Anda di halaman 1dari 8

SPPIP

strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

KOLOKIUM

RPKPP
rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman

Bandar Lampung 21-22 Oktober 2013

CATATAN KOLOKIUM
LINGKUP SPPIP HASIL PENGAMATAN DAN EVALUASI

Penetapan kawasan perkotaan yang menjadi lingkup wilayah perencanaan SPPIP belum sesuai RTRW. Pada kasus kabupaten wilayah yang digunakan masih berdasarkan batas administrasi dan belum melihat fungsional kawasan perkotaan Kajian kebijakan pembangunan dan kebijakan penataan ruang masih generik, tidak dikaitkan dengan arah dan isu pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Strategi dan program belum jelas dan spesifik untuk jangka waktu 20 tahun kedepan Perumusan tujuan, kebijakan dan strategi masih bersifat generik dan belum spesifik (mempertimbangkan karakteristik lokal) untuk menjawab kebutuhan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Penentuan kawasan permukiman prioritas belum sepenuhnya didasarkan pada kriteria dan indikator yang terstruktur, tidak sesuai dengan panduan. Belum dilakukan analisa yang memadai (analisis kebutuhan, analisis korelasi strategi, dan analisis implikasi ) dalam penyusunan strategi dan program Strategi dan program untuk skala kawasan yang disusun dilakukan hanya dalam kerangka 5 tahun (seharusnya 20 tahun) Kualitas geometri/kartografi peta banyak belum sesuai PP No 8/2013 Kawasan prioritas belum dilakukan pada skala 1 : 5.000 (sangat menentukan sebagai dasar penyusnan RPKPP) Penyusunan SPPIP RPKPP 2013 | 2

CATATAN KOLOKIUM
LINGKUP RPKPP HASIL PENGAMATAN DAN EVALUASI Lingkup wilayah kajian didalam RPKPP seringkali tidak merujuk pada hasil penentuan kawasan prioritas yang dilakukan dalam proses penyusunan SPPIP (tidak konsisten dengan arahan SPPIP) Banyak keluaran kawasan prioritas SPPIP tidak layak direkomendasikan dalam penyusunan RPKPP 2013 Luas kawasan RPKPP yang terlalu besar (ribuan hektar, karena meliputi kawasan non permukiman) sehingga tidak dapat ditangani dalam kurun waktu lima tahun Penyusunan RPKPP tidak disertai kajian yang kuantitatif dan terukur (data, potensi, masalah, dan kebutuhan) Luasan maksimal kawasan prioritas (500 Ha) dipahami sebagai suatu keharusan tanpa mempertimbangkan kebutuhan keutuhan penanganan kawasan Perumusan kawasan prioritas belum didasari pada tema yang jelas dan spesifik Terdapat kerancuan pemahaman antara RDTR (sebagai produk rencana) dengan RPKPP (sebagai strategi untuk mewujudkan rencana)

Penyusunan SPPIP RPKPP 2013 |

CATATAN KOLOKIUM
LINGKUP RPKPP HASIL PENGAMATAN DAN EVALUASI Rumusan rencana aksi program belum disertai dengan analisis pembiayaan dan pentahapan, dengan pilihan sumber pendanaan hanya fokus pada pendanaan APBN Rencana pembangunan kawasan prioritas tahap I tidak terlihat korelasinya dengan rencana aksi program Program yang diusulkan masih terbatas pada bidang cipta karya, belum mempertimbangkan program permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan lainnya Kajian belum didasarkan pada peta dasar dengan tingkat ketelitian yang diarahkan dalam panduan (skala 1:5.000)

Penyusunan SPPIP RPKPP 2013 |

CATATAN KOLOKIUM
LINGKUP KETERLIBATAN POKJANIS, TAP DAN TIM TEKNIS PROVINSI

HASIL PENGAMATAN DAN EVALUASI

Pemahaman, keterlibatan dan komitmen Pokjanis dalam proses penyusunan SPPIP dan RPKPP yang semakin meningkat Terdapat TAP yang belum memahami hal hal prinsip dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP sehingga terjadi beberapa kesalahan pemahaman di dalam pendampingan (mis. pemahaman delineasi kawasan, nomenklatur dan tupoksi terkait kewenangan pembiayaan program) Perlunya peningkatan pemahaman Penyusun di Tingkat Kota/Kabupaten terhadap pembagian kewenangan dalam alokasi pembiayaan program yang akan dibiayai APBD dan APBN Peningkatan peran Tim Teknis Propinsi dalam mendampingi proses penyusunan untuk melakukan sinkronisasi dan memadukan informasi program dan kegiatan.
Penyusunan SPPIP RPKPP 2013 |

CATATAN KOLOKIUM
POIN AMATAN PENYELENG GARAAN PENYUSUNAN

Di beberapa kota/kabupaten proses diskusi seringkali disatukan, sehingga hasil yang dicapai kurang optimal Proses diskusi dalam bentuk FGD ataupun diskusi partisipatif masih didudukkan sebagai persyaratan administrastif dan belum dilihat esensinya dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP Adanya penggunaan acuan yang tidak tepat dalam proses penyusunan menyebabkan hasil yang dicapai kurang sesuai Masih terdapat beberapa kota/kabupaten tidak melakukan perbaikan dari hasil rekomendasi klinik atau pendampingan.

Penyusunan SPPIP RPKPP 2013 |

KESIMPULAN dan REKOMENDASI


Masih banyak kota/ kabupaten yang memerlukan perbaikan yang sifatnya mendasar

Perlu perbaikan dan penyempurnaan substansi SPPIP dan RPKPP untuk menghasilkan kelayakan produk sesuai kualitas yang ditentukan dan kemampuan untuk diimplementasikan
Dibutuhkan tindak lanjut di bawah koordinasi dan tanggung jawab SatKer dalam perbaikan substansi dan produk SPPIP dan RPKPP, sebelum dilakukan kegiatan Konsultasi Publik dan Diseminasi.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai