Anda di halaman 1dari 32

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur : An. M.

Z : Laki - Laki : 10 bulan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 30 Maret 2013 Alamat : Jalan KP Kramat Jati Rt 14/05 no 36 Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur Suku Bangsa Agama : Sunda : Islam

IDENTITAS ORANGTUA AYAH Nama Umur Pekerjaan Pendidikan : Tn. I : 43 tahun : Supir : SMA IBU Nama Umur Pekerjaan Pendidikan : Ny. M : 31 tahun : Ibu rumah tangga : SMA

Suku bangsa : Sunda Agama : Islam

Suku bangsa : Betawi Agama : Islam

ANAMNESIS Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. S yang merupakan ibu kandung pasien. Lokasi Tanggal / pukul Tanggal masuk : Bangsal lantai V Timur, kamar 511 : 30 Januari 2014 / 09.00 : 30 Januari 2014, pukul 00.30, IGD RSUD Budhi Asih

A. KELUHAN UTAMA Buang Air Besar cair sejak 3 jam SMRS

B. KELUHAN TAMBAHAN Muntah, Demam, Batuk, Pilek

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : An, M. Z, usia 10 bulan, datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan Buang Air Besar cair sejak 3 jam sebelum masuk RS. Buang Air Besar cair 2 kali per hari, terdapat ampas, warna kuning kehijauan lendir (+), darah (-). Pada 3 jam sebelum masuk RS, pasien mengeluh muntah isi makanan dengan volume 1/2 gelas aqua dengan frekuensi 6-7 kali perhari. Nafsu makan dan minum pasien berkurang. Pasien juga mengeluh demam yang timbul bersamaan dengan buang air besar cair dan muntah, demam terasa hangat pada perabaan punggung tangan dan makin lama terasa makin panas dengan perabaan punggung tangan. Keluhan batuk (+), pilek (+). Keluar cairan dari telinga, gangguan berkemih serta kebiruan pada tubuh disangkal pasien. Pasien sempat minum obat anti diare yang dibeli oleh ibu pasien di apotek. Setelah minum obat, buang air besar cair dirasa sedikit berkurang namun dalam beberapa jam kemudian kembali meningkat dan demam serta muntah tidak berkurang.

D. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA Penyakit Alergi Rhinitis Atopi Dermatitis Atopi Cacingan Demam Berdarah Dengue Demam Tifoid (-) Morbili (-) Keluhan yang (-) (-) Kejang (-) Asma (-) Umur (-) (-) Penyakit Otitis Parotitis Umur (-) (-) Penyakit Kecelakaan Penyakit Jantung Umur (-) (-)

(-) (-)

Difteria Diare

(-) (-)

Radang Paru TBC

(-) (-)

sama sebelumnya

Kesimpulan

: Pasien tidak pernah menderita penyakit sebelumnya.

E. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN Morbiditas Kehamilan KEHAMILAN Perawatan Antenatal Tidak ada ANC ke bidan 1 bulan sekali dan sudah mendapat imunisasi vaksinasi TT sebanyak 2 kali Tempat Persalinan Penolong Persalinan Cara Persalinan Masa Gestasi Bidan Bidan Spontan Cukup bulan (40 minggu) Berat lahir : 4100 gr Panjang lahir : 52 cm KELAHIRAN Lingkar kepala : tidak tahu Langsung menangis (+) Keadaan Bayi Merah (+) Pucat (-) Biru (-) Kuning (-) Nilai APGAR : tidak tahu Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan

: Tidak ditemukan gangguan pada masa kehamilan serta pasien lahir

cukup bulan, spontan tanpa penyulit dengan berat badan lahir besar.

F. RIWAYAT PERKEMBANGAN Pertumbuhan gigi I Gangguan perkembangan mental Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri Berjalan : Umur 5 bulan : Umur 9 bulan : Belum : Belum (Normal : 3-4 bulan) (Normal : 6-9 bulan) (Normal : 9-12 bulan) (Normal : 13 bulan)
3

: Usia 7 bulan : Tidak ada

(Normal: 5-9 bulan)

Bicara

: Belum

(Normal : 9-12 bulan)

Membaca dan menulis : Belum Perkembangan pubertas Rambut pubis : Belum

Kesimpulan

: Riwayat perkembangan baik sesuai usia

G. RIWAYAT MAKANAN Umur (bulan) 02 24 46 68 8 10 10 -12 ASI / PASI ASI ASI ASI PASI PASI Buah / Biskuit + Bubur Susu + + Nasi Tim + -

H. RIWAYAT IMUNISASI Vaksin BCG DPT / PT Polio Campak Hepatitis B 1 bulan 2 bulan 0 bulan 0 bulan Dasar (Umur) X 4 bulan 1 bulan X 1 bulan X 6 bulan 6 bulan X 6 bulan Ulangan (Umur) -

Kesimpulan imunisasi ulangan.

: Imunisasi dasar lengkap kecuali campak, pasien belum mendapatkan

I. RIWAYAT KELUARGA a. Corak Reproduksi No Tanggal lahir (umur) 27-03-04 1 (10 tahun 11 bulan) 17-07-07 2 (6 tahun 7 bulan) 3 30-3-13 (10 bulan) Laki-laki + Pasien Perempuan + Sehat Laki-laki + Sehat Jenis kelamin Hidup Lahir Mati Abortus Mati (sebab) Keterangan Kesehatan

b. Riwayat Pernikahan Ayah Nama Perkawinan Ke Umur Menikah Pendidikan Agama Suku Bangsa Keadaan Kesehatan Kosanguinitas Penyakit Tn. I 1 32 tahun SMA Islam Sunda Sehat Ibu Ny. M 1 19 tahun SMA Islam Betawi Sehat -

c. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu pasien sempat menderita penyakit yang sama seperti pasien 3 hari sebelumnya. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, rhinitis atopi, ekzema ,alergi makanan serta obatobatan, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati, penyakit ginjal serta keganasan dalam keluarga disangkal.

Kesimpulan

: Tidak ada riwayat penyakit keluarga

J. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya beserta nenek, kakek dan dua kakaknya di rumah milik kakek pasien. Rumah beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok. Rumah terdiri dari 4 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur, serta 1 ruang tengah. Ventilasi cukup dan sirkulasi udara baik serta pencahayaan cukup. Sumber air bersih dari air sumur. Air limbah rumah tangga disalurkan ke sungai di belakang rumah dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.

Kesimpulan

: Layak huni. sumber air minum dan air limbah kurang baik

PEMERIKSAAN FISIK Lokasi Tanggal / pukul : Bangsal lantai V Timur, kamar 510 : 30 Januari 2014 / 09.00

A. Status Generalis Keadaan Umum Kesan sakit Kesadaran Kesan gizi Keadaan lain : Tampak gelisah : Apatis : Gizi normal : Pucat (+), sianosis (-), ikterik (-)

Data Antropometri Berat badan Tinggi badan Lingkar kepala Lingkar dada Lingkar lengan atas : 8,2 kg : 70 cm : 45 cm : 45 cm : 14 cm

Status Gizi BB / U = 8,2 / 9,6 x 100 % = 85,4 % (Gizi baik) TB / U = 70 / 73,5 x 100 % = 95,2 % (Tinggi badan normal) BB / TB = 8,2 / 8,6 x 100 % = 95,5 % (Gizi normal) LK = 45 cm (Normocephali) LLA = 14 cm (Gizi baik)

Tanda Vital Nadi Nafas Suhu : 128x/ menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular : 36 x/ menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 3 : 37,6O C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

KEPALA

: Uub cekung (+), uub menonjol (-)

RAMBUT

: Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut

WAJAH

: Wajah simetris, benjolan (-), ruam (-)

MATA Visus

: : Sulit dinilai : -/Ptosis : -/-

Sklera ikterik

Lagofthalmus : -/Cekung Bercak bitot : +/+ : -/-

Konjungtiva anemis : -/Exophthalmus Endofthalmus Strabismus Nistagmus Refleks cahaya Alis Bulu mata : -/: -/: -/: -/-

Kornea jernih : +/+ Lensa jernih Pupil : +/+ : bulat, isokor

: Langsung +/+ , tidak langsung +/+ : Hitam, distribusi merata : Hitam, distribusi merata, madarosis (-/-), trikiasis (-/-)

TELINGA : Bentuk Nyeri tarik aurikula Liang telinga Serumen Sekret : Normotia : -/: Lapang/lapang : -/: -/Tuli Nyeri tekan tragus Membran timpani Refleks cahaya : -/: -/: Sulit dinilai : Sulit dinilai

HIDUNG : Bentuk Sekret Mukosa hiperemis : Simetris : -/: -/Napas cuping hidung Deviasi septum : -/:-

BIBIR : Simetris saat diam, pucat (-), kering (+), sianosis (-)

MULUT : Oral higiene baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi : merah muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), oral thrush (-)

LIDAH : Normoglosia, mukosa merah muda (-), atrofi papil (-), tremor (-), coated tongue (-)

TENGGOROKAN : Sulit dinilai

LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB

THORAKS : Inspeksi : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas (-), efloresensi (-), retraksi

suprastrenal (-), retraksi intercostals (-)

JANTUNG Inspeksi Palpasi : Ictus cordis terlihat pada ICS V linea midklavikularis sinistra : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra
8

Perkusi

: Batas kiri jantung

: ICS V linea midklavikularis sinistra

Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

PARU Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, retraksi suprastrenal (-), retraksi intercostals (-), retraksi epigastrium (-), retraksi subcostal (-), tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri,

Perkusi

: Sonor di kedua hemithoraks paru Batas paru lambung Batas paru hepar : ICS VII linea axilarris anterior : ICS VI linea midklavikularis dextra

Auskultasi : Suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-

ABDOMEN : Inspeksi : Perut datar, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun benjolan, gerakan peristaltik (-) Palpasi : Datar, supel, defans muscular (-), NT (-), organomegali (-), turgor menurun,

ballotemen (-/-) Perkusi Auskultasi : Timpani pada seluruh lapang perut, shifting dullness (-) : Bising usus (+), frekuensi 4 x / menit

ANOGENITALIA : jenis kelamin laki-laki, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-), benjolan (-), perianal eriteme (+)

KELENJAR GETAH BENING : Preaurikuler Postaurikuler Submandibula Submental Superior cervical Posterior cervical Supraclavicula Axilla : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar

ANGGOTA GERAK : Ekstremitas Tangan Tonus otot Sendi Refleks fisiologis Refleks patologis akral hangat ++/++, oedeme --/-Kanan normotonus aktif (+) (-) Kiri normotonus aktif (+) (-)

Kaki Tonus otot Sendi Refleks fisiologis Refleks patologis

Kanan normotonus aktif (+) (-)

Kiri normotonus aktif (+) (-)

KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit menurun, lembab, efloresensi (-), pengisian kapiler < 2 detik

TULANG BELAKANG : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), spina bifida (-), tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-), rambut (-)

10

TANDA RANGSANG MENINGEAL : Kaku kuduk Brudzinski I Brudzinski II Laseq Kerniq (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Maurice King Score Keadaan Umum Kekenyalan kult Mata Ubun ubun besar Mulut Nadi : Gelisah : Sedikit menurun : Sedikit cekung : Sedikit cekung : Kering : 128x =1 =1 =1 =1 =1 =1

Total Score = 6 (Dehidrasi Sedang)

11

PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium Darah Tanggal 30 Januari 2014 Hematologi Leukosit Eritrosit Hemaglobin Hematokrit Trombosit MCV MCH MCHC RDW Elektrolit Elektrolit Serum Natrium (Na) Kalium Chlorida 133 mmol /L 3,5 mmol/L 114 mmol/L 135-155 3,6-5,5 98-109 Hasil 7.700/L 4,7 Juta/ L 9,3 g/dL 35% 364.000/ L 73fL 23,6 pg 26,7 g/dL 14,5 % Nilai Normal 6.000-17.000 3,6-5,2 10,5-12,9 35-43 229.000-553.000 73-101 23-31 26-34 <14

Pemeriksaan Feses Rutin (31/01/2014) Makroskopik Warna Konsistensi Lendir Darah : Kuning : Cair : Negatif : Negatif

Mikroskopik Leukosit Eritrosit Amoeba coli : Negatif : Negatif : Negatif


12

Amoeba Histolitika Telur Cacing

: Negatif : Negatif

Pencernaan Lemak Amilum Serat Sel ragi : Negatif : Negatif : Negatif : Negatif : Negatif

Darah Samar

Pemeriksaan Urinalisis (31/01/2014) Urine lengkap Warna Kejernihan Glukosa Bilirubin Keton pH Berat Jenis Albumin urine Urobilinogen Nitrit Darah Esterase Lekosit : Kuning : Jernih : Negatif : Negatif : Negatif : 6,0 : 1.030 : Negatif : 1,0 : Negatif : Negatif : Negatif

Sedimen urine Leukosit Eritrosit : 1-2 LPB : 0-1 LPB


13

Epitel Silinder Kristal Bakteri Jamur

: Negatif : Negatif : Negatif : Negatif : Negatif

RESUME An, M. Z, usia 10 bulan, datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan Buang Air Besar cair sejak 3 jam sebelum masuk RS. Buang Air Besar cair 2 kali per hari, terdapat ampas, warna kuning kehijauan, lendir (+), darah (-). Pada 3 jam sebelum masuk RS, pasien mengeluh muntah isi makanan dengan volume 1/2 gelas aqua dengan frekuensi 6-7 kali perhari. Nafsu makan dan minum pasien berkurang. Pasien juga mengeluh demam yang timbul bersamaan dengan buang air besar cair dan muntah, demam terasa hangat pada perabaan punggung tangan dan makin lama terasa makin panas dengan perabaan punggung tangan. Keluhan batuk (+), pilek (+). Keluar cairan dari telinga, gangguan berkemih serta kebiruan pada tubuh disangkal pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ubun-ubun besar cekung, mata sedikit cekung, mulut kering. turgor kulit menurun, BU meningkat Pada pemeriksaan penunjang didapat laboratorium darah leukosit 7.700/L ,hemoglobin 9,3 g/dL DIAGNOSIS BANDING a. Diare akut e.c bakteri dengan dehidrasi sedang b. Diare akut e.c virus dengan dehidrasi sedang

DIAGNOSIS KERJA Diare akut e.c virus dengan Dehidrasi Sedang

PEMERIKSAAN ANJURAN a. Feces dan urin rutin

PENATALAKSANAAN
14

Non Medikamentosa a. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.

Medikamentosa a. IVFD Asering 3 cc/kgbb/jam b. Paracetamol 150 mg c. Lacto B 2x1 sach d. Zinc 1x10mg

PROGNOSIS Ad Vitam Ad Sanationam Ad Fungtionam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

FOLLOW UP Tanggal 30/1/14 S - Bab cair (+) 3x - Demam (+) - Muntah (+) 1x O KU : Tampak sakit sedang, pucat (-), ikterik (-), sianosis () KS : Apatis TV : N = 128 x/m, R = 34x/m, S = 37,60C Kepala : Normosefali, cekung (+) Mata : CA -/-, SI -/-, cekung (+/+) Hidung : NCH (-), sekret (-) Telinga : NT (-/-),
15

A GEA e.c virus dengan dehidrasi sedang

P - IVFD Asering 3cc/kgbb/jam - PCT 150 mg - Lacto B 2x1 sach - Zinc 1x20mg

sekret (-/-), serumen (-/-) Mulut : kering (+) Leher : KGB ttm Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, rhonki -/-, wh -/-, - Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) Abdomen : datar, BU (+) 4x/menit, turgor menurun Ekstremitas : Akral hangat ++/++, CRT < 2s 31/1/14 - BAB cair (+) 2x KU : Tampak sakit sedang, pucat (-), GEA e.c virus dengan dehidrasi sedang - IVFD Asering 3cc/kgBB/jam - Lacto B 2x1 sach - Zinc 1x20mg

- Demam (-) ikterik (-), sianosis (- Muntah(-) ) KS : Compos mentis TV : N = 132 x/m, R = 30 x/m, S = 36,70C Kepala : Normosefali, cekung (+) Mata : CA -/-, SI -/cekung (+/+) Hidung : NCH (-), sekret (-) Telinga : NT (-/-), sekret (-/-), serumen

16

(-/-) Leher : KGB ttm Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, rhonki -/-, wh -/-, - Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) Abdomen : datar, BU (+) 3x/menit, turgor baik Ekstremitas : Akral hangat ++/++, CRT < 2s 1/2/14 Berak cair (-), muntah (-), demam (-) KU : Tampak sakit sedang, pucat (-), ikterik (-), sianosis () KS : Compos mentis TV : N = 132 x/m, R = 30 x/m, S = 36,70C Kepala : Normosefali, cekung (-) Mata : CA -/-, SI -/cekung (-/-) Hidung : NCH (-), sekret (-) Telinga : NT (-/-), sekret (-/-), serumen (-/-) Leher : KGB ttm
17

GEA e.c virus dengan dehidrasi sedang

- Ventflon - Lacto B 2x1 sach - Zinc 1x20mg - Pasien pulang

Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, rhonki -/-, wh -/-, - Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) Abdomen : datar, BU (+) 3x/menit, turgor baik Ekstremitas : Akral hangat ++/++, CRT < 2s

18

TINJAUAN PUSTAKA

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.1 1.1 DEFINISI Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara ekslusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.1 1.2 KLASSIFIKASI DIARE Menurut lamanya, diare dibagi menjadi tiga, yaitu1 : 1. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari 2. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi 3. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi

19

Menurut derajat dehidrasi nya, diare akut dapat dibagi menjadi2: 1. Diare akut Dehidrasi berat 2. Diare akut Dehidrasi ringan-sedang 3. Diare akut tanpa Dehidrasi

1.3 ETIOLOGI Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah sebagai berikut1 : Golongan bakteri: 1. Aeromonas 2. Bacillus Cereus 3. Campylobacter jejuni 4. Clostridium perfringens 5. Clostridium defficile 6. Eschericia coli 7. Plesiomonas shigeloides 8. Salmonella 9. Shigella 10. Staphylococcus aereus 11. Vibrio cholera 12. Vibrioparahaemolyticus 13. Yersinia enterocolitica

Golongan virus: 1. Astrovirus 2. Calcivirus Sapovirus) 3. Enteric adenovirus 4. Coronavirus Golongan Parasit : 1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia (Norovirus, 5. Rotavirus 6. Norwalk virus 7. Herpes simplex virus 8. Cytomegalovirus

20

2. Blastocystis homonis 3. Cryptosporidium parvum 4. Entamoeba histolytica

6. Isospora belli 7. Strongyloides stercoralis 8. Trichuris trichiura

1.4 EPIDEMIOLOGI Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdes 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.1 Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang tercemar tinja penderita atau tidak lansung melalui lalat. (melalui 4 F= finger, flies, fluid, field).1

21

1.5 PATOGENESIS Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorpsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna.1 Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi, yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakharida dan funsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui pengangkut bersama (kotransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit kripta merupakan sel yang tidak terdifferensiasi, yang tidak mempunyai enzim hidrofilik tepi bersilia dan merupakan pensekresi (sekretor) air dan elektrolit. Dengan demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan (1) ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi, dan (2) malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.1 Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri seperti salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.1 Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak antara lain: kesulitan makan, defek anatomis, malabsorbsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma dan lain-lain.1

1.6 GEJALA KLINIS Bila terdapat demam dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan
22

tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.1 Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena.1,3 Tabel 2. Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab Gejala Klinik Masa tunas 17-72 jam Panas Mual muntah Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus Kramp Nyeri Kepala Lamanya Sakit Sifat tinja Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
23

Rotavirus

Shigella

Salmonella ETEC

EIEC

Kolera

24-48 jam ++ Jarang

6-72 jam

6-72 jam

6-72 jam

48-72 jam

+ Sering

++ Sering

++ -

Sering

Tenesmus Kramp Kramp

Kolik + -

5-7 hari

>7 hari

3-7 hari

2-3 hari

Variasi

3 hari

Frekuensi

5-10x/hr

>10x/hari

Sering

Sering

Sering

Terusmenerus

Konsistensi Cair Darah Bau Langu

Lembek

Lembek Kadang Busuk

Cair +

Lembek + Tidak

Cair Amis khas Seperti

Warna

Kuning hijau

Merah hijau

Kehijauan

Tak berwarna

Merah hijau

air cucian beras -

Leukosit Lain-lain

Anorexia

+ Kejang

+ Sepsis

Meteorismus Infeksi sistemik

1.7 DIAGNOSIS Tabel 3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 Penilaian Lihat: Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau tidak sadar Mata Airmata Normal Ada Cekung Tidak ada Sangat cekung Kering A B C

24

Mulut dan lidah Rasa haus

Basah

Kering

Sangat kering *Malas atau minum *Kembali lambat sangat tidak minum bisa

Minum biasa *Haus,ingin tidak haus banyak minum

Periksa: Turgor kulit

Kembali cepat *Kembali lambat

Hasil Pemeriksaan:

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi sedang

ringan/ Dehidrasi berat bila ada 1 tanda 1 *

bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau

ditambah

atau

lebih tanda lain

lebih tanda lain Terapi Sumber: Soenarto1,2 Rencana A Rencana B Rencana C

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut: Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan antibiotika Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika Feses : makroskopis (perlu dilakukan pada semua penderita diare) dan mikroskopis Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.1,3

25

1.8 PENATALAKSANAAN

Penanganan diare secara umum tebagi kepada dua yaitu tatalaksana untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan untuk merawat dehidrasi. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi biasanya diberikan cairan rumah tangga seperti Sorbat, Lassi, Kanji, Dal, Green coconut. Untuk merawat dehidrasi ringan dan sedang yang penting diberikan oral rehidrasi buat mengembalikan cairan tubuh dan elektrolit yang hilang sepanjang diare berlangsung. Bila terjadi dehidrasi berat diperlukan rawat inap dengan ketersediaan iv line.6,7 Menurut ketentuan World Health Organization (WHO) dalam revisi keempat tahun 2008 mengenai tatalaksana diare akut pada anak menyebutkan, tujuan pengobatan diare akut pada anak adalah : 1. Pencegahan dehidrasi bila tidak dijumpai tanda tanda dehidrasi. 2. Pengobatan dehidrasi bila dijumpai tanda tanda dehidrasi. 3. Mencegah timbulnya kurang kalori protein dengan cara memberikan makanan selama diare berlangsung dan setelah diare berhenti. 4. Mengurangi lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan diare pada hari hari mendatang dengan memberikan zink dosis 10 mg sampai 20 mg selama 10 sampai 14 hari. Prinsip penatalaksanaan pada anak-anak dengan diare dan dehidrasi:5 1. Pemberian oralit dengan cepat dalam 3 4 jam. Bila tidak ada oralit, bisa diberikan oralit rumahan dengan cara menyampurkan 2 sendok makan (sdm) gula/madu, sendok teh (sdt) garam, sdt soda kue ke dalam 1 liter air. Pemberian sebanyak 10 ml/kgBB tiap diare, dan 2 ml/kgBB tiap muntah. 2. Bila dehidrasi telah terkoreksi, beri cairan maintenance A. Diet tanpa batas sesuai umur B. Lanjutkan minum ASI C. Pemberian susu/makanan formula D. Pemberian oralit tambahan untuk cairan yang sedang hilang E. Tidak diperlukan tes laboratorium atau medikasi.

1. Antibiotik
26

Terapi antibiotik bukanlah indikasi pada anak-anak. Pemberian ini hanya dilakukan pada anak dengan diare bercampur darah (pada umumnya shigellosis), tersangka kolera dengan dehidrasi berat, dan pasien dengan manifestasi klinis berat (misalnya pneumonia). Namun, pemberian antiprotozoa sangat bermanfaat pada anak dengan diare, khususnya giardiasis, Entamoeba hystolitica, danCryptosporodium, dengan menggunakan nitazoxanide. Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain 3,4,5,6
-

Kolera : Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari) Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella : Trimetroprim 10mg/kg/hari Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari) Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)

Amebiasis: Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari) Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis :

Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari ).6

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di Rumah sakit, yaitu:1,2 1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. ASI dan makanan tetap diteruskan 4. Antibiotik selektif

27

5. Nasihat kepada orang tua Ketentuan pemberian oralit baru1: 1. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

2. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam 3. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut: Untuk anak berumur <2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB. 4. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare1. Dosis zinc untuk anak-anak: Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari Anak di atas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang1. Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20% yang disebabkan oleh
28

bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campylobacter dan sebagainya.1 Nasihat pada ibu dan pengasuh untuk kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari1. a. Diare akut tanpa dehidarasi (rencana terapi A) Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah1,2: Beri cairan tambahan, beri tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali 1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau) Jelaskan kepada ibu Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang. Anak harus diberi oralit di rumah jika: Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diare nya bertambah parah

Ajari ibu cara mencampurkan dan memberikan oralit di rumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari: Cairan rumah tangga: 10 ml/kgBB, atau <1 tahun: 50-100 ml 1-5 tahun 100-200 ml 5-12 tahun: 200-300 ml
29

Dewasa: 300-400 ml setiap BAB

Cairan oralit: Untuk anak berumur <2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB. Beri tablet zinc Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis: Umur<6 bulan: tablet (10 mg) per hari Umur>6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari Lanjutkan pemberian makan/ASI Kapan harus kembali b. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang (rencana Pengobatan B) Jumlah larutan oralit yang harus diminum selama 3 jam pertama adalah 75 ml/ kgBB. Dapat juga diberikan berdasarkan umur , bila berat badan tidak diketahui : Umur < 1 tahun Umur 1-5 tahun Umur > 5 tahun Dewasa : 300 cc : 600 cc : 1200 cc : 2400 cc

Setelah 3 jam nilai lagi keadaan anak dengan menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan1,2.

c. Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Pengobatan C) Umur < 1 tahun > 1 tahun 30 ml/ kgBB 1 jam pertama jam pertama 70 ml/ kgBB 5 jam berikutnya 2 jam berikutnya

30

Nilai kembali pemberian tiap jam, bila rehidrasi belum membaik, tetesan I.V. dapat dipercepat. Juga berikan Oralit 5 ml/ kgBB/ jam bila penderita bisa minum Selah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih rencana terapi yang sesuai yaitu: pengobatan diare dengan dehidrasi ringan- sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.1,2

1.8 KEGAGALAN UPAYA REHIDRASI ORAL Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume banyak, muntah yang menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorbsi glukosa. Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan intravena. Kejang Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut daat disebabkan oleh karena: hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk, hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya melebihi 400C, hipernatremi atau hiponatremi.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie Mohammad,dkk. Gastroenterologi-hepatologi jilid 1, Jakarta, IDAI,2010: 87-119. 2. Tim Adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit, Jakarta, WHO, 2008: 132-142 3. Noersaid H, Suraatmadja, Asnil P O. Gastroenteritis (Diare) Akut dalam Gastroenterologi anak Praktis. Jakarta. FKUI; 1999. 51-76 4. Alatas H, Hassan R. Buku Kuliah Ilmu Keehatan Anak jilid 1. Jakarta. FKUI; 1999 5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I 2004 ; 49-52 6. National Institute od Cholera & Enteric Disease, Management of Acute Diarrhoea, Calcutta. 7. World Health Organization, The Management of Diarrhoea and Use of Oral Rehydration Theraphy, Genevea, 1983.

32

Anda mungkin juga menyukai