Anda di halaman 1dari 2

Seorang ibu yang janda berhasil membangun jaringan toko roti besar.

Dia ingin ti ga anaknya lebih membesarkan lagi jaringan toko roti tersebut dengan menyekolahk an anak-anaknya di perguruan tinggi- perguruan tinggi terbaik. Ada yang belajar teknologi per-roti-an, ada yang belajar keuangan dan ada yang belajar bisnis. Te tapi ketika si ibu sudah menyerahkan pengelolaan usaha ke tiga anaknya, jaringan toko roti tersebut malah mati. Mengapa ini bisa terjadi ? Perguruan tinggi-perguruan tinggi tempat anaknya meraih ilmu-ilmu tersebut - s ebagaimana perguruan tinggi pada umumnya hanya mengajarkan ilmu, tetapi justru t idak mengajarkan hal-hal yang membuat toko roti si ibu bisa tumbuh besar sebelum nya. Apa yang dimiliki si ibu yang tidak diajarkan oleh perguruan tinggi ini ? s aya menyebutnya si ibu memiliki 5 K. K pertama adalah Karakter, sesuatu yang unique yang dimiliki si ibu dengan jaring an toko rotinya. Karakter terbentuk di lapangan bersamaan dengan diimplementasik annya Visi, Misi, Strategi, Operasionalisasi/Aksi dan budaya yang dibangun si ib u untuk jaringan toko rotinya. K kedua adalah Komitmen, menyangkut keseriusan si ibu dalam memenuhi harapan para pembeli rotinya. Komitmen bisa diwujudkan dalam standar ukuran, rasa, ketersedia an, harga dlsb. Dengan Komitmen inilah misalnya para pelanggan bisa mengandalka n bahwa kalau beli roti dari si ibu pasti enaknya, pasti ukurannya tidak dikuran gi, pasti harganya wajar, pasti stok tersedia di jam operasi toko-tokonya dst. K ketiga adalah Keyakinan, dengan inilah si ibu melangkah di awal usahanya. Dia ya kin bahwa rotinya enak, dia yakin bahwa diluar sana orang lain juga akan mengang gap rotinya enak, dia yakin orang mau membelinya, dia yakin harga rotinya wajar sehingga para pembeli memperoleh value for money-nya dst. K keempat adalah Kepatutan, ini bukan masalah benar atau salah, tetapi patut atau tidak patut. Kepatutan adalah memberi sesuai kebutuhan, meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dengan Kepatutan inilah si ibu melayani para pelanggannya, dengan Kep atutan ini pula si ibu menentukan ukuran roti, menentukan harga sampai menentuka n di mana rotinya dijual, dikemas dengan kemasan seperti apa dlsb. K kelima adalah Keberanian, dari sinilah si ibu memulai usahanya yaitu mulai dari Keberanian untuk mulai. Sekali melangkah dengan Keberanian, si ibu akan cenderun g memiliki Keberanian untuk meneruskan langkah-langkah berikutnya. Orang yang me miliki Keberanian adalah orang yang bisa sampai ke mana saja, orang yang tidak m emiliki keberanian tidak ke mana-mana. Di mana Anda bisa belajar tentang 5 K tersebut ? yang jelas tidak di perguruan t inggi, tetapi bukan berarti perguruan tinggi lantas menjadi tidak perlu. Perguru an tinggi perlu, hanya tidak cukup. Demikian pula ilmu-ilmu kehidupan ini, perlu kita pelajari tetapi ilmu saja tidak cukup. Ulama dahulu memberikan panduan belajarlah ilmu yang menjadi dasar amal . Maka sepert i yang dilakukan oleh si ibu dalam contoh tersebut di atas. Tentu awalnya dia pe rlu ilmu cara membuat roti, tetapi amal dialah yang kemudian menjadikan roti dia enak, unique dan menemukan penggemarnya sendiri. Seandainya si ibu hanya belajar membuat roti tetapi tidak membangun amal yang ke mudian menjadikannya memiliki skills ketrampilan membuat roti yang enak, maka da ri awal toko rotinya tidak akan terbentuk. Ketiga anaknya yang memiliki ilmu yang cukup, tetapi gagal meneruskan usaha si i bu apalagi membesarkannya ya karena si anak hanya memiliki ilmu tetapi tidak ber hasil membangun skills yang membuat mereka sampai memiliki 5 K seperti yang dimi liki oleh ibunya.

Barangkali karena ketiadaan pendidikan atau pelatihan 5 K inipula yang membuat n egeri ini seperti kondisinya sekarang. Negeri dengan sumber alam terbaik dan per guruan tinggi perguruan tinggi pertanian terbaik, tetapi neraca perdagangan pang an kita malah deficit US$ 9.2 Milyar. Dari beras, jagung, kedelai, gandum, dagin g sampai susu kita impor dalam jumlah yang besar. Kita memiliki perguruan tinggi-perguruan tinggi ekonomi terbaik, tetapi dengan s tandar kemiskinan US$ 2 per hari, menurut McKinsey hampir separuh penduduk kita berada di bawah garis kemiskinan tersebut. Ini lebih buruk dari dari Sudan yang 44% penduduknya di bawah garis kemiskinan US$ 2/hari, dan lebih buruk dari Viet nam yang 43 % penduduknya di bawah standar garis kemiskinan yang sama. Kita memiliki perguruan tinggi-perguruan tinggi teknologi terbaik, tetapi setela h 67 tahun pasca kemerdekaan sebagian besar produk teknologi yang kita pakai mas ih harus diimpor. Dari komputer, mobil sampai handphone, dari mesin-mesin indus tri sampai mainan anak. Insyaallah kita akan menjadi kekuatan ekonomi besar, konon akan menjadi no 7 ter besar di dunia tahun 2030 tetapi ini hanya terjadi bila kita bisa menumbuhkan te naga terampil yang mampu meningkatkan produktifitas rata-rata kita 60 % di atas produktifitas rata-rata saat ini. Untuk membesarkan ekonomi negeri ini, yang dibutuhkan adalah sama dengan si ibu yang akan membesarkan toko rotinya tersebut di atas. Negeri ini butuh 5 K, yaitu keterampilan atau skills yang berasal dari ilmu yang menjadi dasar untuk amal a tau amal yang didasari oleh ilmu. Bila itu semua belum bisa diberikan oleh perguruan tinggi-perguruan tinggi terba ik kita, maka memang perlu segera dicarikan jawaban atau solusinya. Agar tidak l agi hampir separuh penduduk negeri ini jatuh dibawah garis kemiskinan US$ 2/hari ; agar kita berhenti menggantungkan kebutuhan pangan kita pada impor dari negeri lain, agar kita mampu memproduksi produk-produk berbasis teknologi yang semakin hari semakin banyak kita perlukan dan agar- agar yang lain. InsyaAllah.

Anda mungkin juga menyukai