta pembicaraan, dan (/$ konsisten dalam
sistemnya.
Dengan berbagai karakteristik matematika tersebut, banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Menurut ()012D, dalam %ubini
!,#$ menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai
jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung.
3ondisi ini bukan karena kecacatan &isik atau mental, bukan juga karena &aktor
pengaruh lingkungan, melainkan karena &actor kesulitan dari dalam indi4idu itu
sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan in&ormasi terhadap obyek
yang dinderainya. 2ebih lanjut, (%ubini, !,#$ menegasan bahwa kesulitan belajar
merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan
untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan usaha yang lebih baik untuk
mengatasi gangguan tersebut. 5nak yang mengalami kesulitan belajar akan sukar
dalam menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga ia
akan malas dalam belajar. %elain itu anak tidak dapat menguasai materi, bahkan
1
2
menghindari pelajaran, mengabaikan tugas yang diberikan guru, sehingga terjadi
penurunan nilai belajar dan prestasi belajar menjadi rendah.
Pada dasarnya kesulitan belajar siswa pada matematika bukan karena
kebodohan siswa atau ketidakmampuannya dalam belajar, tetapi terdapat
kondisi-kondisi tertentu yang membuatnya tidak siap untuk belajar. 6ndikator
kesulitan belajar siswa pada matematika terlihat ketika siswa melakukan
kesalahan saat melakukan proses pemecahan soal-soal matematika. (%oedjadi, !*#
dalam )isa$ mengatakan bahwa kesulitan merupakan penyebab terjadinya
kesalahan. Oleh karena itu, untuk menciptakan dan mempersiapkan pembelajaran
matematika yang e&ekti& dan e&isien, para guru haruslah dapat mengidenti&ikasi
dan menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada saat
melakukan pemecahan masalah matematika kemudian berusaha memberikan
solusi yang tepat untuk mengatasinya.
3esalahan siswa perlu adanya analisis untuk mengetahui kesalahan apa
saja yang banyak dilakukan dan mengapa kesalahan tersebut dilakukan siswa.
Melalui analisis kesalahan akan diperoleh bentuk dan penyebab kesalahan siswa,
sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan kepada siswa. 3esalahan yang
dilakukan siswa perlu kita analisis lebih lanjut, agar mendapatkan gambaran yang
jelas dan rinci atas kelemahan-kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal.
3esalahan yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan pengajaran dalam usaha meningkatkan kegiatan belajar dan
mengajar.adanya peningkatan kegiatan belajar dan mengajar diharapkan dapat
memperbaiki hasil belajar atau prestasi belajar siswa (%ahriah,dkk !-#$.
Didalam proses dan akti&itas pembelajaran, seorang siswa mungkin saja
melakukan beberapa kesalahan saat memahami dan mengerjakan soal pada
materi-materi tertentu. 'ugas seorang guru adalah mempersiapkan metode
pengajaran yang tepat sehingga guru dapat memberi pemahaman kepada siswa.
5pabila ada siswa yang mengalami kesulitan belajar dan melakukan kesalahan-
kesalahan maka guru juga dapat memberikan petunjuk terhadap kesalahan-
kesalahan yang telah dilakukan siswa sehingga kesalahan tersebut dapat
diminimalkan atau dihilangkan sama sekali.
'ujuan dari pengajaran matematika tentu saja untuk mengajar semua
siswa dengan sukses. )amun, &akta membuktikan bahwa meskipun beberapa
siswa sukses dalam pelajaran matematika, tetapi sebagian besar dari mereka
mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. (7udariah dan 8oselainy,
dalam 7asin dan n4er !.#$ menegaskan bahwa sangatlah penting untuk
menentukan dan menghilangkan kesalahan siswa dalam pembelajaran
matematika dengan segera. Untuk matematika yang memiliki konsep-konsep
yang tersusun secara hierarkis dengan konstruksi yang saling berkaitan, konsep
3
tidak bisa dijelaskan secara sempurna tanpa diberi pemahaman pre-conditional
konsep sebelumnya. %ejalan dengan itu, (%uherman dkk, !/#$ menyatakan bahwa
konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan
sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang
paling kompleks. 9al ini berarti bahwa di dalam matematika terdapat konsep
prasyarat dimana konsep ini sebagai dasar untuk memahami suatu topik atau
konsep selanjutnya.
Mengacu pada kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan apabila
dalam suatu tingkatan tertentu konsep tidak dikuasai secara sempurna oleh siswa,
maka pada tingkat selanjutnya siswa tersebut akan semakin mengalami kesulitan.
0ika siswa mengalami kesulitan, maka siswa tersebut akan berpeluang untuk
melakukan kesalahan pada saat melakukan pemecahan masalah matematika.
%alah satu materi matematika yang sulit dikuasai oleh sebagian besar siswa
adalah integral. 6ntegral merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang
diajarkan ditingkat %2'5 dan perguruan tinggi dalam mata kuliah kalkulus.
Untuk dapat menguasai materi integral dengan sempurna, diperlukan pemahaman
konsep serta kemampuan mengabstraksi dan bernalar yang cukup bagus. %ebab
materi integral berisi cukup banyak rumus, konsep dan aplikasi integral. 5plikasi
integral yang diperkenalkan di tingkat %2'5 antara lain aplikasi untuk
menghitung luas daerah di bawah kur4a dan menghitung 4olume benda putar.
Untuk dapat menguasai materi-materi tersebut, seorang siswa harus
mempunyai kemampuan dalam memahami dan menggambar gra&ik &ungsi. %iswa
dituntut untuk menguasai konsep tersebut, karena siswa yang tidak menguasai
rumus-rumus integral, dan yang tidak bisa memahami abstraksi gra&ik, serta
