Anda di halaman 1dari 6

Manifestasi Klinis dan Penanganan Terkini Sifilis

Penyakit Menular Seksual

Manifestasi Klinis dan Penanganan Terkini Sifilis

Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Sifilis dapat mempertinggi risiko terinfeksi HIV. Hal ini dikarenakan oleh lebih mudahnya virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang bila terdapat luka. Sifilis yang diderita juga akan sangat membahayakan kesehatan seseorang bila tidak diobati. Baik pada penderita lelaki maupun wanita, spirochaeta dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan rusaknya organ-organ vital yang sebagian besar tidak dapat dipulihkan. Sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati, juga dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir primer pada bayi yang ia kandung. Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai Lues Raja Singa. Sifilis merupakan infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh penderita kemudian merusaknya. Sifilis hanya menular antar manusia melalui kontak seksual, atau Ibu kepada bayinya. Sifilis menular melalui Penis, vagina, anus, mulut, transfusi dan ibu hamil kepada bayinya. Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 10.000 kasus per tahun. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki. Sementara di Cina, laporan menunjukkan jumlah kasus yang diaporkan naik dari 0,2 per 10.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki. Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat subspesies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum,Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum. Tulisan ini akan membahas Treponema pallidum pallidum yang merupakan penyebab sifilis. Treponema pallidum pallidum merupukan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa. Pada tanggal 17 Juli 1998, suatu jurnal melaporkan sekuensi genom dari Treponema pallidum. Treponema pallidum pallidum adalah bakteri yang memiliki genom bakterial terkecil pada 1.14 million base pairs (Mb) dan memiliki kemampuan metabolisme yang terbatas, serta mampu untuk beradaptasi dengan berbagai macam jaringan tubuh mamalia.

Penularan Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangat mudah menginfeksi orang lain pada tahap 1 dan 2 selain itu juga dapat disebarkan per-plasenta. Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).Sifilis atau yang disebut dengan raja singa disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genitogenital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan. Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC. Apabila infeksi pada kehamilan karena tidak melakukan pemeriksaan antenatal yang adekuat akan mempunyai pengaruh buruk pada janin. Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus, dan partus prematurus, dan dapat juga di dapatkan gejala-gejala sifilis kongenital Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin. Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari. Rekomendasi terpenting untuk pencegahan Seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif. Tanda dan gejala yang terjadi dibagi dalam empat stadium berbeda. Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut Peniru Besar karena sering mirip dengan berbagai penyakit lainnya

1. Stadium satu. Masa inkubasi : masa inkubasi terjadi selama 2-6 minggu atau 9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit (chancre) tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita. Chancre sebagai tempat masuknya penyakit hampir selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak dibobati (sampai tahai 1 berakhir), setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita. Setelah masa itu akan timbul lesi primer disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening (Limfadenopati) regional. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat

menular. 2. Stadium dua. 1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan. Tahap sekunder akan terjadi kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Ditandai dengan lesi kulit secara general atau menyeluruh dan limfadenopati yang juga general. Terdapat juga adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegalpegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu. 3. Stadium tiga. Tahap laten, terjadi selama beberapa tahun atau dekade. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya. 4. Stadium empat. Tahap tersier : tahap ini terjadi pada 1/3 kasus yang tidak ditangani. Gejala yang timbul yaitu destruksi kulit, muskuloskelet, dan lesi parenkima, aortitis, dan kelainan saraf. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang. Dikenal sebagai tahap akhir sifilis atau tahap letal. Pada fase ini chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan gila.

Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang mirip dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah bahwa pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada tahap kedua, akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur. Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan adanya chancre setelah tiga hari tiga bulan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh. Kalau sifilis stadium satu ini tidak diobati, tahap kedua penyakit ini dapat muncul kapan saja, mulai dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.

sumber gambar: emedicine Diagnosis

Mendeteksi Treponema pallidum dark-field microscope fluorescent antibody b. Pemeriksaan serologi VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) RPR (rapid plasma regain) Western blot rapid test

Penanganan
Penisilin adalah obat pilihan untuk mengobati sifilis. Menurut CDC, pasien dengan alergi penisilin diketahui harus menjalani pengujian alergi penisilin kulit dan desensitisasi penisilin. Desensitisasi di penisilin -alergi wanita hamil, diikuti dengan pengobatan dengan penisilin. Konversi klinis dan serologis adalah titik akhir dari perawatan medis untuk sifilis. Tindak lanjut Penelitian Penyakit kelamin Laboratory (VDRL) tingkat uji harus diperoleh untuk keberhasilan dokumen pengobatan. Sifilis Didapat : Pemberian penisilin G Benzhatine atau Procaine, bisa peroral atau parenteral, tergantung keadaan pasien.[ Sifilis Kongenital : Penisilin G. Dosis pada bayi, orang dewasa, dan ibu hamil tentunya berbeda. Dibutuhkan pengontrolan yang berbeda pula. Obat-obatan Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk membasmi organisme penyebab sifilis, T pallidum. Penisilin merupakan terapi utama, standar yang modus lain dari terapi dinilai, dan satu-satunya terapi yang telah digunakan secara luas untuk neurosifilis, sifilis kongenital, atau sifilis selama kehamilan. Penisilin Obat pilihan adalah penisilin G parenteral untuk semua tahap sifilis. Menurut 2010 STD pedoman pengobatan CDC, penisilin G adalah satu-satunya terapi yang secara klinis didokumentasikan untuk menjadi efektif terhadap sifilis selama kehamilan. [18] Sejak saat membagi T pallidum lambat (hari), penisilin G benzatin penisilin adalah hanya efektif untuk terapi dosis tunggal karena dalam bentuk depo dan tingkat terapeutik tetap dalam darah sampai 30 hari. Menghindari Bicillin CR (kombinasi prokain dan benzatin), yang tetap dalam darah hanya 7 hari, sangat penting.Pada kesempatan langka, T pallidum ditemukan untuk bertahan setelah terapi penisilin yang memadai, namun tidak ada indikasi ada bahwa T pallidum telah memperoleh resistensi terhadap obat tersebut. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pasien dengan alergi penisilin diketahui harus menjalani pengujian alergi penisilin kulit dan desensitisasi penisilin. Alternatif terhadap penisilin Karena T pallidum resistensi terhadap penisilin belum muncul, kebutuhan primer untuk obat alternatif dalam mengobati sifilis disediakan untuk penisilin-alergi pasien. Para peneliti sedang mempelajari kemanjuran ceftriaxone dan azitromisin dalam mengobati sifilis. Penetrasi pada Sistem saraf pusat (SSP) dan kesamaannya dengan penisilin mendukung penggunaan ceftriaxone dalam pengobatan sifilis. Studi saat ini adalah tidak meyakinkan, dan CDC pedoman tidak mendukung atau menolak penggunaannya. Dengan keterbatasan data yang tersedia untuk mendukung kemanjurannya, kehati-hatian menentukan 5 ke 7-hari pengobatan untuk sifilis dini. Setengah seumur hidup azitromisin dan kemanjuran klinis in vitro terhadap sifilis mendukung penggunaannya dalam mengobati sifilis dini. Saat ini, bagaimanapun, data klinis tetap tidak mencukupi untuk merekomendasikan penggunaannya.Tidak ada bukti yang baik menunjukkan bahwa non-beta-laktam antibiotik, yang digunakan sebagai alternatif untuk penisilin, secara klinis efektif dalam sifilis. Eritromisin telah dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Doksisiklin dapat menjadi pilihan bagi pasien yang menolak terapi parenteral. Antibiotik Empiris terapi antimikroba harus komprehensif dan harus mencakup semua patogen mungkin dalam konteks pengaturan klinis.

Penisilin G benzatin (Bicillin L-A) Benzatin penisilin G adalah agen lini pertama untuk infeksi sifilis primer dan sekunder. Ini adalah spirocheticide dengan aktivitas in vivo terhadap T pallidum. Mengganggu sintesis dinding sel mucopeptide selama replikasi. Penisilin G prokain Penisilin G prokain adalah agen lini pertama untuk mengobati sifilis laten.

Doksisiklin (Doryx, Vibramycin) Doxycycline digunakan sebagai terapi alternatif untuk infeksi sifilis. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengikat ribosom 30S unit, mencegah sintesis protein. Tetrasiklin (Sumycin) Tetrasiklin digunakan sebagai terapi alternatif untuk infeksi sifilis. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengikat ribosom 30S unit, mencegah sintesis protein. Eritromisin (E.E.S., E-Mycin) Eritromisin menghambat pertumbuhan bakteri, kemungkinan dengan menghambat disosiasi peptidil tRNA dari ribosom, menyebabkan RNA-dependent sintesis protein untuk menangkap. Hal ini digunakan untuk pengobatan infeksi staphylococcal dan streptokokus. Pada anak-anak, usia, berat badan, dan beratnya infeksi menentukan dosis yang tepat. Ketika dosis dua kali sehari diinginkan, setengah dari dosis harian total dapat diambil q12h. Untuk infeksi yang lebih parah, dua kali dosis. Ceftriaxone (Rocephin) Ceftriaxone merupakan agen alternatif untuk penisilin-alergi pasien. Ini adalah generasi ketiga sefalosporin dengan spektrum luas, gram negatif aktivitas, tetapi memiliki khasiat lebih rendah terhadap organisme gram positif dan kemanjuran lebih tinggi terhadap organisme resisten. Ini penangkapan pertumbuhan bakteri dengan mengikat satu atau lebih protein penisilin mengikat. Azitromisin (Zithromax) Azitromisin bertindak dengan mengikat subunit 50S ribosom mikroorganisme rentan dan blok pemisahan peptidil tRNA dari ribosom, menyebabkan RNAdependent sintesis protein untuk menangkap. Sintesis asam nukleat tidak terpengaruh.Azitromisin berkonsentrasi di fagosit dan fibroblast seperti yang ditunjukkan oleh teknik in vitro inkubasi. In vivo studi menunjukkan bahwa konsentrasi dalam fagosit dapat menyebabkan distribusi obat ke jaringan meradang. Obat ini digunakan untuk mengobati ringan sampai sedang infeksi mikroba. Uricosuric Uricosuric digunakan untuk meningkatkan konsentrasi serum antibiotik tertentu dan obat lain. Probenesid Probenesid menghambat sekresi tubular penisilin dan biasanya meningkat penisilin kadar plasma oleh rute antibiotik diberikan. A 2 ketinggian 4 kali lipat menjadi telah menunjukkan untuk berbagai penisilin. Probenesid digunakan sebagai tambahan terhadap penisilin di laten terlambat dan neurosifilis. Pencegahan Tidak melakukan seks bebas, praktikan seks monogami dengan aman bersama pasangan Memakai kondom mengurangi risiko terinfeksi sifilis. Setiap ibu hamil harus di tes sifilis, agar bila terinfeksi dapat diterapi sesegera mungkin, dan tidak menginfeksi bayinya. Hindari kontak dengan jaringan yang terpapar langsung atau dengan cairan tubuh Referensi: Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease Surveillance 2007 Supplement, Syphilis Surveillance Report. Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease Control and Prevention. Available athttp://www.cdc.gov/std/Syphilis2007/. Workowski KA, Berman S. Sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2010.MMWR Recomm Rep. Dec 17 2010;59:1-110 CDC. Penicillin Allergy-STD Treatment Guidelines 2006. Department of Health and Human Services. Available at http://www.cdc.gov/std/treatment/2006/penicillin-allergy.htm. Fiumara NJ. Treatment of primary and secondary syphilis. Serological response. JAMA. Jun 27 1980;243(24):2500-2.

Anda mungkin juga menyukai