Anda di halaman 1dari 8

Bab 3 Metode Percobaan A.

Penetapan Kadar Air Yang dimaksud air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa waktu pada suhu 1050- 1100 C dengan tekanan udara bebas sampai sisa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut (Kamal, 1998). Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050 C. Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel bahan kering dan penggunaanya dengan sampel disebut kadar air (Tillman et al., 1998). Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi asfed (keadaan apa adanya) (Utomo dan Soejono,1999). 1.Alat dan bahan Alat Timbangan analitik Cawan porselin Tang penjepit Oven pengering Desikator Bahan Sampel Viscas(pakan landak) 2.prosedur Kerja 1) 2) 3) 4) Mengeringkan cawan porselin yang sudah dibersihkan Mendinginkan cawan porselin tersebut dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar). Menimbang cawan porselin dengan timbangan analitik dalam keadaan tertutup. Memasukkan sampel sebanyak 1,5 gr kedalam cawan.

mendinginkan sampel + cawan didalam desikator selama 1 jam. Kemudian melakukan penimbangan.

B.PEnetapan Kadar Abu Yang dimaksud abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500-600C selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari dari protein dan sebagainya. Disamping itu adapula mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya Na (Natrium), Cl (Klor), F (Fosfor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat untuk menunjukan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara kualitatif maupun kwantitatif (Kamal, 1998) Penetuan kadar abu berguna untuk menentukan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Kamal,1998). 1.Alat dan bahan Alat Timbangan analitik Cawan porselin Tang penjepit Tanur/mupple/verasing oven Desikator BahanSampel viscas 2.prosedur Kerja 1.Langkah-langkah pada analisa kadar air dapat dilanjutkan untuk mencari kadar abu.

3)

Menimbang sampel tersebut.

c.Penetapan Serat Kasar Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25%). Piliang dan Djojosoebagio mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang mengandung dinding sel. 1.Alat dan bahan Alat Labu Bulb (pendingin)Beakker Glass Glass Woll Crussible Desikator Tanur Pompa vacuum Oven Erlenmeyer Timbangan Analitik Ho Plate/Kompor pemanas Bahan Sampel viscas H2SO4 0,225 N NaOH 0,313 N Etanol 95% 2.Prosedur Kerja 1) Memasukkan H2SO4 sebanyak 100 ml dalam sampel dan mendidihkannya diatas kompor dextruksi Menyaring sampel yang telah dididihkan dengan corong linen (kertas saring) dan membilas residu

selama 30 menit. Meletakkan labu bulb yang berisi air diatas beaker glass sebagai pendingin. 2)

sampel dengan air panas beberapa kali.

3)

Tahap kedua menambahkan ke dalam beaker glass yang berisi residu larutan NaOH sebanyak 100

ml kemudian didihkan kembali selama kurang lebih 30 menit. Setelah mendidih pada tahap kedua kemudian menyaring sampel tersebut dengan gooch crusible yang sebelumnya telah diisi dengan serat glass sebagai filter. 4) Membilas gooch crucible beberapa kali dengan air p

bebas karbon. 6) 7) Memasukkan sampel ke dalam desikator. Melakukan penimbangan.

d.Penetapan Lemak Kasar Kadar Lemak kasar yang didapat dari tabel diatas merupakan hasil dari pengamatan terhadap bahan pakan diatas. Lemak kasar ini ditentukan menggunakan alat soxhlet. Lemak kasar ini juga adalah zat yang tidak dapat larut dalam air akan tetapi dapat larut pada pelarut lemak seperti eter,kloroform, dan benzene. Pembahasan dan hasil diatas sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Yunus, (2008) yang mengatakan bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari klorofil, xantofil dan karoten. 1.Alat dan Bahan AlatTimbangan analitik Alat ekstraksi soxlet Pendingin tegak Penangas air Labu penampung Pinset

Desikator

2.Prosedur Kerja

kemudian mendinginkan kertas saring tersebut dalam desikator lalu menimbangnya.

2)

Memasukkan sampel sebanyak 1,5 gram dalam kertas saring kemudian membungkusnya.

4) 5) 6)

Mendinginkan sampel dalam desikator dan menimbangnya. Memasukkan sampel dan kertas yang sudah di oven kedalam alat ekstraksi soxlet. Merangkai labu penampung, pendingin tegak dan alat ekstraksi soxlet sedemikian rupa dan

meletakkanya diatas penangas air kemudian mengisinya dengan petroleum benzene sampai seluruhnya turun dan masuk pada labu penampung. 7) 8) Menunggu sampai labu soxlet bahan pelarut bening dan menghentikan proses ekstraksi. Mengeluarkan sampel dari alat ekstraksi dan petroleum benzene yang tersisa diuapkan kemudian

memasukkan s 9) Mendinginkan sampel dalam desikator.

10) Melakukan penimbangan. E.Penetapan Kadar Protein Kasar Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (nonprotein nitrogen /NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar (Kamal,1998). 1.alat Dan Bahan Labu Kjeldahl Erlenmeyer Bekker Glass Pipet ukur Kompor Dextruksi Distilasi unit Bahan Sampel Viscas 2.Prosedur Kerja 1) 2) 3) 4) Menimbang sampel lebih kurang 0,25 gram. Memasukkan sampel ke dalam labu Kjeldahl kemudian menambahkan 1,5 gram CuSO4 dan K2SO4. Memasukkan H2SO4 pekat sebanyak 7,5 ml dengan hati-hati. Menambahkan 1 butir batuh didih.

5) jam. 6)

Melakukan proses dextruksi dalam lemari asam hingga bening tak berasap selama kurang lebih 1

Mengencerkan hasil dextruksi tersebut dengan aquades dingin hingga mencapai 100 ml. Kemudian

menambahkan NaOH 4% pekat sebanyak 50 ml. 7) Memasang labu kjeldhal yang berisi sampel pada destilator yang sebelumnya telah dipasang labu

penampung yang berisi H3BO3 3% sebanyak 25 ml. 8) 9) Menunggu sampai sampel berubah warna. Mentitrasi hasil destilasi (destilat) dengan larutan standar H2SO4 0,125 N.

10) Menghentikan proses titrasi sampai terjadi perubahan warna pada sampel yaitu menjadi warna merah muda/warna asal.

BAB 4 KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang dilakukandapat ditarik kesimpulan yaitu analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Penentuan Kadar Air Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100-105C dalam jangka waktu tertentu, hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Penentuan kadar abu membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Penentuan kadar protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Ada 3 tahap yaitu dextruksi, destilasi dan titrasi. Kadar lemak, melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 4 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105C. Komponen dalam suatu bahan yang tidak larut dalam pemasakan /perebusan (residu) dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.

BAB 5 DAFTAR PUSTAKA Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. http://putra-d.blogspot.com/2012/06/laporan-bpfr-analisis-proksimat.html Husain, H, TR Muchtadi, Sugiyono dan Haryanto. 1992. Pengeringan Santan Menggunakan Pengering

Drum dan Pengering.Semprot. http://202.124.205.107/files/FPS062903hhu.pdf. diakses tanggal 24 Desember 2010. HM.Yunus.2008.Penelitian pada tanggal 1 0April 2011. Legowo AM, Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Syarif R, Syalid Y. 2000. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan Kerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Sutardi, Toha. 2009. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Bogor: Fakultas Peternakan IPB. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. TindakanKelas.http://myunus.com/page/27987/untukmu-guru-html.Diakses

Anda mungkin juga menyukai