siswa yang kurang dalam penguasaan berhitung, maka akan menjadi suatu
kendala bagi siswa untuk memahami dan menguasai materi integral.
Umumnya materi integral ini diajarkan setelah siswa menyelesaikan materi
prasaratnya, yaitu materi 2imit dan De&erensial. %elain kedua materi tersebut,
banyak materi lain yang juga merupakan dasar dan terkait langsung dengan
operasi-operasi dalam integral. Materi tersebut antara lain aljabar, geometri dan
trigonometri. Meskipun integral ini merupakan materi yang sangat penting dalam
matematika, tetapi secara umum siswa mengalami berbagai macam kesulitan
untuk menyelesaikan masalah pengintegralan.
Penelitian terkait kesulitan siswa dalam memahami materi integral telah
banyak dilakukan. %ebagai contoh, (7asin dan n4er, !.#$ menyatakan bahwa
beberapa kesulitan yang teriden&ikasi adalah lemahnya pemahaman terkait
konsep dasar integral, ketidakmampuan merumuskan masalah secara matematis
dan kurangnya pemahaman pada materi aljabar, geometri dan trigonometri.
%ementara itu, penelitian yang dilakukan oleh (5huja dkk, dalam 3iat !:#$ yang
4
diprakarsai dan didanai oleh )ational 6nstitute o& ducation o& the )anyang
Uni4ersity di %ingapura menyimpulkan bahwa meskipun secara umum
mahasiswa mempunyai minat yang bagus dalam belajar kalkulus, tetapi mereka
hanya mengha&al rumus untuk menyelesaikan soal dengan pemahaman yang
minim. Mereka tidak memahami konsep sebagai bagian yang penting dalam
matematika dan kalkulus. ;ahkan beberapa mahasiswa mengalami kesulitan
dalam belajar kalkulus, terutama yang berkaitan dengan konsep, de&inisi,
teorema, pembuktian sehingga secara umum mahasiswa mengalami kebosanan
dalam belajar kalkulus.
Penelitian lain juga dilakukan oleh (Orton, dalam 3iat !:#$ dengan
menggunakan metode inter4iew untuk menyelidiki tingkat pemahaman siswa
terhadap dasar-dasar kalkulus. %elanjutnya, respon siswa yang berhubungan
dengan materi limit dan integral dianalisis secara detail. Dari data diperoleh hasil
tentang tingkat pemahaman siswa, kesalahan dan miskonsepsi umum yang
banyak dilakukan oleh siswa. %ecara umum siswa mempunyai masalah terkait
integral sebagai limit jumlah dan hubungan antara integral tentu dengan luas
daerah di bawah kur4a. Menurut Orton, banyak guru telah menerima anggapan
bahwa integral merupakan materi yang tidak mudah untuk dipelajari. Para guru
mencoba untuk mengajarkankan materi integral dengan banyak cara. ;eberapa
guru mengenalkan integral sebagai aturan atau sebagai anti turunan sementara
sebagian yang lain terlebih dahulu membangun pemahaman siswa tentang limit
dan aljabar sebelum mereka memperkenalkan integral.
(3iat,!:#$ dalam penelitiannya mengelompokkan berbagai macam
kesalahan (error$ yang mungkin dilakukan siswa ketika menyelesaikan soal
integral. 3esalahan yang mungkin dibuat siswa dikelompokkan dalam , jenis.
0enis pertama adalah conceptual error yang menunjuk pada kesalahan siswa
karena kesalahan dalam memahami konsep yang berkaitan dengan soal. 0enis
kedua adalah procedural error yang menunjuk pada kegagalan dalam
memanipulasi atau mengalgoritma soal meski pemahaman konsep sudah
dimiliki. 0enis ketiga adalah technical error yaitu kesalahan siswa karena
kurangnya pemahaman siswa pada materi lain yang berhubungan dengan integral
atau kesalahan karena kecerobohan (carelessness$ yang dilakukan siswa
;erdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa banyak siswa yang
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal integral. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Integral i !in"a# Dari Gender$
5
B. %#m#san Masalah
;erdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut+
". 5pa jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas <66 %2'5 putra dalam
menyelesaikan soal integral=
*. 5pa jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas <66 %2'5 putri dalam
menyelesaikan soal integral=
,. 5pa &aktor yang menjadi penyebab siswa melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal integral=
&. De'inisi ()erasional
5gar tidak menimbulkan pena&siran yang keliru, maka penulis perlu
menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam makalah ini, yaitu+
". 5nalisis adalah penyelidikan terhadap hasil pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan soal integral untuk mengetahui jawaban tersebut sesuai
dengan kebenaran yang ada dalam kunci jawaban pada masing-masing butir
soal
*. 3esalahan adalah kekeliruan atau penyimpangan yang dilakukan siswa
terhadap kebenaran yang ada dalam kunci jawaban pada masing-masing
butir soal ditinjau berdasarkan jenis kesalahannya
,. 0enis kesalahan adalah macam-macam kesalahan yang kemungkinan
dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah integral
-. >aktor penyebab kesalahan adalah hal yang ikut mempengaruhi siswa
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal integral
.. 5lternati& cara adalah pilihan-pilihan metode yang kemungkinan dilakukan
untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah integral.
6
BAB II
KA*IAN PUS!AKA
A. Peme+ahan Masalah Matematika
Pemecahan suatu masalah merupakan suatu akti4itas dasar bagi setiap
manusia, sebab sebagaian besar kehidupan manusia selalu berhadapan dengan
berbagai masalah. Untuk itu diperlukan suatu kemampuan untuk
menyelesaikannya masalah yang dihadapi. 0ika kita gagal dengan suatu cara,
maka kita harus mencoba dengan metode atau cara yang lainnya.
Menurut (8usen&endi, dalam )isa !*#$ bahwa suatu persoalan itu
merupakan masalah jika+ "$ persoalan itu tidak dikenalnya, *$ siswa harus
mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan
siapnya? terlepas dari apakah akhirnya siswa sampai atau tidak kepada
jawabannya, ,$ siswa ada niat menyelesaikannya.
(9udoyo, dalam )isa !*#$ menyatakan bahwa suatu pertanyaan akan
merupakan masalah hingga jika seseorang tidak mempunyai aturan atau hukum
tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan tersebut.
%edangkan (%utawijaya, dalam 5njani !@#$ mengemukakan bahwa untuk
mengatakan bahwa suatu soal dapat menjadi masalah apabila? "$ kita tidak
mengetahui gambaran tentang jawaban soal itu, dan *$ kita berkeinginan atau
berkemauan untuk menyelesaikan soal tersebut.
;erdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian tentang masalah
diatas, maka dapat dikatakan bahwa suatu masalah dalam matematika adalah soal
atau pertanyaan matematika dimana siswa tidak mampu memahami, tidak
mengetahui adanya aturan yang dapat digunakan untuk menemukan solusi dari
masalah tersebut dan siswa tidak mempunyai gambaran tentang langkah-langkah
pemecahan masalah.
(Polya, !A#$ mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari
jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu
mudah segera untuk dicapai, sedangkan menurut (%umarmo, dalam 5njani !@#$
bahwa pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan
teknik atau produk baru. ;ahkan dalam pembelajaran matematika pemecahan
masalah mempunyai interpretasi berbeda. Misalnya menyelesaikan soal cerita,
soal yang tidak rutin, dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-
hari. %oal non-rutin yaitu soal (masalah$ yang penyelesaiannya menuntut
perencanaan dengan mengaitkan dunia nyataBkehidupan sehari-hari, dan
penyelesaian tersebut memungkinkan banyak alternati& jawaban (open-ended$
6
7
yang memerlukan cara ber&ikir di4ergen yang dapat melatih siswa ber&ikir
kreati&.
(Polya, !A#$ mengajukan empat langkah &ase penyelesaian masalah yaitu
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan
melakukan pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan. >ase
memahami masalah tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan,
siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah tersebut dengan benar, selanjutnya
para siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi. Penyelesaian masalah,
dalam &ase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa lebih kreati& dalam
menyusun penyelesaian suatu masalah, jika rencana penyelesaian satu masalah
telah dibuat baik tertulis maupun tidak. 2angkah selanjutnya adalah siswa
mampu menyelesaikan masalah, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
dianggap tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut
polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan. Mulai dari &ase
pertama hingga hingga &ase ketiga. Dengan model seperti ini maka kesalahan
yang tidak perlu terjadi dapat dikoreksi kembali sehingga siswa dapat
menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Pemecahan masalah matematika merupakan hal yang lebih sulit karena
matematika adalah pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak
sehingga pemecahan masalah matematika membutuhkan daya nalar dan daya
abstraksi yang baik dari siswa. ;ukan hanya itu, hal lain yang dibutuhkan dalam
pemecahan masalah matematika adalah pemahaman konsep yang harus dibangun
secara benar sebab konsep matematika tersusun secara terstruktur dan hierarkis.
3esalahan dalam memahami konsep dasar akan membuat siswa juga melakukan
kesalahan dan mengalami kesulitan dalam memahami konsep lanjut yang lebih
kompleks. (%kemp, !"C#$ berpendapat bahwa ada dua macam konsep yang harus
dibedakan, yaitu primary concept, yang berasal dari rangsangan atau sejumlah
pengalaman yang memiliki kesamaan secara umum, dan secondary concept yang berasal
dari pengalaman yang di abstraksikan dari primary concept.
Mengacu pada pendapat %kemp, bahwa primary concept dalam pembelajaran
matematika dapat dimaknai sebagai konsep-konsep dasar dalam matematika yang
digunakan untuk mempelajari konsep-konsep lanjut yang lebih kompleks (secondary
concept). 3esalahan dalam memahami konsep dasar tentu saja akan membuat
siswa melakukan kesalahan dan mengalami kesulitan dalam memahami konsep
lanjut yang lebih kompleks tersebut.
2ebih lanjut, (%kemp, !"C#$ menegaskan bahwa+
In Mathematics, however, not only are the concept far more abstract than those of
everyday life, but the direction of learning is for the most part in the direction of still
greater abstraction. The communication of mathematical concept is therefore much
more difficult, on the part of both communicator and receiver
8
Maksudnya adalah bahwa di dalam matematika, tidak hanya konsepnya yang jauh
lebih abstrak dari pada hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tujuan pembelajaran
yang menjadi bagian paling penting dalam pembelajaran juga merupakan sesuatu yang
lebih abstrak. 3omunikasi konsep matematika lebih sulit, pada bagian penyampai
(guru$ dan penerimanya (siswa$. %ejalan dengan itu, (9udojo, dalam 8ode!"C#$
menyatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ideB konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hierarkis dan penalarannya dedukti&. Oleh karenanya, dalam proses
pembelajaran matematika tidak semua siswa selalu berhasil mencapai tujuan
pembelajaran. 0ika ada siswa yang tidak dapat belajar, ini berarti ia mengalami kesulitan
yang berakibat pada terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
B. Masalah Bela"ar Matematika Di Sekolah
Matematika sekolah adalah unsur atau bagian matematika yang dipilih
berdasarkan dan berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan
perkembangan iptek (%oedjadi, dalam %iswono !""#$. Di dalam pembelajaran
matematika sekolah terdapat banyak permasalahan. Masalah belajar matematika
di sekolah dikemukakan oleh (%iswono, !""#$ antara lain+
". Masalah belajar di kelas (seperti bagaimana gaya belajar siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika, bagaimana proses ber&ikir siswa dalam
mengajukan masalah matematika atau bagaimana karakteristik siswa dalam
menyelesaikan masalah terbukaBopen ended$
*. 3esalahan-kesalahan pembelajaran (seperti bagaimana langkah-langkah
memperbaiki kesalahan siswa dalam belajar perbandingan, bagaimana
strategi pembelajaran yang dapat mengatasi kesalahan konsep siswa dalam
menyelesaikan masalaha yang berkaitan bangun datar, atau apa saja
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
lingkaran$
,. Miskonsepsi (seperti &actor-&aktor apa yang menyebabkan miskonsepsi siswa
dalam menjumlahkan bilangan pecahan, apa saja miskonsepsi-miskonsepsi
yang dilakukan siswa dalam mengurangkan bilangan bulat, atau apa saja
miskonsepsi yang terjadi dalam belajar pecahan$
-. Peningkatan hasil belajar siswa (seperti &actor-&aktor apa saja yang
mendukung dan menghambat hasil belajar siswa dalam mempelajari pecahan
decimal, bagaimana pola pemberian tugas yang dapat meningkatkan
kemampuan ber&ikir kreati& siswa dalam belajar geometri atau apakah
pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan ber&ikir kritis$
6ntegral merupakan salah satu materi yang diajarkan di sekolah lanjutan
tingkat atas (%2'5$. Dalam kurikulum *C", maupun kurikulum-kurikulum
sebelumnya materi integral diajarkan pada kelas <66 %2'5. 9al ini cukup
beralasan sebab materi integral membutuhkan penalaran yang baik dari siswa.
9
%elain itu, materi integral merupakan materi yang kompleks karena melibatkan
banyak konsep matematika seperti &ungsi, aljabar, aritmatika, geometri maupun
trigonometri. %ebelum materi integral diperkenalkan, siswa diharuskan
menguasai materi prasaratnya yaitu konsep limit dan turunan. 3edua materi
tersebut sangat berkaitan erat dengan integral. 3esulitan belajar pada kedua
materi tersebut pasti akan mengakibatkan siswa juga sulit dalam belajar integral.
Materi-materi integral yang diajarkan di sekolah antara lain, integral tak
tentu dan integral tentu, integral &ungsi aljabar dan &ungsi trigonometri serta
diperkenalkan prosedur pengintegralan, yakni integral substitusi dan integral
parsial. Materi yang juga sangat penting adalah aplikasi integral, yaitu aplikasi
untuk menghitung luas daerah dan untuk menghitung 4olume benda putar.
Masalah aplikasi integral inilah yang membutuhkan penalaran dan kemampuan
pemecahan masalah yang bagus dari siswa.
&. Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Integral
Dalam menyelesaikan soal matematika siswa sering melakukan kesalahan.
3esalahan yang dilakukan oleh siswa beraneka ragam dan sangat kompleks
tergantung kepada pengetahuan indi4idu siswa tersebut. 3esalahan merupakan
bentuk penyimpangan terhadap hal yang benar, prosedur yang ditetapkan
sebelumnya, atau penyimpangan dari sesuatu yang diharapkan.
(%ukirman, !*# dalam )isa$ mengidenti&ikasi jenis kesalahan yang
dilakukan siswa pada setiap aspek penguasaan bahan ajar matematika .
3esalahan yang diidenti&ikasi antara lain+
". 3esalahan konsep, yaitu kesalahan yang berkaitan dalam penggunaan
konsep-konsep yang digunakan dalam materi.
*. 3esalahan prinsip, yaitu kesalahan yang berkaitan dengan hubungan antara
dua atau lebih objek matematika.
,. 3esalahan operasi, yaitu kesalahan dalam melakukan perhitungan.
%ementara itu, (3ostolan, dalam 8ode !"*#$ menggambarkan jenis-jenis
kesalahan siswa ketika melakukan pemecahan masalah matematika, yaitu+
". 3esalahan konseptual, yaitu kesalahan yang dilakukan dalam mena&sirkan
istilah, konsep dan prinsip atau salah dalam menggunakan istilah, konsep
dan prinsip.
*. 3esalahan prosedural, yaitu kesalahan dalam menyusun langkah-langkah
yang hirarkis sistematis untuk menjawab suatu masalah.
Mengingat kompleksnya materi integral, tentu saja akan banyak jenis
kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam memecahkan masalah integral. Oleh
karena itu, jenis kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis
kesalahan yang diidenti&ikasi oleh 3iat. Di dalam penelitiannya, (3iat,!:#$
10
mengelompokkan berbagai macam kesalahan (error$ yang mungkin dilakukan
siswa ketika menyelesaikan soal integral. 3esalahan yang mungkin dibuat siswa
dikelompokkan dalam , jenis. 0enis pertama adalah conceptual error yang
menunjuk pada kesalahan siswa karena kesalahan dalam memahami konsep yang
berkaitan dengan soal. 0enis kedua adalah procedural error yang menunjuk pada
kesalahan dalam memanipulasi atau mengalgoritma soal meski pemahaman
konsep sudah dimiliki. 0enis ketiga adalah technical error yaitu kesalahan siswa
karena kurangnya pemahaman siswa pada materi lain yang berhubungan dengan
integral atau kesalahan karena kecerobohan.
(3iat,!:#$ menguraikan tentang indikator conceptual error, procedural
error dan technical error , yaitu sebagai berikut+
". 6ndikator conceptual error
conceptual error adalah kesalahan siswa karena kesalahan dalam memahami
konsep yang berkaitan dengan soal atau kesalahan yang berkaitan dalam
penggunaan konsep-konsep yang digunakan dalam soal.
a. Conceptual Error ! 6ntegral sebagai luas daerah di bawah sebuah kur4a
1ontoh soal+
'entukan luas daerah yang di batasi oleh kur4a y D "(" E -$ dan sumbu-< dari
" D C sampai " D .F
3emungkingkan jawaban siswa adalah+


.
C
.
C
$ - ( $ - ( d" " " d" " "

luas satuan
"
"
,
"
@
.C
,
"*.
*
,
.
C
*
,


1
]
1


%iswa tidak menyadari bahwa daerah yang dibatasi oleh kur4a y # "(" $ -$
dan sumbu-< dari " D C sampai " D . akan terbentuk * daerah, yaitu
"$ Daerah berada di bawah sumbu-< dari " D C sampai " D -
*$ Daerah berada di atas sumbu-< dari " D - sampai " D .
%iswa juga tidak memahami konsep bahwa luas daerah tidak mungkin
negati&.
3emungkinan jawaban siswa yang lain+


-
C
-
C
$ - ( $ - ( d" " " d" " "
11

luas satuan
"
"
,
"
"C
,*
,
/-
*
,
-
C
*
,


1
]
1


%iswa hanya menghitung luas daerah di atas sumbu-< dari " D C sampai " D -
sementara luas daerah dari " D - sampai " D . diabaikan oleh siswa.
b. Conceptual Error % + 6ntegral sebagai luas daerah antara * kur4a
1ontoh soal+
Perhatikan gambar di bawah iniF
'entukan luas daerah ;F
3emungkinan jawaban dari siswa adalah+
2uas daerah ; D

+
-
*
*
-
*
$ @ / ( $ * @ ( d" " " d" "

[ ]
[ ]
luas satuan
" " " " "
-
@ -
$ "/ "* - ( $ ,* -@ ,* !( $# - "/ ( $ "/ ,* (
@ ,
*
"
@
-
*
* ,
-
*
*


+ +
1
]
1

+
c. Conceptual Error , + 6ntegral sebagai anti turunan
1ontoh soal+
12
(radien garis singgung sebuah kur4a pada setiap titik (", y$ dinyatakan oleh
.
$ , * (
/
*

" d"
dy
0ika kur4a melalui titik (,, .$, maka koordinat titik potong
kur4a terhadap sumbu-< adalah....
Kem#ngkinan "awa,an siswa aalah-
Diberikan
.
$ , * (
/
*

" d"
dy
0ika " D ,, maka
,
*
$ , , * (
/
*

d"
dy
3arena kur4a melalui titik (,, .$, maka persamaan kur4a adalah+
,
,
*
$ , (
,
*
.
+

" y
" y
0ika kur4a memotong sumbu-<, maka y D C
*
"
-
,
,
*
C

+
"
"
0adi koordinat titik potong kur4a terhadap sumbu-< adalah (
*
"
-
, C$.
%iswa melakukan kesalahan karena siswa tidak mencari persamaan kur4a,
tetapi mencari persamaan garis singgung kur4a di titik (,, .$.
5pabila seorang siswa memberikan jawaban sebagaimana yang diuraikan
diatas, maka siswa tersebut dikaterogikan telah melakukan conceptual error.
*. 6ndikator procedural error
&rocedural error adalah kesalahan dalam memanipulasi atau mengalgoritma
soal meski pemahaman konsep sudah dimiliki atau kesalahan dalam
menyusun langkah-langkah yang hirarkis sistematis untuk menjawab suatu
masalah.
a. &rocedural error " + tidak menuliskan konstan c dalam integral tak tentu
1ontoh soal+
'entukan

d" " $ " * cos(


3emungkinan jawaban siswa adalah+
$ " * sin(
*
"
$ " * cos(

" d" "


13
%iswa mengintegralkan integral tak tentu tanpa menambahkan sebuah
konstan c. %iswa mengabaikan konstan c karena mungkin menganggap
konstan c tidak diperlukan.
b. &rocedural error *+ ;ingung antara turunan atau integral
1ontoh soal+
'entukan

d" " $ " * cos(


3emungkinan jawaban siswa adalah+
c " d" " +

$ " * sin( * $ " * cos(


%iswa menggunakan procedur turunan untuk mengintegralkan soal tersebut.
0enis error ini biasanya terjadi pada integral yang melibatkan &ungsi
trigonometri.
5pabila seorang siswa memberikan jawaban sebagaimana yang diuraikan
diatas, maka siswa tersebut dikaterogikan telah melakukan procedural error.
,. 6ndikator technical errors
Technical error yaitu kesalahan siswa karena kurangnya pemahaman siswa
pada materi lain yang berhubungan dengan integral atau kesalahan karena
kecerobohan.
a. 3urangnya pengetahuan tentang koordinat geometri
1ontoh soal+
Perhatikan gambar di bawah iniF
'entukan luas daerah 5F
3emungkinan jawaban dari siswa adalah+
2uas daerah 5 D
luas satuan @ @ *
*
"
@ -
*
"

,
_


,
_


%iswa ber&ikir bahwa bagian dari kur4a y D G
*
E /G H @ yang melalui titik
(*, C$ dan (C, @$ merupakan garis lurus, sehingga siswa ber&ikir bahwa
14
luas daerah 5 adalah luas segitiga yang melalui titik (C, @$, (-, C$ dan
(C, C$ dikurangi dengan luas segitiga yang melalui titik (C, @$, (*, C$ dan
(C, C$.

b. Technical errors *+ 3urangnya pengetahuan tentang operasi dalam aljabar
1ontoh soal+
'entukan

+ . $ - , ( *
-
d" "
3emungkinan jawaban siswa adalah+
d" " d" "

+ +
- -
$ @ / ( $ - , ( *

c "
c
"
+ +
+

.
.
$ @ / (
-C
"
@ .
$ @ / (
%iswa mengalikan konstanta * secara langsung sebelum melakukan
pengintegralan.
c. Technical Error ,+ 3urangnya pengetahuan siswa pada materi
trigonometri
1ontoh soal+
'entukan

. * tan
*
d" "

5gar dapat melakukan pengintegralan pada soal tersebut, siswa harus
mengubah indentitas trigonometri dari tan
*
G menjadi sec
*
G E ".
3emungkinan kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah kurangnya
pengetahuan siswa terhadap identitas trigonometri, sehingga siswa tidak
melakukan pengubahan atau melakukan pengubahan yang salah.
d. Technical error -+ 3ecerobohan
0enis kesalahan ini mengacu kepada kecerobohan siswa dalam
menuliskan soal sehingga jawabannya pasti tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan
1ontoh+ Di dalam soal tertulis &ungsi y D "(" H "$, tetapi siswa menulis
y D "(" E "$.
5pabila seorang siswa memberikan jawaban sebagaimana yang diuraikan
di atas, maka siswa tersebut dikaterogikan telah melakukan technical
error.
D. .aktor Penye,a, Kesalahan Siswa alam Menyelesaikan Soal Integral
3esalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
erat kaitannya dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. %iswa yang
15
mengalami kesuliatan belajar tentu saja akan lebih mempunyai peluang untuk
membuat kesalahan dari pada siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar.
3esulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar
mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. (%oedjadi, dalam )isa !*#$ mengatakan bahwa kesulitan
merupakan penyebab terjadinya kesalahan. %iswa yang mengalami kesulitan
belajar akan sukar dalam menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru sehingga ia akan malas dalam belajar. %elain itu anak tidak dapat
menguasai materi, bahkan menghindari pelajaran, mengabaikan tugas-tugas yang
diberikan guru, sehingga terjadi penurunan nilai belajar dan prestasi akademik.
(%ubini, !,#$ mengelompokkan bahwa kesulitan belajar anak disebabkan
oleh &aktor internal dan &aktor eksternal. >aktor internal adalah &aktor yang
berasal dari dalam diri anak itu sendiri. >aktor internal sangat tergantung pada
perkembangan &ungsi otaknya. >aktor internal tersebut antara lain+
". Daya ingat rendah
*. 'erganggunya alat-alat indera
,. Usia anak
-. 0enis kelamin
.. 3ebiasaan atau rutinitas belajar
/. 'ingkat kecerdasan (6ntelegensi$
:. Minat belajar
@. mosi (perasaan$.
A. Moti4asi atau cita-cita
"C. %ikap dan perilaku
"". 3onsentrasi belajar.
%edangkan &aktor eksternal adalah &aktor yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan di sekitar anak. >aktor eksternal ini meliputi , hal, antara lain+
". >aktor keluarga
*. >aktor lingkungan sekolah
,. >aktor pendekatan belajar.
%edangkan menurut (%oedjadi, dalam )isa !*#$ kesulitan belajar
matematika siswa, yang terlihat dalam proses belajarnya dapat dilokalisasikan
sebagai berikut+
". 3esulitan belajar yang berkaitan dengan penguasaan objek-objek
matematika.
*. 3esulitan belajar yang berkaitan dengan penguasaan tujuan belajar yang
dirumuskan menurut taksonomi ;loom.
,. 3esulitan belajar yang berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan
masalah-masalah dalam pemecahan masalah.
16
Dalam penelitian ini &aktor penyebab kesalahan yang dimaksud adalah
&aktor internal atau &aktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yaitu
menyangkut kemampuan intelektual siswa dalam memahami materi integral dan
aplikasinya. 5dapun &aktor penyebab kesalahan siswa dalam penelitian ini antara
lain+
". 3urangnya pemahaman konsep terhadap materi integral
*. 3urangnya kemampuan siswa dalam memanipulasi atau mengalgoritma soal
,. 3urangnya kemampuan siswa dalam menyusun langkah-langkah yang
hirarkis sistematis untuk menjawab soal-soal integral
-. 3urangnya pengetahuan atau konsep siswa terhadap materi-materi yang lain
yang menjadi materi prasyarat integral
.. 3ecerobohan siswa dalam menyelesaikan soal integral.
E. !in"a#an !entang Gender
Didasarkan kepada jenis kelamin, manusia dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu laki-laki dan perempuan. 3eduanya mempunyai perbedaan yang mencolok
