Anda di halaman 1dari 4

Karbon Dioksida Sumber Karbon dioksida adalah konstituen tubuh normal yang diproduksi oleh metabolisme oksidatif.

Karbon dioksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Karbon memiliki konsentrasi sekitar 385 ppm berdasarkan volume. Di wilayah perkotaan, konsentrasi karbon dioksida secara umum lebih tinggi, sedangkan di ruangan tertutup, ia dapat mencapai 10 kali lebih besar dari konsentrasi di atmosfer terbuka. Karbon dioksida yang berwujud padat disebut sebagai dry ice atau es kering. Es kering sering digunakan pada industri makanan sebagai pendingin saat pengiriman makanan seperti es krim ataupun makanan yang tidak tahan dingin. Karbon dioksida menjadi es kering pada suhu 78,5oC pada tekanan atmosfir. Pada suhu di bawah -56,4oC karbon dioksida yang padat akab berubah menjadi gas yang apabila terhirup berlebihan dapat menyebabkan hiperkapnea.

Gambar menunjukkan CO2 yang berwujud padat yang disebut dry ice atau es kering. (www.wikipedia.com)

Efek Karbon Dioksida Bagi Tubuh Hemoglobin, molekul pengangkut oksigen yang utama pada sel darah merah, mengangkut baik oksigen maupun karbon dioksida. Namun CO2 yang diangkut hemoglobin tidak terikat pada tempat yang sama dengan oksigen. Ia bergabung dengan gugus terminal-N pada empat rantai globin. Namun, karena efek alosterik pada molekul hemoglobin, pengikatan CO2 mengurangi jumlah oksigen yang dapat diikat. Penurunan pengikatan karbon dioksida oleh

karena peningkatan kadar oksigen dikenal sebagai efek Haldane dan penting dalam traspor karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sebaliknya, peningkatan tekanan parsial CO2 atau penurunan pH akan menyebabkan pelepasan oksigen dari hemoglobin, dikenal sebagai efek Bohr. Karbon dioksida adalah salah satu mediator autoregulasi setempat suplai darah. Apabila kadar karbon dioksidanya tinggi, kapiler akan mengembang untuk mengijinkan arus darah yang lebih besar ke jaringan yang dituju. Ion bikarbonat sangatlah penting dalam meregulasi pH darah. Laju pernapasan seseorang dipengaruhi oleh kadar CO2 dalam darahnya. Pernapasan yang terlalu lambat akan menyebabkan asidosis pernapasan, sedangkan pernapasan yang terlalu cepat akan menimbulkan hiperventilasi yang bisa menyebabkan alkalosis pernapasan. Walaupun tubuh memerlukan oksigen untuk metabolisme, kadar oksigen yang rendah tidak akan menstimulasi pernapasan. Sebaliknya pernapasan distimulasi oleh kadar karbon dioksida yang tinggi. Akibatnya, bernapas pada udara bertekanan rendah atau campuran gas tanpa oksigen (seperti nitrogen murni) dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Lingkungan tanpa oksigen memadai tidak memungkinkan bagi sel-sel dalam tubuh untuk mendapatkan oksigen yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Untungnya, tubuh mengkompensasi kelebihan ion H+ dengan mengikat proton dengan hemoglobin. Selain itu, paru-paru mencoba untuk mengkompensasi dengan mengeluarkan CO2 berlebih, yang merupakan alasan napas cepat terlihat saat terpapar CO2 akut.

Gejala dan Tanda Karbon dioksida akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah oksigen di udara pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan adanya efek langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga akan menyebabkan makin cepat dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi tadi makin berat. Gejala keracunan akibat CO2 adalah: - Sakit kepala serta kepala terasa berat - Lemah - Telinga berbunyi (tinitus) - Nausea - Otot-otot menjadi lemah - Somnolen

- Tekanan darah meningkat disertai dengan sianosis - Pernapasan cepat dan nadi cepat - Collaps, koma dan meninggal Gejala keracunan tergantung pada konsentrasi CO2 di dalam sumber keracunan. Apabila hampir saluran atmosfer mengandung CO2 maka efek toksis CO2 begitu hebatnya dan ditandai dengan spasme glottis, konvulsi, koma yang terjadi secara mendadak dan kematian segera.

Gambar menunjukkan gejala serta tanda akibat keracunan CO2 (www.wikipedia.com) Pemeriksaan Forensik Pada laporan kasus yang dilakukan oleh Yamazaki (1997), mengenai kasus autopsi pada laki-laki yang berusia 44 tahun yang meninggal di dalam mobil pendingin diduga akibat keracunan karbon dioksida. Otopsi dilakukan untuk menyelidiki penyebab kematian. Terlepas dari tanda-tanda kematian akut, tidak ada temuan penting lainnya diperoleh, baik makro maupun mikroskopis. Dilakukan simulasi dengan menggunakan mobil pendingin untuk memyerupai peristiwa kecelakaan. Konsentrasi oksigen dalam freezer adalah 21,0 % seperti yang

ditunjukkan oleh sensor oksigen, tetapi turun menjadi 17,1-17,4 % ketika mesin dihentikan. Penurunan konsentrasi oksigen diduga hasil dari produksi karbon dioksida oleh penguapan es kering. Konsentrasi karbon dioksida di udara dapat dihitung dari perubahan konsentrasi oksigen dalam ruang tertutup dari freezer. Konsentrasi karbon dioksida dinilai pada 17,1-18,6 %. Konsentrasi oksigen 17,1-17,4 % tidak menyebabkan hipoksia yang serius, tetapi konsentrasi

karbon dioksida dari 17,1-18,6 % mungkin menyebabkan keracunan yang serius , karena nilai ini berada di atas kadar keracunan.* Laporan kasus autopsy yang dilakukan oleh Srisont (2009) pada laki-laki berumur 20 tahun yang meninggal akibat bersembunyi dalam kotak container berisi es kering berukuran 1,5 x 1 x 1 m. Pada pemeriksaan luar tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan dalam, paru-paru mengalamai kongesti. Otak menunjukkan edema ringan dan kongesti. Tidak ada tanda patognomik pada autopsy dan analisis darah akibat keracunan CO2.*

Pengobatan Secepat mungkin korban dikeluarkan dari sumber keracunan. Hati-hati bagi penolong karena harus memakai masker gas oksigen supaya tidak terbawa serta keracunan. Apabila menemukan kasus demikian haruslah curiga bahwa korban adalah akibat keracunan gas beracun - Pindahkan dari daerah yang berbahaya tadi dan berikan pernapasan buatan - Berikan gas oksigen - Terapi simptomatis

Daftar Pustaka Lambertsen C.J. 1971. Carbon Dioxide Tolerance and Toxicity. Pennsylvania: Institure for Enviromental Medicine University of Pennsylvania Medical Center. Langford NJ. 2005. Carbon Dioxide Poisoning. Toxicol Rev;24(4):229-35. *Yamazaki M, et al. 1997. An Autopsy Case of Carbon Dioxide Intoxication. Nihon Hoigaku Zasshi Dec; 51(6):446-51. *Srisont S, Chirachariyavei T, Peonim AV. 2009. A Carbon Dioxide Fatality From Dry Ice. J Forensic Sci; 54(4):961-962.

Anda mungkin juga menyukai