Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Kejadian patah tulang atau fraktur dapat menimpa setiap orang kapan saja dan dimana saja. Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak. Presentasi keseluruhan dari anak anak 0-16 tahun yang mengalami (sedikitnya 1) fraktur, lebih tinggi anak laki-laki(42%) daripada anak perempuan (27%). Tetapi kejadian fraktur tiga tahun lebih awal terjadi pada anak perempuan daripada anak lakilaki. Meningkatnya fraktur selama masa prapubertas terjadi karena ketidaksesuaian antara tinggi badan dan mineralisasi tulang. 77% kasus fraktur disebabkan karena trauma low-energy (terutama karena jatuh) yang lebih sering terjadi pada anak lakilaki usia sekolah dan remaja. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan dewasa, proses penyembuhannya dapat berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang sangat baik, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologi tulang anak yang berbeda dengan tulang orang dewasa. Selain itu proses penyembuhan ini juga dipengaruhi oleh faktor mekanis dan faktor biologis.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari fraktur ? 2. Apa saja penyebab dari fraktur ? 3. Bagaimana tanda dan gejala dari fraktur ? 4. Apa saja fraktur pada anak, dewasa, dan lansia ? 5. Bagaimana perawatan fraktur pada anak,dewasa, dan lansia ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari fraktur 2. Untuk mengetahui penyebab dari fraktur 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari fraktur 4. Untuk mengetahui fraktur pada anak, dewasa, dan lansia 5. Untuk mengetahui perawatan fraktur pada anak,dewasa, dan lansia
1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Fraktur Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Smelter&Bare,2002)

B. Penyebab Fraktur Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur : 1. Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang. 2. Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1. Trauma Langsung : Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu 2. Trauma tidak langsung : bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian (Jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang) 3. Proses penyakit (osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang patologis)

Rentan Waktu Fraktur : Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan. Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa berdasarkan lokalisasi fraktur adalah sebagai berikut: 1. Falang/metacarpal/metatarsal/kosta 2. Distal radius 3. Diafisis ulna dan radius 4. Humerus 5. Klavikula : 3-6 minggu : 6 minggu : 12 minggu : 10-12 minggu : 6 minggu
2

6. Panggul 7. Femur 8. Kondilus femur atau tibia

: 10-12 minggu : 12-16 minggu : 8-10 minggu : 12-16 minggu : 12 minggu

9. Tibia/fibula 10. Vertebra

Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan juga berhubungan dengan proses remodelling tulang pada anak sangat aktif dan makin berkurang apabila umur bertambah. Selain itu fragmen tulang pada anak mempunyai vaskularisasi yang baik dan penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Waktu penyembuhan anak secara kasar adalah setengah kali waktu penyembuhan pada orang dewasa.

C. Tanda Dan Gejala Dari Fraktur 1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek (krepitasi) 2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat,atau mengalami angulasi abnormal 3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera 4. Posisi ekstremitas yang abnormal, memar, bengkak, perubahan bentuk 5. Nyeri gerak aktif dan pasif 6. Nyeri sumbu 7. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketikamenggerakkan ekstremitas yang mengalami cedera (Krepitasi) 8. Fungsiolesa (hilangnya fungsi gerak)
3

9. Perdarahan bisa ada atau tidak 10. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera 11. Kram otot di sekitar lokasi cedera 12. Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah pasien seperti orang yang mengalami fraktur. 13. Bengkak atau kebiruan. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapatpada setiap fraktur, shingga perlu dilakukan pemeriksaan penuunjang. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan X-foto, yang harus dilakukan dengan proyeksi yaitu anterior-posterior dan lateral. Dengan pemeriksaan X-foto ini dapat dilihat adatidaknya patah tulang, luas, dan keadaan fragmen tulang. Pemeriksaan ini juga berguna untuk mengikuti proses penyembuhan tulang. Diagnosis fraktur sendiri bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila berdasarkan pengamatan Klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagaimana fraktur sampai terbukti lain.

