Anda di halaman 1dari 4

Perspektif Al quran tentang IPTEK

Zulfa Kamilia, 1306398176 Pandangan Al-Quran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dengan menganalisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya. Iqra terambil dari akar kata yang berarti menghimpun , dari menghimpun lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,mengetahui cirri sesuatu, dan membaca baik tertulis maupun tidak. Wahyu pertama tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran mnghendaki agar umatnya membaca apa saja selama bacaan itu Bismirabbik , dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra, bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah cirri ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda tanda zaman, sejarah diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhsil objek perintah Iqra, mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca , tidak diperoleh kecuali mengulangi ulangi bacaan, atau membaca hendaklah dilakukan sampai mencapai batas yang maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang ulangi bacaan Bismi Rabbik ( Demi karena Allah ) menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walupun yang dibaca ituitu aja. Itulah pesan yang terkandung Iqra Warabbikal Al Akram. ( Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. ). Selanjutnya dari wahyu pertama Al-Quran diperoleh isyrat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu Pengetahuan. Allah mengajar dengan pena atau bacaan ( apa yang telah diketahui manusia sebelumnya ) dan mengajar manusia tanpa pena ( apa yang belum di ketahui manusia )

Cara pertama adalah mengajar denagan atau atas dasar manusia, dan cara yang kedua mengajar tanpa alat dan tanpa usaha dari manusia. Walaupun berbeda namun keduanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah SWT. Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek. Secara umum subyek dituntut peranannya guna memahami obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa obyek terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang subyek. Sebagai contoh comet halley memasuki cakrawala hanya sejenak setiap 76 tahun. Dalam kasus ini walaupun para astronom menyiapkan diri dan alat alatnya untuk mengamati dan mengenalnya, tetapi sesungguhnya yang paling berperan adalah kehadiran komet itu memperkenalkan diri. Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya atau apa yang diduga sebagai kebetulan yang dialami oleh ilmuan yang tekun, kesemuanya tidak lain kecuali bentuk bentuk pengajaran Allah yang dapat di analogikan dengan kasus komet diatas. Itulah pengajaran tanpa kalam yang di tegaskan wahyu pertama ini. Baiklah kandungan wahyu pertama diatas , dirinci lebih jauh dengan merujuk ayat ayat AlQuran yang terkait. Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan Al-Quran dalam surah Al-Baqarah [2]:31. Manusia menrut Al-Quran memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya atas izin Allah. Oleh karena itu bertebaran ayat ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara dalam rangka tersebut. Sebagaimana pula berkali kali Al-Quran menunjukan betapa tingginya kedudukan orang orang yang berilmu pengetahuan Dalam pandangan Al-quran , seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama diatas. Ilmu itu terdiri dari dua macam. Ilmu yang diperolehnya tanpa upaya manusia dan ini dinamai ilm ladunny, seperti yang diinformasikan antara lain oleh Q.S. Al-kahfi [18]:65. Lalu mereka ( Musa dan muridnya ) bertemu dengan seorang hamba dari hamba hamba kami, yang telah kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sis kami dan telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami Dan ilmu yang diperoleh atas usaha manusia dan dinamai ilm kasby

Obyek ilmu menurut ilmuan muslim mencakup alam materi dan non materi. Sementara menurut kaum shufi melalui ayat ayat Al-Quran memperkenalkan apa yang mereka sebut Alhadharaat Al-Ilhiyah Alkhams ( lima kehadiran Ilahi ) untuk menggambarkan hirarki keseluruhan wujud. Kelima hal tersebut adalah : 1. Alam Naasuut (alam materi ) 2. Alam Malakut ( alam kejiwaan ) 3. Alam Jabaruut ( alam Ruh ) 4. Alam Lahuut (Sifat sifat Ilahiyah ) 5. Alam Haahuut ( Wujud zat Ilahi ) Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang kita menengok kepada sekian banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan alam raya. Menurut para Ulama terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Secara tegas dan berulang ulang, Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Adanya petensi dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya untuk membangkang perintah-Nya, kesemuanya mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan yang ditundukkan Tuhan itu. Keberhasilan memanfaatkan alam itulah buah teknologi. Al-Quran memuji sekelompok manusia yang dinamainya Ulul Albab. Ciri mereka antara lain dilukiskan oleh Q.S. Al-Imran [3]: 190-195. Sesungguhnya dalam penciptaan dan bumi dan silih bergantiya malam dan siang terdapat tanda-tanda Ulil Albab. Yaitu mereka yang berdzikir ( mengingat ) Allah sambil berdiri, atau duduk, atau berbaring dan mereka yang berfikir tentang khaleq ( kejadian ) langit dan bumi Muhammad Quthub dan kitabnya Manhaj Attarbiyah Al-Islamiyah mengomentari ayat AlImran diatas sebagai berikut :

Ayat ayat tersebut menggambarkan secara sempurna metoda penalaran dan pengamatan Islami terhadap alam,.. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia kepada fungsi pertamanya diantara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji dialam raya ini. Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakkur dan berakhir dengan amal. Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantar ilmuan kepada rahasia rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan pada penciptaan teknologi yang menghsilkan kemudahan dan manfaat bagi manusia. Disini kita menoleh kepada teknologi dan hasil-hasil yang telah dipersembahkannya. Kalaulah untuk mudahnya kita jadikan alat atau mesin sebagai gambaran kongkrit tentag teknologi. Mesin- mesin dari hari ke hari semakin canggih. Mesin-mesin tersebut dengan bantuan manusia bergabung satu dengan lainnya. Sehingga ia semakin kompleks, ia tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang, namun ia dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan banyak orang. Dalam tahap ini, mesin telah menjadi semacam serteru manusia, atau hewan yang harus disiasati agar ia mau mengikuti kehendak manusia. Dewasa ini, lahir teknologi, khususnya dibidang rekayasa genetika, yang dapat mengarah untuk menjadikan alat sebagai bantuan, bahkan menciptakan bakal-bakal alat yang akan diperbudak dan tunduk kepada alat. Tetapi jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari asal tujuan penciptaan, maka sejak dini Islam menolak kehadiran hasil-hasil teknologi. Karena itu menjadi persoalan bagi martabat kemanusiaan bagaimana memadukan kemampuan mekanik manusia untuk menciptakan teknologi, dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi sehingga dapat berjalan seiring dengan nilainilai Rabbany, atau dengan kata lain bagaimana memadukan antara fikir , dzikir, ilmu, dan iman.

Anda mungkin juga menyukai