Anda di halaman 1dari 13

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN
Penyakit pada tonsil dan adenoid termasuk salah satu masalah kesehatan yang penting karena penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemukan pada populasi umum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan terutama anak-anak (Brodsky & Poje, 2001).

Tonsilitis merupakan infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis dapat bersifat akut maupun kronik (Sjamsuhidayat & Jong, 1997). Menurut Commission on Acute Respiration Disease 25% etiologi dari tonsilitis adalah disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus, 25 % disebabkan oleh Streptokokus lain dan sebagian lagi disebabkan oleh Pneumokokus, Stafilokokus, serta Hemofilus influeza (Lee, 2003).

Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun 19941996, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 4,6% adalah tertinggi setelah nasofaringitis akut (3,8%). Data morbiditas pada anak menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 pola penyakit anak laki-laki dan perempuan umur 5-14 tahun yang paling sering terjadi, tonsilitis kronis menempati urutan kelima (10,5 persen pada laki-laki, 13,7 persen pada perempuan) (Rusmarjono, 2007).

Mengingat angka kejadian yang tinggi dan dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi kualitas hidup anak, maka pengetahuan yang memadai mengenai tonsilitis kronis diperlukan guna penegakan diagnosis dan terapi yang tepat dan rasional.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB II DASAR TEORI

A. DEFINISI Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki keaktifan imunologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, sehingga tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Tonsilitis akut merupakan infeksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

B. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI Etiologi tonsilitis berdasarkan hasil penelitian dari Commission on Acute Respiration Disease diantaranya adalah (Lee, 2003): 1. 25 % disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada masa penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita. 2. 25 % disebabkan oleh Streptokokus lain yang tidak menunjukkan kenaikan titer Sreptokokus antibodi dalam serum penderita. 3. Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influensa. 4. Ada pula yang menyebutkan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut : a. Streptokokus hemolitikus Grup A b. Hemofilus influenza c. Streptokokus pneumonia d. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika) e. Tuberkulosis (pada immunocompromise)

Faktor predisposisi terjadinya tonsilitis diantaranya adalah (Roesmarjono, 2007) : 1. Rangsangan kronis (rokok, makanan) 2. Higiene mulut yang buruk

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah) 4. Alergi (iritasi kronis dari alergen) 5. Keadaan umum (gizi jelek, kelelahan fisik) 6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

C. PATOFISIOLOGI Bakteri menginfiltrasi lapisan epitel Terbentuk fokal infeksi Epitel terkikis Reaksi jaringan limfoid superkistal Pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit PMN Epitel mukosa dan jar. limfoid diganti oleh jaringan parut Mengalami pengerutan kripte melebar Kripte diisi oleh detritus Proses terus menerus hingga menembus kapsul tonsil Terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris

D. PENEGAKAN DIAGNOSIS 1. Anamnesa Manifestasi klinik sangat bervariasi, diantaranya adalah nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap rasa ada yang mengganjal ditenggorok, ada rasa kering di tenggorok, napas berbau, iritasi pada tenggorokan, dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas, yang paling sering disebabkan oleh adenoid yang hipertofi. Gejala-gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam, namun tidak mencolok (Rusmarjono, 2007; Nelson et al., 2000).

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2. Pemeriksaan Fisik Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus, kripta membesar, dan suatu bahan seperti keju/dempul amat banyak terlihat pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai kuburan dimana tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta (Adams, 1997). Berikut adalah tabel mengenai hasil pemeriksaan fisik yang mungkin didapat pada pasien tonsilitis.

Tabel 1. Pemeriksaan Fisik Tonsilitis Tonsilitis Akut Hiperemis dan edema Kripte tak melebar Detritus (+ / -) Perlengketan (-) Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut Hiperemis dan edema Kripte melebar Detritus (+) Perlengketan (+) Tonsilitis Kronis Memebesar/ mengecil tapi tidak hiperemis Kripte melebar Detritus (+) Perlengketan (+)

Hipertrofi tonsil dinilai berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi (Bailey et al., 2006):

T0 T1 T2 T3 T4

: Tonsil masuk di dalam fossa : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Gambar 1. (A) Hipertrofi tonsillar grade I (B) Hipertrofi tonsillar grade II (C) Hipertrofi tonsillar grade III (D) Hipertrofi tonsillar grade IV

3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan histopatologi Pada pemeriksaan histopatologi tonsilitis dapat ditemukan tiga kriteria histopatologi yaitu infiltrasi limfosit ringan-sedang, adanya Ugras abses dan infitrasi limfosit yang difus (Ja Ugras&Kutluhan, 2008). b. Pemeriksaan mikrobiologi Pemeriksaan bakteriologi dari tonsil dapat dilakukan dengan pemeriksaan sediaan swab secara gram dengan pewarnaan Ziehl-Nelson atau dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Pemeriksaan ini dapat diambil dari swab permukaan tonsil maupun jaringan inti tonsil. Daerah tenggorok banyak mengandung flora normal. Permukaan tonsil mengalami kontaminasi dengan flora normal di saluran nafas atas. Patogen yang didapatkan dari daerah ini bisa jadi bukan merupakan bakteri yang menginfeksi tonsil. Pemeriksaan kultur dari permukaan tonsil saja tidak selalu menunjukkan bakteri patogen yang sebenarnya (Hammouda et al., 2009; Shaihk et al., 2009). 5

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Pemeriksaan kultur dari inti tonsil dapat memberikan gambaran penyebab tonsilitis yang lebih akurat. Bakteri yang menginfeksi tonsil adalah bakteri yang masuk ke parenkim tonsil. Bakteri ini sering menumpuk di dalam kripta tersumbat (Hammouda et al., 2009; Shaihk et al., 2009).

E. PENATALAKSANAAN 1. Medikamentosa Terapi ini ditujukan pada hygiene mulut dengan cara berkumur atau obat isap, pemberian antibiotik, pembersihan kripta tonsil dengan alat irigasi gigi atau oral (Rusmarjono, 2007; Adams, 1997). Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis adalah cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin ( terutama jika disebabkan mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat ( jika bukan disebabkan mononukleosis) (Amalia, 2011).

2. Operatif Terapi operatif dilakukan dengan cara mengangkat tonsil (tonsilektomi). Indikasi dan kontraindikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery adalah (Derake & Carr, 2002) : a. Indikasi absolut: 1) Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau komplokasi kardiopulmunar. 2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofacial 3) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak hilang dengan pengobatan. Otitis media efusi atau otitis media supuratif. 4) Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi 5) Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis (dicurigai keganasan) b. Indikasi relatif : 1) Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2) Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronis tidak responsif terhadap terapi media 3) Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase 4) Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma c. Kontra indikasi : 1) Diskrasia darah kecuali di bawah pengawasan ahli hematologi 2) Usia di bawah 2 tahun bila tim anestesi dan ahli bedah fasilitasnya tidak mempunyai pengalaman khusus terhadap bayi 3) Infeksi saluran nafas atas yang berulang 4) Perdarahan atau penderita dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol. 5) Celah pada palatum

3. Nonmedikamentosa a. Menghindari makanan berminyak, air dingin dan es. b. Menjaga higienitas gigi dan mulut. c. Makan makanan yang lembut.

F. PROGNOSIS Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus (Amalia, 2011).

G. KOMPLIKASI Komplikasi dari tonsilitis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen/limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. 1. Komplikasi sekitar tonsil a. Peritonsilitis Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

b. Abses Peritonsilar (Quinsy) Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi. c. Abses Parafaringeal Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os petrosus. d. Abses retrofaring Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe. e. Krista Tonsil Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa sehingga menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel. f. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil) Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur. 2. Komplikasi ke organ jauh a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik b. Glomerulonefritis c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura e. Artritis dan fibrositis

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III KASUS

No. RM Nama Usia

: 298164 : Nn. Y A : 19 th

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Pekerjaan Tgl Masuk Bangsal : Dewi RT 01/02 Bayan Purworejo : Pelajar : 17 Februari 2014 : Kenanga A1

Keluhan Utama : Nyeri tenggorokan

Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluh sering merasakan nyeri tenggorokan berulang. Nyeri dirasakan lebih sakit pada saat menelan makanan. Tenggorokan terasa menonjol, dan banyak lendir. Hidung sering tersumbat ketika bangun pagi. Tidur mendengkur. Riwayat sesak napas hingga terbangun saat tidur disangkal. Demam (-), batuk (-), pilek (-), gangguan telinga (-), suara serak (-), mulut berbau tidak sedap (+). Pasien sering merasa mengantuk. Pasien memiliki kebiasaan memakan makanan pedas.

Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengeluh nyeri tenggorokan >5 kali dalam setahun terakhir. Riwayat sering batuk pilek sebelumnya (+). Riwayat alergi (-), riwayat asma (-), hipertensi (-), DM (-). Riwayat rawat inap sebelumnya (-).

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa disangkal. 9

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum : baik, compos mentis Vital sign TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit RR : 22 x/menit T : 36,8 o C

Pemeriksaan telinga AD: auricula dbn, CAE dbn, cerumen (-), discharge (-), membran timpani dbn. AS: auricula dbn, CAE dbn, cerumen (-), discharge (-), membran timpani dbn

Rhinoskopi anterior kanan : septum dbn, mukosa dbn, concha dbn, massa (-), discharge (-) kiri : septum dbn, mukosa dbn, concha dbn, massa (-), discharge (-)

Pemeriksaan orofaring : tampak uvula dbn, palatum dbn, tonsil membesar T4-T4, hiperemis, pelebaran kripte (+), detritus (+).

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KESIMPULAN

1. Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. 2. Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki keaktifan imunologik. 3. Tonsilitisdapat bersifat akut maupun kronik. 4. 25% etiologi dari tonsilitis adalah disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus, 25 % disebabkan oleh Streptokokus lain dan sebagian lagi disebabkan oleh Pneumokokus, Stafilokokus, serta Hemofilus influeza. 5. Manifestasi klinik tonsilitis berupa nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap rasa ada yang mengganjal ditenggorok, ada rasa kering di tenggorok, napas berbau, iritasi pada tenggorokan, dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas, pembesaran tonsil dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut serta sebagian kripta mengalami stenosis. 6. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis tonsilitis antara lain dengan pemeriksaan mikrobiologi dan histopatologi. 7. Tatalaksana untuk tonsilitis berupa terapi konservatif, terapi operatif dan terapi nonmedikamentosa. 8. Komplikasi tonsilitis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen/limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. 9. Prognosis tonsilitis secara umum adalah baik.

11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L. 1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta: EGC. Amalia, Nina. 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatra Utara Medan. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. 2006. Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy dalam Head&Neck Surgery-Otolaryngology, 4th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Brodsky, L., Poje, C. 2001. Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy dalam : Bailey, BJ. Head & Neck Surgery Otolaryngology Vol 1 3rd edition. Lippincott Williams & Wilkins. Derake A, Carr MM. 2002. Tonsillectomy dalam Godsmith AJ, Talavera F, Allen Ed. EMedicine.com.inc. 1 10. Hammouda M, Khalek ZA, Awad S, Azis MA, Fathy M. 2009. Chronic tonsillitis bacteriology in egyptian children including antimicrobial susceptibility. Aust. J. Basic & Appl. Sci. 3(3): 1948-53. Ja Ura, Serdar & Kutluhan, Ahmet. 2008. Chronic Tonsillitis Can Be Diagnosed With Histopathologic Findings. European Journal of General Medicine. 5(2). Lee, K.J. 2003. The Oral Cavity, Pharynx & Esophagus dalam Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. USA: McGraw Hill Medical Publishing Division. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. 2000. Tonsil dan Adenoid dalam Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: ECG. Rusmarjono, Kartoesoediro S. 2007. Tonsilitis kronik dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi 6. Jakarta: FKUI. Shaihk SM, Jawaid MA, Tariq N, Farooq MU. 2009. Bacteriology of tonsilar surface and core in patients with recurrent tonsillitis, undergoing tonsilectomy. Otolaryngology. 15(4): 95-7.

12

RM.01.

Anda mungkin juga menyukai