D. Fraktur Pada Anak, Dewasa, Dan Lansia 1. Fraktur pada anak Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti. Tulang panjang terdiri dari : a. Epifisis : merupakan bagian paling atas dari tulang panjang b. Metafisis : merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis c. Diafisis : merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi primer Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses
4

pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah. Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan lebih besar daripada orang dewasa. Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-anak dibandingkan orang dewasa, yaitu : a. Biomekanik tulang Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan sehingga tidak dapat menahan kompresi. b. Biomekanik lempeng pertumbuhan Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar. c. Biomekanik periosteum Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan dibandingkan orang dewasa. Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan fisiologi, yaitu : 1) Pertumbuhan berlebihan (over growth) Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyambungan. 2) Deformitas yang progresif

Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi. 3) Fraktur total Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel dibandingkan orang dewasa.

Klasifikasi Fraktur khusus pada anak a. Fraktur akibat trauma kelahiran Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan bahu bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan karena tarikan yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong. b. Fraktur salter-Haris Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia dibagi menjadi lima tipe : Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh. Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari metafisis. Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut.

Fraktur yang paling banyak terlihat pada anak-anak antara lain: a. Bend fracture di karakteristikkan dengan membengkoknya tulang pada titik yang patah dan tidak dapat diluruskan tanpa dilakukan suatu intervensi. b. Buckle frakture terjadi akibat kegagalan kompresi pada tulang, ditandai dengan tulang yang menerobos dirinya sendiri. c. Greenstick fracture merupakan fraktur inkomplet

2. Fraktur pada dewasa Terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Jatuh dan cedera olah raga adalah penyebab umum fraktur traumatic. Fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stres, yang juga disebut fraktur keletihan (fatingue fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet, atau permulaan aktifitas fisik yang baru. Karena kekuatan otot meningkat lebih cepat dari pada kekuatan tulang, individu dapat merasa mampu melakukan aktivitas melebihi tingkat sebelumnya walaupun tulang mungkin tidak mampu menunjang peningkatan tekanan. Fraktur stres paling sering terjadi pada individu yang melakukan olah raga daya tahan seperti pelari jarak jauh. Faktor stres dapat terjadi pada tulang yang lemah sebagai respons terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang mengalami fraktur stress harus didorong untuk mengikuti diet-sehat tulang dan diskrining untuk mengetahui adanya penurunan densitas tulang. Fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa : a. Fraktur panggul biasanya akibat kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan saat bersepeda, atau jatuh dari ketinggian. Pasien tampak nyeri dengan pergerakan panggul yang pelan. Terdapat risiko tinggi pada anak-anak untuk mengalami nekrosis vascular dan gangguan pertumbuhan karena deformitas akibat gangguan vascular yang ada pada fisis. b. Fraktur leher femur merupakan fraktur yang tidak stabil dan juga memiliki risiko tinggi seperti di atas karena kaya akan pembuluh darah yang mensuplai fisis. Penatalaksanaan sebagai emergensi dengan ORIF dengan screw untuk menstabilisasi. c. Fraktur batang femur merupakan hasil dari trauma dengan gaya yang tinggi. Meskipun kebanyakan fraktur femur tertutup, perdarahan ke dalam jaringan lunak di paha mungkin mengakibatkan kehilangan darah yang signifikan. Fraktur batang femur dapat menimbulkan pemendekan dan angulasi ke longitudinal akibat tarikan otot dan spasme. Restorasi panjang dan alignment dicapai dengan traksi longitudinal. Overgrowth kira-kira 1-2,5 cm sering terjadi pada fraktur femur pada anak-anak antara 2-10 tahun. Gips digunakan pada kelompok usia ini untuk pemendekan beberapa sentimeter. Reduksi
7

sempurna tidak diperlukan karena remodeling begitu cepat. Penyambungan solid (union) biasanya tercapai dalam 6 minggu. 3. Fraktur pada lansia Tulang mengalami kepadatan maximal pada usia 30 40 tahun. Setelah usia lebih dari 40 tahun, osteoblas menurun tapi osteoklas ( penghancuran tulang) meningkat. Osteoporosis terjadi karena penyerapan tulang lebih banyak daripada pembentukan tulang. Ciri ciri orang yang mengalami osteoporosis antara lain sering mengalami sakit leher dan low back pain. Fraktur fremur dapat terjadi pada beberapa tempat bila bagian kaput, kolum, atau trokhanterik femur yang terkena, terjadilah fraktur pinggul. Fraktur juga dapat terjadi pada batang femur dan di daerah lutut. Fraktur yang sering dialami oleh lansia adalah : a. Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis. Ini diperkirakan bahwa seorang wanita kulit putih usia 50 tahun mempunyai waktu hidup 17,5% berisiko fraktur femur proksimal. b. Fraktur Vertebral : Antara 35-50% dari seluruh wanita usia di atas 50 tahun setidaknya satu mengidap fraktur vertebral. c. Fraktur Pergelangan Tangan : Fraktur pergelangan tangan merupakan tipe fraktur ketiga paling umum dari osteoporosis. Ketika wanita mencapai usia 70 tahun, sekitar 20%-nya setidaknya terdapat satu fraktur pergelangan tangan d. Fraktur Tulang Rusuk : Fragility fracture dari tulang iga umumnya terjadi pada laki-laki usia muda 25 tahun ke atas. E. Perawatan Fraktur Pada Anak Dan Lansia 1. Perawatan fraktur pada anak a. Terapi Konservatif 1) Proteksi Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik. 2) Immobilisasi tanpa reposisi Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
8

3) Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi pergelangan. 4) Traksi Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa balanced traction. b. Terapi Operatif 1) Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis a) Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat fiksasi eksterna. b) Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti pinning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi close nailing pada fraktur femur dan tibia, yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya. 2) Terapi operatif dengan membuka frakturnya : a) Reposisi terbuka dan fiksasi interna ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) Keuntungan cara ini adalah : 1. Reposisi anatomis.
9

2. Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar. Indikasi ORIF : 1. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya : a. Fraktur talus. b. Fraktur collum femur. 2. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya : a. Fraktur avulsi. b. Fraktur dislokasi. 3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya : a. Fraktur Monteggia. b. Fraktur Galeazzi. c. Fraktur antebrachii. d. Fraktur pergelangan kaki. 4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya : fraktur femur. 3) Excisional Arthroplasty Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya : a) Fraktur caput radii pada orang dewasa. b) Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone. 4) Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya. Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal sudah harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan kekakuan sendi, disertai mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses penyembuhannya yang cepat dan nyaris tanpa komplikasi yang berarti.

10

2. Perawatan fraktur pada lansia Penatalaksanaan pada klien dengan fraktur femur ialah Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut disekitar daerah yang patah. Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non-operatif atau operatif. Fraktur batang femur pada anakanak umumnya dengan terapi non operatif, karena akan menyambung baik. Perpendekan kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena dikemudian hari akan sama panjangnya dengan tungkai yang normal. Hal ini dimungkinkan karena adanya proses remodeling pada anak-anak. a. Pengobatan non-operatif Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode perkin dan metode balance skeletal traction, pada anak dibawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant, sedangkan pada anak usia 3-13 tahun dengan traksi rusell. 1) Metode perkin. Pasien tidur terlentang. Satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi. 2) Metode balance skeletal traction. Pasien tidur telentang. Satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang oleh pearson attachment. Tarikan
11

dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu, dipasang gips hemispica atau cast bracing. 3) Traksi kulit Bryant. Anak tidur terlentang ditempat tidur. Kedua tungkai dipasang traksi kulit, kemudian ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur. 4) Traksi Russel. Anak tidur terlentang. Dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling didaerah popliteal, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungkan dengan beban penarik. Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu distraksi, dipasang gips hemispica karena kalus yang terbentuk belum kuat benar. b. Operatif Indikasi operasi antara lain : 1) Penangulangan non operatif gagal 2) Fraktur multiple 3) Robeknya arteri femoralis 4) Fraktur patologik 5) Fraktur pada orang-orang tua. Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail. Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya kuntscher nail, AO nail, dan interlocking nail. Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka atau cara tertutup. Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit-fasia sampai ketulang yang patah. Pen dipasang secara retroggrad. Cara interlocking nail dilakukan tanpa

menyayat didaerah yang patah. Pen dimasukkan melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intensifier. Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk kedalam fragmen bagian distal melalui guide tube. Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.
12

Tujuan dari pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi). Imobilisasi bisa dilakukan melalui: 1. Pembidaian Benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. Dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-anak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna. Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Pembidaian dengan menggunakan

pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. gendongan lengan. Selain itu pembidaian juga dikombinasikan dengan tekhnik pembalutan perban atau dengan kain mitela, dengan tujuan untuk : a. Mencegah pergerakan bagian tubuh yang cidera. b. Menyangga luka. c. Mengurangi atau mencegah edema. d. Mengamankan bidai dan balutan.
Jenis Melingkar Deskripsi Tujuan atau Manfaat

Contoh :

Perban dilitkan ai atas lilitan sebelumnya Menahan perban pada lilitan pertama dan sampai ujung terakhir perban. terakhir, menutupi bagian tubuh yang kecil (jari tangan, jari kaki).

Spiral

Lilitkan perban ke arah atas bagian tubuh Menutupi bagian tubuh yang berbentuk melintasi setengah atau dua pertiga lebar silinder seperti pergelangan tangan atau 13

lilitan sebelumnya. Spiral terbalik

lengan bagian atas.

Balikkan lilitan perban pada pertengahan Menutupi bagian tubuh yang berbentuk setiap lilitan perban yang dibuat. kerucut seperti lengan bawah, paha atau betis. Berguna bila menggunakan perban yang tidak elastis seperti perban kassa atau flannel.

Bentuk delapan

Lilitkan perban secara miring pada lilitan Menutupi

sendi,

bentuk

yang

pas

sebelumnya kea rah aats dan bawah dari memberikan dampak imobilisasi yang bagian yang akan di perban. Setiap lilitan sangat baik. melintasi lilitan sebelumnya untuk

membuat bentuk delapan. Rekuren Pertama-tama ikatkan perban dengan Menutupi bagian tubuh yang tidak rata lilitan sirkular pada ujung proksimal misalnya kepala atau tempat dilakukan bagian tubuh sebanyak dua kali. Buat amputasi. setengah lilitan tegak lurus dengan tepi perban. Perban dililitkan ke ujung distal bagian tubuh yang akan ditutupi oleh setiap lilitan dengan setiap lilitan dilipat kea rah belakang.

2. Pemasangan Gips Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (brunner & sunder, 2000). Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass. Jenis-jenis gips sebagai berikut: a. Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tanga, dan melingkar erat didasar ibu jari. b. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus. c. Gips tungkai pendek. Gi[s ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral, d. Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
14

e. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan f. Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh g. Gips spika.gipsini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda) h. Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku i. Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda) 3. Penarikan (traksi) Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang pinggul. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa balanced traction. Bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih. Khusus, umumnya dipakai pada patah tulang tungkai atas. Metode pemasangan traksi: a. Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, pada keadaan emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. b. Traksi mekanik Ada dua macam yaitu : 1) Traksi kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot, traksi kulit terbatas 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. 2) Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
15

Traksi yang dipasang pada leher, ditungkai, lengan atau panggul, kegunaannya antara lain: a. Mengurangi nyeri akibat spasme otot b. Memperbaiki dan mencegah deformitas c. Immobilisasi d. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi) e. Mengencangkan pada perlekatannya Pengobatan Fraktur Terbuka Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit : a. Pembidaian b. Menghentikan perdarahan dengan perban tekan c. Menghentikan perdarahan besar dengan klem Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus selalu didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team work).

16

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan dewasa, proses penyembuhannya dapat berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang sangat baik,hal ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologi tulang anak yang berbeda dengan tulang orang dewasa. Fraktur pada lansia lebih sering terjadi akibat daro osteoporosis. Fraktur yang terjadi pada anak yaitu fraktur Bend fracture, Buckle fracture. Pada dewasa yaitu fraktur panggul dan

femur,sedangkan pada lansia yaitu fraktur panggul,vertebra,dan pergelangan tangan. Cara penanganan untuk perawatan fraktur adalah dengan menggunakan bidai,gips dan teknik penarikan (traksi) untuk memudahkan pasien dalam mobilisasi dan mencegah terjadinya luka yang lebih parah.

SARAN 1. Untuk keluarga : a. Sebaiknya mendampingi anak pada saat bermain supaya tidak mengalami b. Apabila anak mengalami fraktur segera berikan pengobatan yang tepat agar tidak mengganggu tahap tumbuh kembang yang selanjutnya. 2. Untuk Perawat : a. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang mengalami fraktur b. Mengajarkan penanganan fraktur apabila anak sudah keluar dari rumah sakit. 3. Untuk Mahasiswa: a. Mempelajari tentang anatomi tulang serta penanganan fraktur. b. Mengupdate pengetahuan yang baru dengan melakukan penelitian tentang fraktur yang terjadi pada anak.

17

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC. Mansjoer, A,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FK UI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A,dkk. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, vol. 2, ed 6. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C,dkk.2001. Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2 Ed 8. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai