Anda di halaman 1dari 7

INSEKTISIDA..PERLUKAH?

Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M. Sc.


Departemen HPT Fakultas Pertanian USU
NIP. 132 307 219 (zuliyanti@yahoo.com)


A. Definisi Insektisida
Insektisida adalah salah satu dari jenis pestisida (baca: pembunuh hama) selain jenis fungisida,
rodentisida, herbisida, nematisida, bakterisida, virusida, acorisida, mitiusida, lamprisida dan lain-lain.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 batasan dari pestisida adalah semacam zat kimia
dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama, penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-
hasil pertanian.
2. Memberantas gulma.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman (tidak termasuk pupuk).
5. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaaan/ternak.
6. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga.
7. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau
binatang perlu yang dilindungi.

Pestisida sebelum sampai ke tangan petani terlebih dahulu harus melalui Komisi Pestisida (Kompes)
yang tugasnya mengawasi dan memberi izin pemakaian pestisida di Indonesia. Kompes berada di
bawah lindungan Departemen Pertanian dan biasanya ditetapkan untuk dua kali satu tahun. Ini berarti
bahwa pabrik-pabrik pestisida tidak adapt begitu saja atau secara sembarangan untuk menghasilkan
obat pemberantasan hama tersebut dan memaksakan penggunaannya. Melalui Kompes hanya akan
diizinkan impor atau pembuatan macam-macam pestisida yang hanya dapat menimbulkan bahaya
keracunan yang sekecil-kecilnya terhadap manusia, ternak dan terhadap tanaman. Posisi dan peran
Kompes dapat dilihat seperti gambar dibawah ini:


Ameilia Zuliyanti Siregar : Insektisida Perlukah?, 2008
USU Repository 2008
1

Komisi
Pestisida
Lembaga
Penelitian

a. Percobaan Lapangan
b. Laporan Hasil Penelitian
Pabrik
Pestisida

a. Izin Percobaan
b.P ercobaan-Percobaan
Toko-Toko Penjual Pestisida
KUD-KUD
Petani-Petani
Gambar 1. Posisi dan Peran Komisi Pestisida (Kartasapoetra, 1993).

Syarat-syarat pestisida untuk dijadikan percobaan harus mencakup percobaan formula serta percobaan
crop (pada tanaman). Percobaan harus dilakukan dua kali pada dua lokasi dengan dua musim. Apabila
percobaan-percobaan menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan pemakaiannya, maka pada
tindakan selanjutnya oleh Kompes, pestisida-pestisida akan dimasukkan dalam daftar putih untuk
diberikan izin sementara (1 tahun) atau izin tetap (5 tahun). Pengadaan pestisida, khususnya insektisida
tidak boleh dilakukan secara gegabah, para pemakai (petani) ketika menggunakan insektisida harus:
@ Memperhatikan etiket pada tempat penyimpanan insektisida (kaleng, botol, bungkusan/ plastik)
dari pabrik pembuatnya.
@ Perhatikan etiket tentang tata cara penggunaan/keterangan mengenai insektisida.
@ Kerusakan pada tempat penyimpanan (kaleng, botol, bungkusan/plastik), sebaiknya tidak usah
dibeli.

Dengan melakukan dan memperhatikan cara-cara berikut akan terhindar dari pemalsuan atau bahaya-
bahaya keracunan yang mungkin timbul atau mencegah kerusakan yang lebih gawat. Ada kalanya para
pengedar atau penjual insektisida melakukan rebottling, repacking atau menambahkan komposisi
bahan kimia lainnya. Sebaiknya nama pengedar/penjual, atau nama tokonya harus diketahui dengan
jelas.




Ameilia Zuliyanti Siregar : Insektisida Perlukah?, 2008
USU Repository 2008
2
B. Bentuk, Sifat dan Jenis Insektisida
Pestisida banyak dibuat oleh pabrik-pabrik di dalam dan luar negeri yang memanfaatkan kemajuan
para ahli kimia, ahli pertanian (khusunya ahli serangga dan hama tanaman) untuk mewujudkan
insektisida ramah lingkungan dengan memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
# Daya bunuhnya.
# Penggunaan yang mudah.
# Daya tahan terhadap iklim.
# Berbahaya atau tidak terhadap manusia dan hewan-hewan peliharaan.
# Berbahaya atau tidak terhadap predator.
# Pengunaan dapat dipertanggungjawabkan.

Umumnya bentuk insektisida terdiri dari empat golongan sebagai berikut:
1. Dust (Serbuk) berkode D.
Dapat ditaburkan pada tanaman yang terserang hama atau dilarutkan dalam air untuk selanjutnya
dimanfaatkan dalam penyemprotan-penyemprotan.

2. Emulsion Concentrated (Cairan) berkode EC.
Dibuat secara cairan yang dilarutkan dalam sejenis minyak. Penggunaannya harus dilarutkan dalam
air agar tercapai kepekatan tertentu sesuai dengan kebutuhan/keperluan.

3. Granular (butiran) berkodeG.
Digunakan dengan menaburkan diatas larikan-larikan atnah atau pada atanhsekitar tanaman,
kemudian ditutup atau ditimbuni tanah. Pada waktu terjadinya hujan atau waktu dilakukan
penyiraman, butiran ini akan hancur dan meresap kedalam tanah sehingga hama akan terbasmi.

4. Fumigan (gas/asap) berkode F
Digunakan dalam penyemprotan/fumigasi untuk membasmi hama tanaman misalnya BHC,
Methylbromida dan lain-lain.


Mengenai sifat insektisida dapat dikategorikan 9 golongan berikut ini:
1. Yang melakukan kontak dan racun kontak segera bereaksi pada urat saraf serangga atau hama
tanaman sehingga menimbulkan kematian
Ameilia Zuliyanti Siregar : Insektisida Perlukah?, 2008
USU Repository 2008
3
2. Yang mematikan lambung dan racun perut segera bereaksi pada alat pencernaan serangga atau
hama tanaman sehingga menimbulkan kematian.
3. Yang mengganggu atau mematikan sistem pernafasan serangga atau hama tanaman.
4. Yang efek residunya tahan lama, insektisida yang disemprotkan daya bunuhnya tetap akan aktif
walaupun disemprotkan hanya satu kali yang bertahan sampai satu minggu.
5. Insektisida yang sistemik, apabila dilarutkan akan diserap oleh tanaman sehingga hama tanaman
yang menghisap zat cair akan segera mati.
6. Yang daya penyerapan atau pemasukannya ke dalam jaringan daun lebih aktif daripada insekta
lainnya. Misalnya folidol.
7. Insektisida yang dapat mematikan bakal serangga atau ulat sejak masih dalam kandungan telur
(ovisida).
8. Insektisida yang khusus dapat mematikan tungau (Acarisida).
9. Insektisida yang dapat mematikan nematoda (Nematisida).

Disamping itu kita mengenal insektisida organis (berasal dari tanaman, misalnya akar tuba
mengandung rotenone, tembakau dengan nikotin, dll), sedangkan insektisida sintesis (dibuat didalam
pabrik secara kimiawi, banyak mengandung logam berat seperti air raksa, timah, arsenat, seng, fosfor
dll).

C. Faktor-Faktor Penting Dalam Penggunaan Insektisida
Falsafah penggunaan insektisida
Yang paling ideal apabila hama tanaman dapat diberantas tanpa insektisida.
Pilihlah insektisida yang aman (tidak berresidu) apabila keadaan terpaksa.
Gunakan insektisida seminimum mungkin bila berresidu ketika terpaksa.

Efek samping (side effect) dari insektisida:
Sangat tergantung dari sifat insektisida yang digunakan.
Dari dan dalam luasnya penggunaan insektisida.
Dari dan dalam cara mempergunakannya.

Penggunaan insektisida memberikan pengaruh kepada lingkungan seperti Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh sampingan yang timbul terhadap lingkungan
Faktor lingkungan Pengaruh sampingan yang timbul
Abiotik Residu dalam tanah, air dan udara.
Tanaman Residu, dan phytoyoxisitas.
Binatang Residu pada binatang, pengaruh fisiologis, mortalitas pada
serangga berguna, dan perubahan populasi hama (timbul hama
sekunder).
Manusia Akumulasi dalam jaringan, dan kecelakaan dalam penggunaan
dan penyiapannya.
Ameilia Zuliyanti Siregar : Insektisida Perlukah?, 2008
USU Repository 2008
4
Makanan Residu di dalam makanan.
Jasad Sasaran Resistensi (contoh: Plutella vs DDT) dan resurgensi (contoh
wereng vs Nogos/Surecide).
(Sumber: Kartosapoetra, 1993).
Faktor yang mempengaruhi penggunaan insektisida di udara:
Angin.
Suhu udara.
Kelembaban dan curah hujan.

Faktor yang mempengaruhi insektisida dalam tanah:
Keasaman tanah.
Suhu tanah.
Kelembaban tanah.
Organisme dalam tanah.
Tekstur tanah.
Struktur tanah.
Insektisida.
Pengelolaan tanah.
Cara-cara penggunaan.
Penutup tanah.

Penyebab hilangnya insektisida dalam tanah:
Physical removal
Hilangnya insektisida secara fisik disebabkan plant up take, penguapan dalam tanah, adsorpsi
koloid tanah, dan pencucian.

Degradation
Penurunan karena penggunaan (perombakan/penguraian mikroba/kimia).

Efesiensi penyemprotan akan sangat tergantung pada hal-hal berikut ini:
Jenis insektisida dan alat penyemprot yang digunakan.
Volume larutan.
Dosis (cc/ha, ltr/ha).
Konsentrasi (cc/ltr air).
Teknikpenyemprotan aplikasi.
Kondisi/persyaratan.


D. Toksisitas
Dalam mengukur toksisitas insektisida dikenal istilah LD 50, LC 50, ED 50, RL 50, EC 50, dan TLM
dengan penjelasan seperti pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Toksisitas (Daya Racun Insektisida).
Istilah Keterangan
LD 50
(Lethal Dossage)
Berapa mg insektisida untuk tiap kg berat badan binatang percobaan untuk
mematikan 50% dari populasinya. Diberikan melalui oral, dermal dan
respirasi, diambil dari insektisida murni. Digolongkan 6 kategori berikut ini:
# 0 50 : toksisits tinggi. # > 1250 : toksisitas rendah
Ameilia Zuliyanti Siregar : Insektisida Perlukah?, 2008
USU Repository 2008
5
sekali.
# > 50 250 : toksisits sedang. # LD > : toksisitas tinggi.
# > 250 1250 : toksisits rendah. # LD < : toksisitas rendah.
LC 50
(Lethal
Consentration)
Berapa mg insektisida untuk tiap kg berat badan binatang percobaan untuk
mematikan 50% dari populasinya menggunakan fumigan. Diberikan melalui
oral, dermal dan respirasi. Contoh: formalin dengan ikan lele, herbisida dengan
udang sungai pada waktu tertentu.
ED 50
(Effective Dossage)
Berapa mg insektisida untuk tiap volume spora yang tidak tumbuh setelah
diberi perlakuan fungisida dengan dosis tertentu pada medium buatan pada
waktu tertentu.
RL 50
(Residu Life)
Memperhatikan periode sejak terjadinya deposit insektisida sampai separuh
deposit tersisa sebagai residu atau waktu yang diperlukan sehingga suatu
insektisida aktivitasnya berkurang 50%.
EC50 (Effective
Consectration)
Kepekatan bahan uji pada taraf 50% populasi hewan uji dalamkeadaan tidak
aktif/lumpuh pada awktu tertentu. Misalnya phytoplankton pada air kolam
dengan 1 ppm Paraquat (Herbisida) selama 4 jam pertumbuhannya menurun
4%.
TLM (Tolerance
Limited Medium)
Toksisitas insektisida yang diukur pada pengairan (kolam). Contohnya Penta
Chlorophenol (PCP) dalam waktu 24-48 jam terhadap ikan Lebistes adalah
0.40 dan 0.25 ppm.
(Sumber: Kartosapoetra, 1993).

E. Resistensi
Plutella sp yang disemprot secara terus-menerus menggunakan folidol dengan konsentrasi bertingkat,
sama seperti kasus DDT yang tidak diigunakan untuk memberantas hama karena mengalami resistensi,
disamping membahayakan kesehatan manusia. Menurut O Brain, Resistensi adalah kemampuan
seragga untuk mentolerir dosis yang toksid (racun) dari suatu insektisida yang akan mematikan
sebagian besar populasi pada keadaan normal. Resistensi timbul melalui proses seleksi yang
mengalami pemberian insektisida berturut-turut selama 10-20 tahun dan akan mempengaruhi sifat
hereditas keturunannya.

Hassal menyatakan resistensi pada serangga disebabkan faktor-faktor berikut ini:
@ Sifat morfologis (contoh: tebal/tipis kutikula, ada/tidak bulu).
@ Sifat fisiologis (perbedaan sintesis, transportasi, genetik: organolphospat).
@ Sifat biokimia ( serangga melakukan inaktivasi, contoh DDT ke DDE).

F. Pentingnya IPM
Semua jenis insektisida kimia adalah racun bagi manusia dan organisme hidup. Tanpa adanya
pengendalian dalam penggunaannya beberapa kemungkinan akan menimbulkan dampak, yaitu:
@ Kecelakaan terhadap si pemakai dan keluarganya.
@ Pencemaran lingkungan (terhadap air, tanah, keracunan makanan, hewan mati)
Ameilia Zuliyanti Siregar : Insektisida Perlukah?, 2008
USU Repository 2008
6
@ Pembasmian hama kurang ekonomis, menimbulkan hama resistensi, predator dan parasit mati yang
diharapkan bantuannya memberantas hama tanaman.

Tujuan Integrated Pest Management (Pengelolaan hama Terpadu) dilakukan untuk mencapai:
# Produksi tanaman meningkat tinggi.
# Kualitas produk baik.
# Ekonomis menguntungkan petnai.
# Kecelakaan dapat ditekan serendah mungkin.
# Pencemaran lingkungan dapat diatasi.
# Tidak timbul ham yang resistensi dan resurgensi.

IPM/PHT merupakan suatu filosofi dan metodologi dalam membatasi keadaan hama dibawah tingkat
kerusakan ekonomi dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan. IPM/PHT menggunakan berbagai
cara pengendalian yang serasi satu sama alin, serasi terhadap tanaman, tidak merusak lingkungan,
amana terhadap manusia dan hewan, sehingga hama-hama berada di bawah ambang tingkat kerusakan
ekonomi. Contoh IPC/PHT pada hama wereng dengan VUTW; sanitasi tanaman padi yang pernah
terserang wereng dibersihkan/dihancurkan, bertanam serempak, rotasi palawija; penggunaan
insektisida atas dasar pengamatan (monitoring).
Strategi dalam pelaksanaan IPM/PHT dapat dilakukan dengan cara:
@ Menghindari sekecil mungkin kerusakan yang diakibtakna oleh hama tanaman terhadap hama
tanaman tertentu di suatu daerah dan waktu tertentu.
@ Mengurangi kepekaan tanaman agar tanaman toleran terhadap hama/penyakit.
@ Mengubah sifat hama tanaman agar tidak membahayakan.
@ Menekan populasi sehingga tetap berada dibawah ambang ekonomi.

Pengendalian hama yang mutkahir tidak dapat berjalan dengan baik tanpa estimasi yang akurat dari
populasi hama dan faktor-faktor ekologi yang mempengaruhinya serta estimasi kerusakan tanaman dan
pengaruhnya terhadap hasil. Sekarang tergantung kepada kita, sesuai dan sangat perlukah kita masih
menggunakan insektisida?


Ameilia Zuliyanti Siregar : Insektisida Perlukah?, 2008
USU Repository 2008
7

Anda mungkin juga menyukai