Anda di halaman 1dari 8

KESETARAAN JENDER DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh : Budi Kisworo PENDAHULUAN 1.

Perbedaan jenis kelamin pada manusia masih menyimpan masalah. Jika secara anatomis perbedaan tersebut, laki-laki dan perempuan, telah jelas. Tidak demikian halnya dalam masalah konsep budaya 2. Interpretasi budaya dinamakan jender. 3. terhadap jenis kelamin inilah yang

tribut biologis, penis pada laki-laki dan !agina pada perempuan, ketika berhubungan dengan konsepsi masyarakat memposisikan masing-masing pada peran yang berbeda.

". #egitu seorang bayi dilahirkan dengan memba$a atribut jenis kelamin tertentu, konstruksi budaya mulai terbentuk. tribut jenis kelamin ini lalu menentukan relasi jender, seperti pembagian %ungsi dan statusnya dalam masyarakat. &. Penentuan relasi jender yang didasarkan kepada %aktor biologis ini dinilai banyak mengandung bias jender yang merugikan perempuan. '. (aki-laki tidak hanya memiliki penis biologis tetapi juga dianggap memiliki )penis budaya*. +ebaliknya, perempuan di samping memang tidak memiliki penis biologis, juga dianggap tidak memiliki )penis budaya*. nggapan seperti inilah yang menjadi pangkal persoalannya. ,arena merasa dirinya lebih unggul, maka laki-laki seringkali bertindak se$enang-$enang terhadap $anita. -. pakah memang l.uran memandang kedua jenis makhluk llah itu dalam konteks yang demikian/ 0i sinilah pentingnya

diskusi ini, untuk mengetahui bagaimana teks-teks menjelaskan masalah tersebut. PRINSIP-PRINSIP KESETARAAN JENDER

l.uran

1. 1irman llah dalam surat r-2um ayat 21 menyatakan bah$a llah menciptakan manusia dua jenis, laki-laki dan perempuan. ,edua jenis itu merupakan pasangan, di mana jenis yang satu tidak akan bisa hidup bahagia tanpa didampingi jenis yang lain. 2. llah +3T menciptakan jenis perempuan bukan sekedar sebagai pelengkap atau untuk memenuhi kebutuhan laki-laki. Jenis yang satu membutuhkan jenis yang lain dalam kadar kebutuhan yang sama.

3. ,arena perbedaan kodratnya, masing-masing jenis memiliki karakteristik dan cara yang berbeda dalam mengungkapkan kebutuhannya itu terhadap yang lainnya. ". D l ! h l u"#u$ !e!e"uhi $e%u#uh " #erh d & l w " 'e"is( laki-laki dengan cara merayu atau membujuk perempuan, sedangkan perempuan dengan cara menampilkan diri secara 4cantik4 dan menarik sehingga dapat memikat hati laki-laki. &. ,ebiasaan merayu dan mengobral janji adalah ciri khas lakilaki, sedangkan kesukaan untuk tampil, pamer, dan berhias merupakan ciri khas perempuan. '. 0ari sisi penguasaan hati, laki-laki menjadi obyek buruan perempuan. Perempuan sebagai pemburu. +edangkan dari sisi penguasaan tubuh, perempuan sebagai obyek berburu bagi laki-laki. (aki-laki sebagai pemburu. -. ,esukaan perempuan untuk berdandan dan tampil dengan perhiasan me$ah adalah muncul dari kecenderungannya untuk memancing hati laki-laki. 3anita tampil dengan berbagai model dengan tujuan menjerat hati kaum laki-laki ke dalam perangkapnya dan mengikatnya dengan serat-serat cintanya.

+ebaliknya, laki-laki mengumbar janji dan merayu perempuan adalah untuk menguasai tubuhnya supaya takluk ke dalam dekapan na%sunya. 5. (aki-laki dan perempuan tidak ada yang pernah merasa puas terhadap kegemarannya itu karena hal tersebut sudah menjadi $atak dasarnya. 6. D l ! h l s# #us") se% * i + %id # u h !% , laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan 7surat 8-9ariyat :&';. 0emikian juga dari segi penilaian llah terhadap prestasi keta.$aannya 7 l-<ujurat :13;. 1=. ,ekhususan-kekhususan yang diberikan kepada laki-laki seperti pada surat l-#a.arah : 225 bah$a suami setingkat lebih tinggi di atas isteri> kemudian pada surat n- ?isa@ :3" laki-laki pelindung $anita, surat n-?isa@ :11 bagian $aris lakilaki dua kali lipat bagian perempuan, l-#a.arah :252 menerangkan laki-laki menjadi saksi yang e%ekti%, dan surat l#a.arah :252 tentang diperkenankannya laki-laki berpoligami, $ese!u i#u #id $ %er r#i !e"' di$ " l $i-l $i se% * i h !% le%ih u# ! di% "di"* &ere!&u ", --, Kele%ih "-$ele%ih " i#u di%eri$ " $e& d l $i-l $i d l ! $ & si# s") se% * i "**o# ! s) r $ # ) "* !e!ili$i &er " &u%li$ d " sosi l le%ih %es r & d s # ) #) # #erse%u# di#uru"$ ", Ad &u" d l ! $ & si# s") se% * i h !% All h( ! $ l $i-l $i d " &ere!&u " se# r $edudu$ "") , 12. D l ! h l #u* s") se% * i khalifah fil ardh, laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan. 7 l-#a.arah:3=, dan l@ra% :1'&;. 13. D l ! h l ! "usi !e"eri! &er' "'i " &ri!ordi l, juga tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Tuhan menanyai kesanggupan manusia 7laki-laki dan

perempuan; untuk mengakui llah sebagai Tuhannya, maka manusia menyatakan kesanggupannya. 7 l- @ra% :1-2;. 1". D l ! h l !er ih &res# si, llah menyatakan bah$a laki-laki dan perempuan memiliki potensi yang sama. 7 li Imran :16&, n-?isa@ :12", dan n-?ahl :6-; llah menjelaskan bah$a laki-laki atau perempuan yang beriman dan beramal saleh mereka akan mendapat imbalan setimpal dari llah. 1&. Aang jadi pertanyaan sekarang> !e"* & %i s 'e"der / %is #i!%ul

FAKTOR-FAKTOR .AN/ MENIMBULKAN BIAS JENDER 0ari penelitian para ahli, bias jender itu timbul karena berbagai %aktor : 1. Pe"* ruh s#ru$#ur % h s Ar %. 0alam bahasa rab, jika yang menjadi sasaran pembicaraan itu laki-laki dan perempuan, maka sighat yang digunakan adalah bentuk muzakkar/maskulin. Bontoh, Assalamualaikum, Aqimus Salat, dll. #egitu juga kata ganti Tuhan selalu menggunakan bentuk maskulin 7muzakkar). Penggunaan sighat muzakar ini memberi kesan seolah-olah laki-laki yang harus me$akili atau tampil dalam segala kegiatan yang dilakukan manusia. 0igunakannya bentuk muzakkar Cmaskulin dalam ayat-ayat l.uran tidak dimaksudkan untuk memihak atau mengutamakan laki-laki atas perempuan, tetapi semata-mata untuk penghematan kata, karena dalam tradisi bahasa rab jika sudah disebutkan jamak muzakkar, tidak perlu lagi disebut jamak muannats. 2. Pe")usu" " $ !us % h s Ar %. ,amus bahasa rab banyak memberi keunggulan kepada laki-laki. +eperti kata imam dan khalifah tidak pernah mempunyai arti pemimpin perempuan, tetapi selalu pemimpin laki-laki. #egitu pula kata zakar

mengisyaratkan adanya kekuatan, sementara kata untsa berarti lembek atau lemah lembut. 3. Pe"* ruh !e#ode &e" 0sir ". Detode ta%sir yang tertua dan terkenal adalah metode tahlili. Detode ini sangat menekankan kepada pemahaman tekstual. Denurut metode ini, suatu la%a8 atau ungkapan di dalam l.uran selalu dipahami menurut arti umum 7tekstual; dari la%a8, $alaupun sesungguhnya ayat tersebut diturunkan karena untuk menjelaskan suatu tradisi atau masalah yang terjadi dalam masyarakat saat itu. #erbeda dengan metode maudhui yang lebih menekankan kepada kontekstual sehingga dalam memahami ayat-ayat tidak ter%okus kepada satu teks saja, tetapi dengan mengumpulkan beberapa teks yang berkaitan dengan pokok masalah untuk dianalisa secara seksama, termasuk asbabun nu8ulnya, lalu ditarik kesimpulannya. yat-ayat yang berkenaan dengan jender, di mana secara 8ahirnya ayat-ayat tersebut mendudukkan laki-laki terkesan setingkat lebih unggul dari perempuan, semuanya diturunkan dalam konteks tradisi rab yang sangat diskriminati% dan sarat dengan bias jender. Eleh karena itu, pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut tidak bisa hanya secara tekstual, tetapi harus melihat konteks ketika ayat itu diturunkan. ". Ad ") &e"* ruh isr ili) #. ,itab-kitab ta%sir mu@tabar banyak yang menggunakan keterangan israiliyyat sebagai penjelas terhadap ayat-ayat yang tidak ditemukan keterangannya dalam hadits ?abi atau atsar sahabat. Padahal, kisah-kisah israiliyat itu selalu menyuguhkan keterangan-keterangan yang menyudutkan perempuan. Disalnya, sebab dam keluar dari surga ialah karena ia diajak dan dibujuk oleh <a$a agar mau memakan buah khuldi. 0emikian juga dikatakan bah$a asalusul $anita itu dari tulang rusuk dam. Perempuan dicipta untuk menjadi tempat bagi laki-laki untuk bersenang-senang, dll. ,eterangan-keterangan ini didapat dalam kitab Talmud dan

Perjanjian (ama. ,eterangan-keterangan tersebut memposisikan perempuan sebagai penyebab dosa turunan, sebagai manusia kelas dua, dan pelengkap bagi laki-laki. Pengaruh keterangan israiliyat itu kemudian memberi bias jender pada pena%siran ayat-ayat l.uran. &. Pe!%u$u " d " &e!% $u " $i# %-$i# % 0i$ih. ,itab-kitab %ikih disusun oleh ulama timur tengah dengan tradisi dan struktur keluarga yang bersi%at patriarki. Tradisi dan struktur keluarga itu telah memberi pengaruh kepada mereka ketika mengistimbatkan hukum dari dalil yang kemudian disusun dan dibukukan dalam kitab-kitab %ikih. <al itu sangat $ajar, karena seorang yang hidup dalam tradisi keluarga dan budaya tertentu akan melihat dan memahami konsep keluarga dan relasi jender dalam l.uran menurut tradisi yang ia alami. PENUTUP 1. l.uran tidak mena%ikan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, tetapi perbedaan itu tidak dijadikan alasan untuk mengistime$akan jenis laki-laki atas perempuan. yat-ayat di dalam l.uran yang nampaknya mengistime$akan laki-laki, seperti tentang ke$arisan, poligami, persaksian, hakhak sebagai suami dan ayah, diturunkan untuk merespon terhadap kasus-kasus yang terjadi saat itu.

2.

3. Fntuk memahami ayat-ayat yang berkenaan dengan pembinaan keluarga dan masyarakat tidak bisa hanya mencukupkan dengan kajian tekstual dan analisa kebahasaan, tetapi harus melihat kepada konteks kapan dan di mana serta untuk keperluan apa ayat tersebut diturunkan. ". ,ondisi obyekti% sosial budaya tempat kitab suci diturunkan menjadi re%erensi penting dan tak boleh ditinggalkan agar nilainilai uni!ersalitas dari ayat tersebut dapat diungkap.

&. Pemahaman kita terhadap ayat-ayat tersebut juga hendaknya didasarkan kepada budaya kita agar nilai keadilan yang diba$a ayat itu bisa dirasakan oleh masyarakat kita sekarang. '. Prinsip-prinsip keadilan, kemitraan, dan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan merupakan ajaran pokok dalam Islam yang acapkali dipahami secara keliru oleh masyarakat karena pengaruh budaya sehingga merugikan perempuan. -. +ekali lagi ditegaskan, bah$a pemahaman terhadap ayat-ayat, khususnya yang berkaitan dengan relasi jender, harus melihat kepada konteks kehidupan masyarakat ketika ayat itu diturunkan sehingga pemahamannya tidak keliru dan nilai uni!ersalitas ayat itu bisa dimunculkan. Wallahu alam. SELESAI #engkulu, 26 gustus 2=13

Da8mur ?abi Duhammad 9akat dulu dan sekarang. tetap sama. +urga sama untuk lakiperempuan. Tidak ada bias jender dalam Islam. (aki-perempuan punya peran sendiri. 0alam masyarakat punya peran sama. #agamana. Isteri minta uang, suami tidak bisa mencukupi. Termasuk keinginan untuk rekreasi. Penis budaya/

Imam Pena%siran ayat menurut budaya arab. pakah kasuistik tsb dipahami dengan makna berbeda dan sama dengan budaya kita/ Bontoh $aris. pakah salah jika sama pembagiannya/ da ayat yang kurang pas terjemahannya. Bontoh .a$amun. #agaimana ini/ pakah memukul istri itu termasuk mendidik/ Pena%siran yang tidak pas selama ini bagaimana perlu. +uandani Denikah. kad nikah anak perempuan> dam dan ha$a keluar dari surga/ (arangan mendekati pohon khuldi. Dan <ak pembagian $aris anak. #udaya rab-Indonesia. Jubah dll. ,esetaraan l-#a.arah 225/ ,eadilan $aris, pada poligami. ?u8us apak juga pada lki-laki/

Anda mungkin juga menyukai