Fucoidan adalah derivat dari dinding sel algae. Takashi et al. (1998) dalam Newman (1999), meneliti kemungkinan derivat sulfated-dinding sel algae (fucoidan) berpengaruh pada WSSV. WSSV adalah virus yang dilengkapi pembungkus (enveloped virus).
Menggunakan fucoidan murni (lebih dari 70%), udang diberi perlakuan fucoidan dengan cara dicampur pakan dengan dua dosis 60 dan 100 mg/kg/berat badan per hari selama 15 hari. Hari ke 4 setelah perlakuan melalui pakan, virus ditularkan melalui media air. Dari dua perlakuan diperoleh hasil yang hampir sama atau sedikit beda. Kesimpulannya lebih dari 80% udang yang diberi fucoidan dapat bertahan
80
82
Survival (%)
EKSTRAK HERBAL
Herbal Extract (ekstrak tanaman) adalah ekstrak dari tanaman tertentu yang memiliki sifat anti viral, antibacterial atau meningkatkan kekebalan yang bersifat umum/menyeluruh (non specific immunostimulant). Ekstrak Herbal bisa berasal dari bagian tanaman (daun, akar, batang, kulit batang, umbi, bunga, buah, kulit buah, biji) atau tanaman secara keseluruhan. Cara ekstrak bisa dengan cara direbus dengan air, dengan menggunakan pelarut tertentu seperti alcohol atau dihaluskan, diperas dan diuapkan.
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia
Banyak tanaman digunakan untuk pengobatan di rumah dan beberapa memiliki potensi sebagai anti-viral. Beberapa telah ditemukan mempunyai fungsi anti viral terhadap virus ikan dalam kultur jaringan dan beberapa diantaranya diketahui dapat mencegah infeksi virus dan mencegah kematian udang. Diantara ekstrak tanaman ternyata tidak berfungsi sebagai non specific stimulating system immune pada udang tetapi berfungsi terhadap virus specific.
Clinacanthus nutans
Direkbusarakom et. al. (1998) menguji ekstrak ethanol kompleks dengan polyvinylpyrolidone (PVP) dari Clinacanthus nutans yang diberikan pada udang melalui pakan untuk meningkatkan kekebalan terhadap serangan YHV (Yellow Head Virus). Tiga tingkatan ekstrak (0.1, 1 dan 10 mg/kg/berat badan) diberikan melalui pakan pada 15 ekor udang windu (15 20 gram), dengan 3 ulangan selama 7 hari. Setelah 7 hari ditularkan virus Yellow Head.
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia
150
SR (%)
100 50 0
0,1
10
Kontrol
Dosis (mg/l)
100
100
100
100 80
Glycyrrhizin adalah saponin glycosylat (glycosylated saponin) mengandung satu molekul asam glycyrretinat (glycyrretinic acid) yang memiliki khasiat anti inflammatory dan anti tumor, melalui aktivitas immunomodulatory (Sakai, 1999 dalam Jadhav, 2006).
10
EKSTRAK HEWAN
Ekstrak dari beberapa hewan invertebrata memiliki pengaruh sebagai immuno-modulator. Ekstrak dari tunicate laut, Ecteinascida turbinarta (Ete) dan glucoprotein ekstrak air abalone Haliotis discus hannai (Hde), dilaporkan berperan sebagai immunostimulant (Sakai, 1999 dalam Jadhav et al. 2006).
11
BACTERIN (VAKSIN)
Itami et al. (1989) dalam Jadhav et al. (2006), Vibrio bacterin (vaksin yang terbuat dari bakteri vibrio yang dimatikan), Vibrio anguillarum bacterin telah sukses digunakan untuk memvaksin ikan salmon. Bacterin ini bertindak sebagai immunostimulant pada udang karena udang tidak memiliki respon kekebalan specific tetapi yang dimiliki adalah respon non specific (non specific immunity). Pengaruh rangsangan kekebalan (immuno-stimulatory) bacterin Vibrio dilaporkan pada Penaeus japonicas yang telah diberi perlakuan perendaman.
12
13
Aplikasi immunostimulant
Penggunaan immunostimulant dapat melindungi ikan/udang dari serangan beberapa penyakit dan mengurangi angka kematian, akan tetapi ikan/udang tidak dapat dilindungi dari semua penyakit dengan immunostimulant. Ikan/udang yang menerima immunostimulant menunjukkan peningkatan kekebalan terhadap infeksi bakteri seperti Vibrio anguillarum, V. salmonicida, Aeromonas salmonicida dan Streptococcus sp,infeksi virus seperti IHN (Infectious Hematopoetic Necrosis) dan penyakit Yellow Head (YHV), infeksi parasit seperti microsporidia (Loma marhua) dan kutu laut (sea-lice). Dampak positif immunostimulant pada beberapa serangan infeksi bakteri seperti infeksi Cytophaga (=Flexibacter) tidak pernah dilaporkan.
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia 14
Immunostimulant tidak meningkatkan daya tahan terhadap serangan infeksi Renibacterium salmoninarum, Pseudomonas piscicida dan Edwardsiella ictaluri. Bakteri-bakteri tersebut tahan terhadap fagositosis dan dapat hidup dalam macrophage. Sebagaimana telah disebutkan, peningkatan fungsi utama imunologis oleh immunostimulant adalah aktivitas fagositas (phagocytic). Akan tetapi, bakteri yang tahan macrophage mungkin lepas / hilang dari aktivasi macrophage. Dengan demikian immunostimulant tidak efektif lagi terhadap infeksi (Sakai, 1999).
15
Waktu
Waktu pemberian immunostimulant merupakan masalah yang sangat penting. Biasanya, waktu pemberian immunostimulant yang lebih efektif tergantung pada kejadian penyakit dan sering tidak dapat digunakan membantu pencegahan penyakit yang disebabkan oleh bakteri resistant obat. Direkomendasikan penggunaan immunostimulant pada situasi tertentu diketahui akan terjadi stress (penanganan, aklimatisasi, budidaya dengan kepadatan tinggi) dan dalam fase larva yang mudah terinfeksi penyakit (Raa, 2000). Ketika immunostimulant digunakan sebagai pencegahan penyakit, aplikasi harus diberikan sebelum terserang penyakit untuk mengurangi resiko penyakit (kematian).
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia 16
Pelaksanaan
Suntikan immunostimulant dapat menghasilkan respon non-specific yang kuat. Akan tetapi, metode ini memerlukan banyak tenaga dan waktu serta tidak praktis ketika ikan masih kecil. Hal ini memungkinkan untuk ikan yang lebih besar dan dewasa yang memiliki nilai tinggi seperti induk atau stok genetik. Perendaman menghasilkan respon kekebalan non specific yang lebih rendah tetapi lebih efektif daripada suntikan. Perlu stok banyak untuk perendaman tetapi jumlah hewan yang ditangani bisa lebih banyak, mungkin menambah tingkat stress. Macrophage dan hemocyte kemungkinan diaktifkanpada stadia awal larva pada ikan dan udang.
17
Di lapangan, telah terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kehidupan PL selama adaptasi di dalam kolam dan digunakan secara umum di banyak tambak. Selama perlakuan PL direndam dalam suspensi immunostimulant sedikitnya selama 2 jam. Pemberian melalui oral menghasilkan respon kekebalan non specific yang baik dan dapat menjadi cara pemberian yang efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melapisi/mencampur pakan dengan immunostimulant. Mirip dengan pemberian antibiotik dan dilapisi dengan minyak ikan. Cara ini cenderung memberikan hasil yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana melekatkan immunostimulant yang baik pada pakan.
18
Penambahan pada pakan merupakan cara yang paling efektif untuk menghasilkan system kekebalan yang non specific. Immunostimulant dapat dicampurkan langsung dalam beberapa formula dan digunakan untuk pakan hewan. Cara ini tidak menimbulkan stress dan memungkinkan pemberian secara missal tanpa melihat ukuran ikan/udang. Cara lain adalah untuk memberikan immunostimulant melalui oral adalah dengan bioencapsulasi. Immunostimulant murni diberikan melalui pakan hidup, selanjutnya pakan hidup diberikan pada larva ikan atau udang yang tidak bisa makan pakan tidak hidup.
19
Dosis
Immunostimulant menambah respon kekebalan dan meningkatkan perlindungan melawan pathogen, menimbulkan pertanyaan ketergantungan dosis. Pengaruh immunoistimulant tidak tergantung dosis secara langsung, dan dosis tinggi mungkin tidak meningkatkan malah menghambat respon kekebalan. Bahkan overdosis immunostimulant terlihat adanya penurunan SR serta pertumbuhannya menjadi lebih lambat.
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia
20
Efek Samping
Dilaporkan oleh beberapa ahli bahwa ada hubungan antara immunostimulant dan aktivitas merangsang pertumbuhan. Ketika immunostimulant digunakan pada udang, udang menunjukkan pertumbuhan dan tingkat konversi pakan yang lebih baik sepanjang dengan peningkatan kekebalan (Boonyaratpalin et al., 1995). Dengan demikian kemungkinan terjadi hubungan antara pertumbuhan dan immunostimulasi. Namun bila diberikan dengan dosis berlebih dapat mengurangi pertumbuhan.
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia 21
Perlu dicoba
Beberapa tanaman, bumbu dapur yang memiliki kasiat obat dapat dipertimbangkan. Kunyit, bawang putih telah sering digunakan. Mengkudu (pace), daun sirih, meniran, tapak liman, daun ketapang juga perlu dicoba.
22
Kesimpulan
Sistem kekebalan pada udang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mutu air, penyakit, mycotoxin, probiotik, imunostimulan, pigment, vitamin dan mineral serta genetik Immunostimulant terbukti cukup efektif dalam mencegah penyakit dan dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik pada budidaya udang. Ada 3 cara aplikasi immunostimulant yaitu dengan cara perendaman, diberikan melalui oral (dicampur pakan) dan melalui penyuntikan.
23
Aplikasi immunostimulant harus tepat dosis, tepat jenis dan tepat waktu. Oleh karena itu harus dipilih jenis immunostimulant yang tepat. Penggunaan immunostimulant relatif lebih aman bagi kesehatan, tidak menimbulkan efek resistensi pada pathogen, mudah diurai dan ramah lingkungan.
Meskipun udang tidak memungkinkan diberi vaccin, namun pemberian vaccin pada udang tetap memberikan pengaruh terhadap kekebalan yang tetapi sifatnya non specific Di sisi lain, ada bakteri (pathogen) yang tahan terhadap phagositas dari hemocyte (semacam macrophage) sehingga perlakuan / pemberian immunostimulant menjkadi tidak efektif.
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia 24
Saran
Dengan adanya uraian tentang kelebihan dan keterbatasan immunostimulant, maka diharapkan immunostimulant dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan penyakit udang. Teliti sebelum membeli. Tidak semua bahan immunostimulant cocok, tetapi harus melalui uji coba terlebih dahulu. Perbanyak informasi dari rekanan (sesama pembudidaya), terutama yang telah berpengalaman dan sukses. Cara aplikasi harus benar-benar sesuai petunjuk, tepat dosis, tepat waktu dan tepat dalam memilih jenis immunostimulant. Belum tentu bahan yang mahal pasti manjur.
SUPRAPTO Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia 25
26
27