bagi dari segi &isik maupun mental. Menurut (Pasiak, dalam 5njani !@#$, ada tiga
hal yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, yaitu+ ("$ struktur &isik?
(*$ organ reproduksi? dan (,$ cara ber&ikir. %truktur otak dan pengaruh hormonal
diketahui sebagai penyebab perbedaan tersebut. Perbedaan ini terjadi karena
&aktor genetika yang diciptakan sedemikian rupa. ;eberapa peneliti menemukan
bahwa hormon tertentu mempengaruhi perkembangan komponen otak, yang akan
mempengaruhi perilaku laku-laki dan perempuan. 9ormon seks juga memberi
pengaruh besar pada perkembangan otak pada awal perkembangan si janin.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan itulah yang mengakibatkan
adanya konsep mengenai perbedaan gender. (Mulia, %.M, !",# menegaskan
bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antar laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat. %edangkan menurut De&riani
!"-# gender adalah suatu komponen dari sistem genderBjenis kelamin yang
merujuk pada seperangkat aturan dimana masyarakat mentrans&ormasikan
seksualitas biologis ke dalam produk akti4itas manusia, dan dimana trans&ormasi
kebutuhan (akan produk akti4itas manusia$ ini dapat dipuaskan. 9ampir semua
masyarakat mempunyai sistem gender, meskipun komponen dan bekerjanya
sistem gender ini ber4ariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lain
.. H#,#ngan Antara Per,eaan Gender an Kesalahan Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika
Dalam sebuah artikel yang ditulisnya, 5hmad !".# menjelaskan
penelitian-penelitian ilmiah menunjukkan bahwa otak laki-laki dan perempuan
17
memiliki perbedaan struktur, kimiawi, dan &ungsi. 3ondisi ini berpengaruh pada
perbedaan antara wanita dan pria dalam cara berpikir dan berperilaku seperti
dalam menilai waktu, menilai kecepatan benda-benda, mengerjakan perhitungan
matematika, orientasi ruang, dan 4isualisasi objek-objek dalam tiga dimensi.
Perbedaan otak inilah yang menyebabkan adanya kenyataan bahwa
dibandingkan dengan perempuan, terdapat lebih banyak pria yang menjadi ahli
matematika, ilmuwan, arsitek, insinyur, dan pro&esi-pro&esi lain yang berkaitan
dengan matematika. %ementara kaum perempuan lebih baik dalam kemampuan
berbahasa, relasi antarmanusia, ekspresi emosi dan artistik, serta apresiasi estetik.
Perbedaan gender juga dalam sudut pandang dunia pendidikan
(khususnya matematika$ juga telah diteliti. ;erikut ini merupakan pendapat para
ahli tentang kemampuan ber&ikir berdasarkan jenis kelamin, antara lain+
". Menurut (5rends, dalam Ma&Iula!"/#$ bahwa+
a. 5nak perempuan sedikit lebih baik dalam kemampuan 4erbalnya, sedangkan
laki-laki lebih baik dalam kemampuan visual-spatialnya (penglihatan ruang$.
b. 5nak Perempuan pada umumnya lebih peduli tentang prestasi di sekolah.
Mereka cenderung bekerja lebih keras diberbagai tugas tetapi juga kurang
berani mengambil resiko. %edangkan laki-laki mengerahkan usaha yang
lebih besar, seperti matematika, dan sains. 6ni berarti kemampuan
matematika laki-laki lebih baik daripada perempuan.
*. Menurut (3rutetskii, dalam Ma&Iula !"/#$ mengatakan bahwa+
a. 2aki-laki lebih unggul dalam penalaran logis, sedangkan perempuan lebih
unggul dalam ketepatan, ketelitian, dan kecermatan ber&ikir.
b. 2aki-laki mempunyai kemampuan matematika lebih baik daripada
perempuan.
,. Menurut (1ameron, dalam 5njani !@#$ menyatakan bahwa tidak terlalu banyak
perbedaan kemampuan laki-laki dan perempuan kecuali pada konsep keruangan,
yaitu laki-laki lebih unggul daripada perempuan. 1ameron juga mengatakan
bahwa laki-laki lebih menguasai bayangan bentuk-bentuk yang lebih kompleks.
-. (1arr dan 0essup, dalam 5njani !@#$ juga mengungkapkan bahwa dalam
menyelesaikan tugas perhitungan pada kelas ", anak perempuan lebih sering
menggunakan manipulasi untuk menghitung sedangkan anak laki-laki lebih
sering mengingat kembali &akta-&akta matematika dari memori mereka daripada
anak perempuan
Mengacu kepada pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
perbedaan 'ender juga akan memberikan pengaruh terhadap kesalahan yang
dilakukan siswa dalam pemecahan masalah matematika. 0ika siswa laki-laki
melakukan kesalahan, maka dia akan cenderung untuk melakukan technical error.
%ebab dibandingkan perempuan, laki-laki cenderung ceroboh dan tidak teliti dalam
menyelesaikan suatu masalah. %elain itu, siswa laki-laki cenderung kurang bekerja
18
keras dalam belajar, mengerjakan tugas-tugas maupun latihan-latihan soal, maka
siswa laki-laki juga cenderung untuk melakukan procedural error karena dia kurang
terbiasa memanipulasi dan menyusun langkah-langkah prosedural dalam
menyelesaikan soal. %ementara itu, jika siswa perempuan melakukan kesalahan,
maka dia akan cenderung melakukan conceptual error, sebab perempuan tidak
begitu bagus dalam penalaran logis dan 4isual-spasialnya. Padahal dalam materi
integral ini memerlukan daya nalar dan abstraksi yang baik, selain itu penerapan
integral sebagai luas daerah di bawah kur4a juga memerlukan kemampuan 4isual-
spasial yang cukup baik karena terkait dengan konsep keruangan. Meskipun
demikian, siswa laki-laki maupun perempuan dimungkinkan dapat melakukan ketiga
jenis kesalahan sekaligus dalam mengerjakan sebuah soal. 9al tersebut juga
bergantung pada kecerdasan dari masing-masing siswa.
BAB III
KESIMPULAN
19
;erdasarkan pembahasan diatas, maka penulis menarik beberapa kesimpulan,
antara lain+
". 0ika siswa laki-laki melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal integral, maka
dia akan cenderung untuk melakukan procedural error dan technical error.
&rocedural error adalah kesalahan dalam memanipulasi atau mengalgoritma soal
meski pemahaman konsep sudah dimiliki atau kesalahan dalam menyusun
langkah-langkah yang hirarkis sistematis untuk menjawab suatu masalah.
%ementara itu, Technical error yaitu kesalahan siswa karena kurangnya
pemahaman siswa pada materi lain yang berhubungan dengan integral atau
kesalahan karena kecerobohan.
*. 0ika siswa perempuan melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal integral,
maka dia akan cenderung melakukan conceptual error. Conceptual error adalah
kesalahan siswa karena kesalahan dalam memahami konsep yang berkaitan
dengan soal atau kesalahan yang berkaitan dalam penggunaan konsep-konsep
yang digunakan dalam soal.
,. >aktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal integral adalah
&aktor internal atau &aktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yaitu
menyangkut kemampuan intelektual siswa dalam memahami materi integral dan
aplikasinya. 5dapun &aktor penyebab kesalahan siswa tersebut antara lain+
a. 3urangnya pemahaman konsep terhadap materi integral
b. 3urangnya kemampuan siswa dalam memanipulasi atau mengalgoritma soal
c. 3urangnya kemampuan siswa dalam menyusun langkah-langkah yang
hirarkis sistematis untuk menjawab soal-soal integral
d. 3urangnya pengetahuan atau konsep siswa terhadap materi-materi yang lain
yang menjadi materi prasyarat integral
e. 3ecerobohan siswa dalam menulis soal atau menulis jawaban soal integral.
DA.!A% PUS!AKA
19
20
!"# Mulyasa, . *C"C. Men(adi 'uru &rofesional. ;andung+ P' 8emaja
8osdakarya. ;andung.
!*# )isa, 'itin >ardatun. *C"C. )nalisis *esalahan +iswa *elas ,III +M& *emala
-hayang.ari +urabaya dalam Menyelesai.an +oal Cerita pada Materi -angun
/uang. %urabaya+ U)%5.
!,# %ubini, )ini. *C"".Mengatasi *esulitan -ela(ar &ada )na.. 0ogjakarta+ P'
;uku 3ita
!-# %ahriah, dkk. *C"C. )nalisis *esalahan +iswa 0alam Menyelesai.an +oal
Matemati.a Materi 1perasi &ecahan -entu. )l(abar *elas ,III +M& 2egeri
Malang. Malang+ UM
!.# 7asin, %oylu dan n4er, 'atar. *CC:. +tudents3 0ifficulties with )pplication of
0efinite Integration. ducatia Matematica Jol. ,, )r. "-*, p".-*:
!/# %uherman, rman. *CC". +trategi &embela(aran Matemati.a *ontemporer.
;andung+ 3erjasama 0615 dengan >M6P5 UP6.
!:# 3iat, 3iat ng. *CC,. )nalysis of +tudents4 0ifficulties in +olving Integration
&roblems. 'he Mathematics ducator Jol. A, )o.", ,A-.
!@# 5njani, )orma Kiwik. *C"C. &rofil *reatifitas &enyelesaian Masalah
Matemati.a 1leh +iswa +M& 2egeri %5 +urabaya 0itin(au 0ari I6 0an
&erbedaan 'ender. %urabaya+ U)%5. 'esis Magister Pendidikan.
!A# Polya, (eorge. "A@.. 7ow To +olve It *nd ed Princeton Uni4ersity Press. )ew
0ersey.
!"C# %kemp, 8ichard 8. "A@:. The &sychology of 8earning Mathematics. 2awrence
rlbraum 5ssociates Publisher. )ew 0ersey.
!""# %iswono, 'atag 7.. *C"C. &enelitian &endidi.an Matemati.a. %urabaya+
Unesa Uni4ersity Press.
!"*# 8ode, 8angga (etrudis. *C",. )nalisis *esalahan dan +olusinya 0alam
Menyelesai.an +oal Matemati.a &ada &o.o. -ahasan +istem &ersamaan
8inier 0ua ,ariabel &ada +iswa *elas 9 +M) 2egeri : *odi 2TT. Malang+
Kisnuwardhana. %kripsi %arjana Pendidikan.
21
!",# Mulia, %.M. *CC-. Islam Menggugat &oligami. 0akarta+ (ramedia Pustaka
Utama 1etak 6.
!"-# De&riani, Janisa. *C"*. 'ender. Diakses pada *. %eptember *C", di
http+BBsosbud.kompasiana.comB*C"*BC.B".B gender --/,C@..html
!".# 5khmad. *C",. ;anita Ta. &intar Matemati.a. Diakses pada *, %eptember
*C", di http+BBtentangsains.blogdetik.comB*C"*B"*B"@Bwanita-tak-pintar-
matematikaB
!"/# Ma&Iula, %yari&atul. *C"C. &rofil *reatifitas +iswa *elas ,III +M& 2egeri %
&loso 0alam &enga(uan +oal Matemati.a 0itin(au 0ari &erbedaan
*emampuan Matemati.a 0an &erbedaan 'ender. %urabaya+ U)%5. 'esis
Magister Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai