6 Nyeri, Analgetika Opioid, Analgetika Non Opioid Presentasi
6 Nyeri, Analgetika Opioid, Analgetika Non Opioid Presentasi
OLEH
CO-ASS YARSI
NYERI
Menurut The International Assosiation for the study of pain : pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual
Pembagian nyeri : 1. Nyeri akut : nyeri somatik luar (nyeri tajam di kulit, subkutis, mukosa) nyeri somatik dalam (nyeri tumpul di otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat) nyeri viceral (karena penyakit atau disfungsi alat dalam) 2. Nyeri kronik Sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan, kebiasaan, dll
Nyeri inflamasi - Inflamasi : proses unik baik secara biokimia atau seluler yang disebabkan kerusakan jaringan atau adanya benda asing - Tanda utama inflamasi :
1. 2. 3. 4. 5. Rubor (merah ) Kalor (panas) Tumor (bengkak) Dolor (nyeri) Functio laesa (kehilangan fungsi)
Reseptor nyeri
reseptor nyeri : ujung saraf bebas nyeri stress peningkatan sirkulasi katekolamin mual-muntah
Mekanisme nyeri
Transduksi
Rangsang nyeri depolarisasi membran reseptor impuls saraf
Transmisi
Saraf sensoris perifer rangsang ke terminal di medula spinalis : Neuron aferen primer Medula spinalis batang otak dan thalamus : Neuron penerima kedua Neurin dari thalamus korteks serebri : Neuron penerima ketiga
Modulasi
Persepsi
Nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subjektif, walau mekanisme belum jelas
Menimbulka n nyeri
++ ++
Bradikinin Histamin
Prostaglandin Lekotrien
Kininogen Plasma
Sel-sel mast
+++ +
Aktivasi Aktivasi
Sensitisasi Sensitisasi
Substansi P
Sensitisasi
Nyeri menyebabkan : 1. Hormon katabolik meningkat e.g katekolamin, glukagon, renin, aldosteron, angiotensin, hormon deuretik 2. Hormon anabolik menurun e.g insulin, testosteron
Manifestasi nyeri : - Hypertensi - Takikardi - Hiperventlasi - Tonus spingter saluran cerna dan saluran kemih meningkat (retensio urin, ileus)
Skala nyeri Verbal Rating Scales (VRS) Visual Analogue Scales (VAS) Dikategorikan : - tidak nyeri (none) - nyeri ringan (mild, slight) - nyeri sedang (moderate) - nyeri berat (severe) - sangat nyeri (very severe, intolerable)
OPIOID
Opioid = semua zat baik sintetis atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor morfin Opioid disebut juga analgetika narkotika Fungsinya :
Mengendalikan nyeri saat pembedahan Mengendalikan nyeri pasca pembedahan Sebagai anstesi total pada pembedahan jantung
Reseptor opioid : - Reseptor (mu) : -1 analgesi supraspinal, sedasi -2 analgesia spinal, depresi nafas, eforia, ketergantungan fisik, kekakuan otot - Reseptor (delta) : analgesi spinal, eileptogen - Reseptor (kappa): -1 analgesi spinal -2 tak diketahui -3 analgesia supraspinal - Reseptor (sigma): disforia, halusinasi, stimulasi jantung - Reseptor (epsilon) : respon hormonal
Tempat kerja opioid : - Sistem supraspinal di reseptor substansia grisea -> periakuaduktus dan periventrikular - Sistem spinal di substansia gelatinosa korda spinalis Morfin (agonis) terutama bekerja di reseptor dan sisanya di reseptor
Klasifikasi opioid :
1. Natural morfin, kodein, papaverin, tebain 2. Semisintetik heroin, dihidromorfin derivate tebain 3. Sintetik petidin, fentanil, alfentanil, sulfentanil, remifentanil
Opioid digolongkan menjadi : 1. Agonis =mengaktifkan reseptor (e.g morfin, papaveretum, petidin, fentanil, alfentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin) 2. Antagonis = tidak mengaktifkan reseptor dan pada saat bersamaan mencegah agonis merangsang reseptor (e.g nalokson, naltrekson) 3. Agonis-antagonis (e.g pentasosin, nalbufin, butarfanol, buprenorfin)
1. Morfin
Opioid natural Paling mudah larut dalam air Kerja analgesianya cukup panjang Sifat :
a. Depresi ->analgesia, sedasi, perubahan emosi, hypoventilasi alveolar b. Stimulasi ->stimulasi parasimpatis, miosis, mual-muntah, hipereaktif refleks spinal, konvulsi, dan sekresi ADH
Efek Morfin :
Jantung-sirkulasi : bradikardi tapi tidak mendepresi miokardium, hypotensi orthostatik Respirasi : konstriksi bronkus Saluran cerna : kejang otot usus, konstipasi, kolik pada empedu(sfingter oddi kejang) Ginjal : kejang sfingter buli-buli, retensio urin
ESO : bentol dan gatal di tempat suntikan, pruritus, mual-muntah I : induksi pada pasien penyakit jantung KI : asma, bronkitis kronis
Sebagai obat utama anestesi ditambahkan dengan BZD atau fenotiasin, atau inhalasi volatil dosis rendah Dosis Morfin :
Nyeri sedang : 0.1-0.2 mg/kgbb sk, im, ulang tiap 4 jam Nyeri hebat : 1-2 mg/kgbb iv Pasca bedah : 2-4 mg epidural, 0.05-0.2 mg intratekal
Toleransi :
peningkatan dosis pada pemakaian berulang hanya tampak pada efek depresinya kembali normal setelah puasa morfin selama 1-2 minggu
Withdrawal syndrome : Takut, gelisah, lakrimasi, rhinorea, berkeringat, mual-muntah, diare, menguap, bulu roma berdiri, midriasis, hipertensi,takikardi, kejang perut, nyeri otot
2. Petidin
Opioid sintetik Larut lemak Metabolisme di hepar lebih cepat Lama kerja lebih pendek Bersifat seperti atropin->mulut kering, pandangan kabur, takikardi Sebabkan konstipasi,tp efek pada sfingter oddi lebih ringan Efektif untuk menghilangkan gemetar pasca bedah (bukan hipotermi) dosis 20-25 mg iv
Morfin 10x lebih kuat dari Petidin Bila diberikan terlalau cepat (>30 mg) : depresi nafas Dosis:
- 1-2mg/kgbb im - 0.2-0.5 mg/kgbb iv - 1-2 mg/kgbb anaslgesi spinal
3. Fentanil
Kekuatan 100x morfin Lebih larut lemak, menembus sawar jaringan dengan mudah Efek depresi nafas lebih lama dari efek analgesinya Dosis :
1-3 g/kgbb 50-150 g/kgbb untuk induksi dan pemeliharaan anestesi + BZD +anestesi dosis rendah bedah jantung
4. Sulfentanil
Efek pulih lebih cepat dari fentanil Kekuatan 5-10 x fentanil Dosis : 0.1-0.3 mg/kgbb
5. Alfentanil
Kekuatan 1/5-1/3 fentanil Insiden mual muntahnya sangat besar Mula kerja cepat Dosis : 10-20 g/kgbb
6. Tramadol
Analgetik sentral dengan afinitas rendah pada reseptor Kelemahan analgesinya 10-20 % dibanding morfin Dosis : 50-100 g/kgbb oral, im, iv. Dapat diulang 4-6 jam Max 400 mg/hari
7. Nalokson
Antagonis murni opioid Efek : laju nafas meningkat, kantuk menghilang, pupil dilatasi, TD meningkat Dosis :
1-2 g/kgbb iv ->melawan depresi nafas 3-10g/kgbb perinfus -> keracunan opioid 10g/kgbb -> depresi neonatus Dosis im 2x iv
8. Naltrekson
Antagonis opioid kerja panjang Dosis : 5-10 mg per oral Dapat mengurangi pruritus, mual muntah pada analgesi epidural saat persalinan
NSAIDs
Untuk mengurangi nyeri pasca bedah yang bersifat ringan atau nyeri sedang Diberikan sebagai tambahan opioid untuk mengurangi ES opioid depresi nafas Sebagai anti inflamasi, analgesik, antipiretik, anti pembekuan darah Hambat enzim COX hambat sintetis prostalglandin perifer
2. Indometasin (confortid)
Untuk mengobati arthritis Dosis : 25 mg/8-12 jam
3. Diklofenak (voltaren)
Indikasi : Arthritis rheumatoid Osteiarthritis Spondilitis spongiosa
Dosis : 50-100 mg/8-12 jam per oral 75 mg suntikan 50-100/12 jam suppositoria
4. Ketorolak (toradol)
Antipiretik << Anti inflamasi << Efek analgesi: 30 menit, lama kerja : 4-6 jam Menghambat sintesis PG di perifer tanpa menganggu resepor opioid di SSP KI : Tidak dianjurkan wamil, menyusui, usila, anak < 4 tahun, gangguan perdarahan, bedah tonsilektomi 30 mg ketorolak = 12 mg morfin = 100 mg petidin Dosis : 10 -30 mg/hari max 90 mg/hari
5. Ketoprofen
Dosis : 100-300mg per oral 1-2 supp /hari per rectal 100-300 mg/hari im, perinfus, dihabiskan dalam 20 menit
6. Piroksikam
Dapat diberikan :peroral (kapsul, tablet), flash, supp, ampul 10-20 mg
7. Tenoksikam (tilcotil)
Dosis : 20 mg/hari im, iv dilanjutkan dengan oral Ekskresi : ginjal, empedu
8. Meloksikam
Efektivitas sebanding diklofenak/piroksikam Mengurangi nyeri dengan ESO minimal Inhibitor selektif Cox-2 Dosis : 7,5- 15 mg/hari
9. Acetaminophen
Tidak punya sifat anti inflamasi Inhibitor terhadap sintesis PG sangat lemah Dosis : 500-1000 mg/4-6 jam oral Max 4000 mg/hari Dosis toksis ->nekrosis hati Efek terhadap lambung dan ggg pembekuan darah minimal
Efek samping
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Gangguan saluran cerna Hypersensitivitas kulit Gangguan fungsi ginjal Gangguan fungsi hepar Gangguan sistem darah Gangguan kardiovaskular Gangguan respirasi Keamanan belum terbukti pada wamil, menyususi, proes persalinan, anak, manula
Efek NSAID : 1. Efek puncak (cailing) Bila kita menambah dosis yang sudah maksimal atau dosis maksimal dinaikkan, maka tidak mempunyai efek meningkatkan anelgesik, bahkan meningkatkan side effect 2. Efek sparing Golongan NSAID + golongan opioid sehingga meningkatkan kualitas analgesic (inhibitor COX-2 )
artinya: jangan sampai mencapai efek puncak (efek cailing)dan efek sparing pemberian terbaik saat menjahit kulit
Cara membedakan kolik saluran bilier akibat infeksi dan efek samping morfin
Jika pada kolik diberikan antidotum morfin seperti nalokson dan naltrekson keadaan membaik kolik akibat efek samping morfin Jika keadaan tidak membaik setelah pemberian antidotum morfin infeksi
Meloxicam
Gabungan opioid dan non opioid Dosis : 1 tablet/hari
statis vena
thrombosis vena
emboli paru
nausea
retensio urin
Nyeri pada operasi: 1. Operasi toraks paling nyeri 2. Operasi pada abdomen atas 3. Operasi pada abdomen bawah 4. Operasi pada ekstermitas
Jika nyeri pada toraks dan abdomen tidak diterapi, dapat menyebabkan :
Sekresi mengganggu alveoli
Fungsi diafragma
refleks batuk
Atelektasis
Pneumonia
TERIMA KASIH