Anda di halaman 1dari 3

TUGAS AGAMA HINDU PERANG TIPAT-BANTAL DI DESA KAPAL, MENGWI, BADUNG

Oleh : Ni Putu Mita Puspita Dewi NIM : 1015051008 KELAS 1

!U"USAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN IN#O"MATIKA #AKULTAS TEKNIK DAN KE!U"UAN UNI$E"SITAS PENDIDIKAN GANESHA %010

PERANG TIPAT-BANTAL

DI DESA KAPAL, MENGWI, BADUNG


Desa Kapal adalah salah satu desa tradisonal di Bali yang kaya akan keunikan adat dan budaya, desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Mengwi Badung-Bali ini memiliki berbagai tradisi unik dan menarik yang masih berlangsung sampai sekarang, salah satunya adalah pelaksanaan Tradisi Aci Rah Pengangon atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Tradisi Perang Tipat-Bantal Tradisi ini berkaitan erat dengan kehidupan pertanian masyarakatnya, di mana tradisi ini dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas kehidupan yang diciptakan-!ya serta berlimpahnya hasil panen di desa ini Tradisi ini dilaksanakan setiap Bulan Keempat dalam penanggalan Bali "sasih kapat# sekitar bulan $eptember-oktober Pelaksanaanya diwu%udkan dalam bentuk Perang Tipat-Bantal Tipat& ketupat adalah olahan makanan dari beras yang dibungkus dalam anyaman %anur & daun kelapa yang masih muda berbentuk segi empat sedangkan Bantal adalah penganan yang terbuat dari beras ketan yang %uga dibungkus dengan %anur namun berbentuk bulat lon%ong Dua hal ini adalah simbolisasi dari keberadaan energi maskulin dan 'eminin yang ada di semesta ini, yang mana dalam konsep (indu disebut sebagai Purusha dan Predhana Pertemuan kedua hal inilah yang dipercaya memberikan kehidupan pada semua makhluk di dunia ini, segala yang tumbuh dan berkembang baik dari tanah "tumbuh#, bertelur maupun dilahirkan berawal dari pertemuan kedua hal ini Dalam tradisi ini masyarakat Kapal berkumpul di depan Pura Desa setempat dimana kemudian mereka membagi diri men%adi dua kelompok, masing-masing kelompok disediakan tipat dan bantal sebagai sen%ata, kemudian kedua kelompok ini saling melempari kelompok yang lain dengan tipat dan bantal ini Tradisi perang ini bermakna bahwa pangan yang kita miliki adalah sen%ata utama untuk mempertahankan diri dalam hidup dan berkehidupan Tradisi ini mempunyai kemiripan dengan tradisi-tradisi agraris yang unik dibelahan dunia yang lain seperti perang tomat di $panyol Dari tradisi ini pula dapat diambil sebuah kepercayaan masyarakat desa Kapal mengenai larangan men%ual Tipat Tipat dalam konteks ini merupakan simbolisasi dari energi 'eminisme, yang mana diwakili oleh keberadaan )bu Pertiwi&Bumi dalam bentuk 'isiknya sebagai Tanah Tanah adalah penopang hidup, tempat tumbuh dan berkembang yang harus di%aga, dilestarikan, dirawat dan dihormati )nilah keari'an-keari'an lokal yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya Keberadaan tradisi Perang Tipat Bantal ini banyak di%elaskan dalam catatan-catatan se%arah kuno berupa lontarlontar, salah satu lontar yang menceritakan tentang asal muasal pelaksanaan tradisi ini terdapat dalam *ontar Tabuh Rah Pengangon milik salah seorang warga desa Kapal, Bapak Ketut $udarsana Dalam lontar tersebut secara singkat di%elaskan sebagai berikut + Ketika Asta $ura Ratna Bhumi Banten men%adi Ra%a di Pulau Bali menggantikan kakaknya, $hri ,ala%aya Kertaningrat yang meninggal pada tahun )saka -./0 atau tahun -112 Masehi, beliau mengangkat seorang Patih yang bernama Ki Kebo Taruna atau lebih dikenal sebagai Ki Kebo )wa dan mempunyai seorang Mahapatih yang bernama Ki Pasung 3rigis Diceritakan pada masa itu sang Ra%a mengutus sang Patih untuk merestorasi 4andi di Khayangan Purusada yang ada di Desa Kapal Pada tahun )saka -.56 atau tahun -117 Masehi berangkatlah Ki Kebo )wa diiringi oleh Pasek 3elgel,

Pasek Tangkas, Pasek Bendesa dan Pasek 3aduh menu%u Khayangan Purusadha di desa Kapal dengan terlebih dahulu menu%u desa !yanyi untuk mengambil batu bata sebagai bahan untuk merestorasi candi tersebut Tidak di%elaskan bagaimana Ki Kebo )wa merestorasi candi tersebut Pada suatu saat ketika itu, desa Kapal mengalami paceklik panen yang mengakibatkan kekacauan dalam kehidupan masyarakatnya Risau atas keadaan ini kemudian Ki Kebo )wa memohon %alan keluar kepada $ang Pencipta dengan melakukan yoga semadhi di Khayangan Bhatara Purusada Tatkala melaksanakan yoga semadhi beliau mendapatkan sabdha dari $ang (yang $iwa Pasupati untuk melaksanakan Aci Rah Pengangon atau Aci Rare Angon dengan sarana menghaturkan tipat-bantal sebagai simbolisasi Purusha dan Predhana "sumber kehidupan# karena penyebab dari segala paceklik tersebut adalah ketiadaan sumber kehidupan tersebut Dalam sabdha ini pula diperoleh perintah agar masyarakat Kapal tidak men%ual Tipat karena Tipat adalah simbolisasi dari Predana&8nergi 9eminisme&)bu Pertiwi :Akhirnya dilaksanakanlah Aci Rah Pengangon di Desa Kapal sehinggga desa ini makmur dan tentram $etelah melaksanakan tugasnya maka kembalilah Patih Ki Kebo )wa menu%u menu%u purinya Ra%a Bali yaitu di Batu Anyar " sekarang dikenal dengan nama Bedulu #, sampai akhirnya kemudian Pulau Bali ditundukkan oleh Ma%apahit pada tahun )saka -.5/ atau tahun -1;1 Masehi Dari hal inilah kemudian berkembang tradisi Perang Tipat - Bantal ini di Desa Kapal "sekitar 555 tahun#, salah satu dari sekian banyak keari'an-keari'an masa lampau yang harus dihayati, di%aga dan dilestarikan sebagai sebuah tuntunan hidup untuk lebih menghormati alam dan kehidupan )ni adalah sebuah tradisi unik yang sangat langka dan mungkin satu-satunya di Bali, yang merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap energi semesta yang menciptakan kehidupan serta sebuah prosesi untuk melestarikan kelangsungan kehiduan itu sendiri dengan konsep men%aga ibu pertiwi & tanah yang merupakan wu%ud nyata penopang dan pemberi kehidupan bagi setiap makhluk di muka bumi ini Di tengah berbagai krisis global yang ter%adi, mulai dari isu pemanasan global sampai krisis pangan di berbagai belahan bumi, tradisi - tradisi seperti ini mungkin dapat membuka sedikit wawasan kita mengenai keari'an masa lampau sebagai bekal untuk melangkah menu%u kehidupan masa depan yang harmonis dengan semesta

Anda mungkin juga menyukai