Anda di halaman 1dari 3

Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika melalui suatu larutan.

Ketika cahaya datang dari udara ke dalam larutan maka kecepatannya akan berkurang. Fenomena ini terlihat pada batang yang terlihat bengkok ketika dicelupkan ke dalam air. Refraktometer memakai prinsip ini untuk menentukan jumlah zat terlarut dalam larutan dengan melewatkan cahaya ke dalamnya. Sumber cahaya ditransmisikan oleh serat optic ke dalam salah satu sisi prisma dan secara internal akan dipantulkan ke interface prisma dan sampel larutan. Bagian cahaya ini akan dipantulkan kembali ke sisi yang berlawanan pada sudut tertentu yang tergantung dari indeks bias larutannya (Hidayanto dkk, 2010). Jumlah kandungan karbohidrat dapat diperkirakan dengan mengukur konsentrasi sukrosa dalam larutan dengan refraktometer gula. Dimana teknik ini secara umum cepat, mudah digunakan, dan dapat diandalkan, tetapi dapat bermasalah di dalam dua situasi. Pertama, ketika melakukan sampling dengan volume yang sangat sedikit (<1 ml), hanya refraktometer dengan set prisma yang sangat dekat akan memungkinkan pengukuran konsentrasi yang akurat. Kedua, ketika larutan gula sangat terkonsentrasi (kental), seperti ketika nektar atau tetesan madu telah terkena udara kering, tetesan akan menjadi terlalu kental untuk ditarik ke dalam tabung kapiler (Dungan, 2004). Minyak kelapa sawit memiliki warna kuning orange sehingga jika digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih menarik. Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H, dan O. penyusun fraksi padatan dari asam ministat, asam palmitat, dan asam stearate. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%) (Tim Penulis PS, 2000). Minyak kelapa merupakan salah satu produk pangan yang dimanfaatkan sebagai minyak makan, obat-obatan dan sebagai bahan dasar kosmetika. Untuk meningkatkan kualitas produk pangan, seringkali ditambahkan bahan lain (food additive) ke dalamnya, seperti antioksidan yang secara alami terkandung atau ditambahkan pada produk pangan tersebut. Sifat antioksidan alami relatif lebih aman pamakaiannya dibanding antioksidan sintetis (Nurhaida, 2007).

Buah apel memiliki bermacam-macam varietas dan memiliki ciri khas masingmasing. Beberapa varietas apel unggulan antara lain Manalagi, Princess Noble, dan Wangli/Lali Jiwo. Pada beberapa varietas apel, aroma terasa sangat tajam. Citarasa, aroma, maupun tekstur apel sebenarnya dihasilkan dari kurang lebih 230 komponen kimia, termasuk pula beragam asam seperti asam asetat, format serta 20 jenis asam lain. Selain itu, ada kandungan alcohol berkisar 30 40 jenis, ester seperti etil asetat sekitar 100 jenis, karbonil seperti formaldehid dan asetaldehid (Susanto dkk, 2011). Sayuran segar dan bagian yang dapat dimakan sangat bermanfaat bagi pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Sayuran mengandung bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan untuk membangun dan memperbaiki tubuh. Sayuran yang berperan dalam menjaga cadangan alkali tubuh, terutama yang mengandung karbohidrat tinggi, vitamin dan mineral. Ada berbagai jenis sayuran. Diantaranya mungkin dapat dimakan akar, batang, daun, buah atau bijinya (Hanif dkk, 2006).

Nurhaida. 2007. Efisiensi Pembuatan Minyak Kelapa Murni Yang Mengandung Faktor-2 Hasil Fermentasi Rhizopus oligosporus L41 Terimobilisasi. Jurnal Penelitian Kimia Vol. 6 No.2: 23-30. Hidayanto, dkk. 2010. Aplikasi Portable Brix Meter untuk Pengukuran Indeks Bias. Jurnal Berkala Fisika. Vol. 13 No. 4 ISSN : 1410 9662. Susanto, dkk. 2011. Pengaruh Varietas Apel (Malus Sylvestris) Dan Lama Fermentasi Oleh Khamir Saccharomyces Cerivisiae Sebagai Perlakuan Pra-Pengolahan Terhadap Karakteristik Sirup. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 3 Hanif, dkk. 2006. Use Of Vegetables As Nutritional Food: Role In Human Health. Journal of Agricultural and Biological Science Dungan, Roger. J., et al. 2004. A Simple Gravimetric Technique for Estimating Honeydew or Nectar Production. New Zealand Journal of Ecology. Vol 28. No. 2 Page: 283 -284. Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya. Desrosier, Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI-Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai