Anda di halaman 1dari 20

N O 1

TOPIK PENULIS Hubungan

TUJUAN

TEORI/KONSE P Menurut Feuer Stein et al (1998) dalam Niven (2002) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien termasuk kepatuhan dalam melaksanakan program diet pada pasien Diabetes Mellitus yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, dukungan sosial keluarga, serta keyakinan, sikap dan kepribadian pasien. Dari ke4 faktor tersebut, dukungan sosial keluarga

untuk mengetahui Antara ada tidaknya hubungan Dukungan dan seberapa Sosial erat hubungan Keluarga antara Dengan dukungan sosial Kepatuhan keluarga Pasien dengan kepatuhan Diabetes pasien dalam Dalam melaksanakan Melaksanakan program diet Program Diet Di Penyakit Dalam RSUD Cibabat Ciamahi. Linggar Lestari Anggina, Ali Hamzah, Poli

JENIS PENELIT IAN metode Deskriptif correlation dengan desain penelitian cross sectional.

POPULASI/SAM PLE

ALAT UKUR

HASIL PENELITIAN hasil pengujian hubungan melalui Chi-Square, menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet dengan derajat keeratan yang tinggi (0,603) dan ratio prevalensinya 70,000.

Sample yang kuesioner digunakan dan food berjumlah 30 record. orang yaitu pasien Diabetes Mellitus yang berkunjung di Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat Cimahi.

KETER SARAN BATA SAN aran 1. Dalam menunjang kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet masukan bagi RSU Cibabat Cimahi, terutama bagian pelayanan kesehatan agar meningkatkan keterlibatan keluarga pasien DM dalam setiap program pengobatan dan perawatan, agar keluarga ikut serta mendorong klien tetap patuh untuk menjaga dietnya sehingga nilai glukosa darahnya dapat tetap dipertahankan terkontrol dengan baik.

Pandhit 2010 Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol : II No : 1

2.

merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dukungan sosial keluarga merupakan salah satu dari faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan pasien Diabetes Mellitus. Untuk Behavioral Upaya mengetahui System Model Meningkatkan ada tidaknya yaitu regulasi hubungan eksternal, Perilaku perilaku misalnya dengan Pasien Dalam pasien dalam cara membatasi tatalaksana perilaku dan Tatalaksana DM dengan menghambat Diabetes teori respon perilaku Behavioral yang tidak Melitus system efektif, merubah Dengan Dorothy elemen structure E.Jhonson dengan Pendekatan tujuan untuk

Jenis penelitian yang diguanaka n adalah eksperime n dengan rancangan Randomiz ed Control Group Pretest Posttest

Sample digunakan sebanyak orang

yang kuesioner dan 30 observasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang signifikan pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian motivasi dan edukasi. Peningkatan pengetahuan ini

Rumah sakit dalam memberikan penyuluhan, hendaknya lebih mengoptimalkan jadwal yang telah ditetapkan dan membuat program penyuluhan semenarik mungkin sehingga akan lebih banyak lagi pasien yang tertarik

Teori

Model

Behavioral System Dorothy Johnson E.

3.

(Changing the Patients Behavior in Diabetes Mellitus Management by Application Dorothy E. Johnsons Behavioral System Model) Nur Aini, Widati Fatmaningru m, Ah. Yusuf. 2011 Nama Jurnal : Ners Vol : 6 No : 1 Hubungan untuk Dalam Perkeni desain Antara mendeskripsik 2006 penelitian Perilaku an hubungan menyebutkan cross Pengendalian antara bahwa World sectional

memotivasi Design pasien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dan memenuhi kebutuhan subsistem dengan cara nurture, protect dan stimulate (Tommey and M.R. Alligood, 2006).

terjadi karena dalam pemberian motivasi ada materi edukasi tentang diabetes juga sehingga peningkatan pengetahuan yang terjadi adalah karena pemberian edukasi.

untuk mengikuti penyuluhan. Pasien juga perlu diberikan motivasi karena dengan memberikan motivasi maka kita memberikan dukungan dan menanamkan kesadaran pada pasien untuk melaksanakan tatalaksana DM.

Besar sampel Observasi dalam penelitian dan ini adalah 77 kuesioner responden

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kebiasaan

Bagi Institusi (RSUD Arjawinangun Kabupaten

Diabetes dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon) Sri Anani , Ari Udiyono , Praba Ginanjar Nama Jurnal : Jurnal Kesehatan Masyarakat

kebiasaan minum obat, aktivitas fisik/olahraga, kebiasaan makan dan pemeriksaan gula darah ke pelayanan kesehatan dengan kondisi glukosa darah pasien

Heatlh Organization (WHO) juga memprediksi kenaikan jumlah pasien di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi 21.3 juta pada tahun 2030. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia berada di peringkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina menurut Reputrawati dalam Hans (2008)

minum obat (p=0,032), aktivitas fisik (p=0,012), olahraga (p=0,041) dan kebiasaan makan (0,001) dengan kondisi glukosa darah. Sedangkan keteraturan pemeriksaan glukosa darah (p=0,509) tidak berhubungan dengan kondisi glukosa darah pasien. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum obat, aktivitas fisik, olahraga dan kebiasaan makan dengan kadar glukosa darah pasien DM di

Cirebon) RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon diharapkan dapat meningkatkan usaha untuk melakukan edukasi yang lebih komprehensif kepada penderita DM terkait upaya pengendalian DM tersebut sehingga dapat meningkatkan kontrol glukosa darah yang baik.

4.

Pola Diet Tepat Jumlah,Jadwa l,Dan Jenis Terhadap Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe II Prayugo Juwi Susilo Putro Suprihatin. 2012 Nama Jurnal : Jurnal STIKES Vol : 5 No : 1

akan mengakibatka n terjadinya resiko tinggi komplikasi. Tujuan penelitian adalah menganalisa hubungan pola diit tepat jumlah, jadwal, dan jenis dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II di Instalasi Rawat Jalan RS. Baptis Kediri.

Diit tepat Analitik jumlah, jadwal Korelasio dan jenis yang nal. dimaksud adalah jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan, jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan, jenis makanan yang manis harus dihindari karena dapat meningkatkan jumlah kadar

Besar sampel wawancar adalah 60 a responden terstruktur dan lembar observasi

RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan diit tepat jumlah memiliki hubungan yang kuat dengan kadar gula darah puasa (p=0,000), sedangkan diit tepat jadwal tidak memiliki hubungan yang kuat dengan kadar gula darah puasa (p=0,247), juga diit tepat jenis tidak memiliki hubungan yang kuat dengan kadar gula darah puasa (p=0,432).

Bagi Profesi Keperawatan diharapkan Penatalaksanaan diit tepat jumlah, jadwal, dan jenis pada pasien diabetes mellitus tipe II diperlukan untuk mengurangi resiko lebih lanjut dari peningkatan kadar gula darah terhadap fisiologis tubuh . Maka diit tepat jumlah, jadwal, dan jenis dapat direkomendasikan sebagai salah satu intervensi penatalaksanaan keperawatan mandiri dalam manajemen penurunan kadar gula darah pasien diabetes mellitus

gula darah. Melalui cara demikian diharapkan insiden diabetes mellitus dapat ditekan serendah mungkin. Namun demikian pada kenyataannya hingga saat ini harapan tersebut belum dapat tercapai karena terbukti angka kejadian diabetes mellitus masih tetap tinggi. hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi yang disebabkan hiperglikemi dan hipoglikemi. Hiperglikemia dapat merusak saraf dan

tipe II.

5.

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

pembuluh darah yang menuju jantung. Kondisi tersebut menyebabkan diabetes mellitus dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, gagal ginjal, serta komplikasi lain. Selain itu, efek jangka panjangnya adalah terjadinya kerusakan retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan bahkan kebutaan (Wijayakusuma, 2009). Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak

Penelitian ini mengguna kan pendekata

Sampel Kuesioner penelitian ini dan sebanyak 50 observasi responden pasien DM yang

Hasil penelitian menunjukkan umur, riwayat keluarga, aktfivitas fisik,

Diharapakan pasien dapat menjaga pola makan dan pola hidup.

Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012 Shara Kurnia Trisnawati Soedijono Setyorogo.20 13 Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol : 5 No : 1

dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko (Kemenkes, 2010). Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang

n kuantitatif dengan desain cross sectional

berobat di Puskesmas Kecamatan Cengkareng

tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejaidan DM Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa Tubuh (p 0,006 OR 0,14; 95% CI 0,0370,524). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

6.

Perbedaan Tingkat stress Antara Pria Dan Wanita Penderita DM Tipe II Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Kumboyono, M. Fathoni, Dyah Pratiwi Ningrum.

untuk melihat perbedaan atau membandingk an tingkat stres yang dialami oleh pria dan wanita dalam menghadapi penyakit diabetes melitus tipe 2.

pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2000) Menurut Ivancevich dan Matteson, stres dapat didefinisikan sebagai respon adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan/atau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan,

Penelitian sampel sejumlah wawancar ini 90 orang a mengguna kan desain cross sectional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien pria sebagian besar tidak mengalami stres yaitu sebanyak 35 responden (81,4%), 6 responden (13,9%) tergolong stres ringan, dan 2 responden (4,7%) tergolong stres sedang. Sedangkan untuk

Disarankan bagi institusi untuk membuat suatu program yang memberikan pengetahuan tentang manajemen stres terutama bagi pasien diabetes melitus tipe 2 yang beresiko tinggi agar terhindar dari keparahan.

Nama Jurnal : Majalah Kesehatan FKUB

situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau psikologis terhadap seseorang. Stressor adalah faktorfaktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan respon stres, dapat berasal dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial. Menurut Hidayat, salah satu faktor penyebab stres adalah penyakit kronis yang diderita

pasien wanita, sebanyak 32 responden (68,1%) tidak mengalami stres, kemudian 7 responden (14,9%) tergolong stres ringan, 6 responden (12,8%) tergolong stres sedang, dan 2 responden (4,2%) tergolong stres berat. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney diperoleh p-value = 0,008 dengan tingkat signifikansi < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres antara pria dan wanita penderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2 di Poliklinik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada selang

7.

Hubungan Pengetahuan Tentang Diet DM Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet Pada Penderita DM Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep.Ns.201 1 Nama Jurnal : Jurnal Keperawatan Vol : 1 No : 1

mengidentifik asi hubungan pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes mellitus di Ruang Interna RSUD dr. H Moh Anwar Sumenep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun binahong terhadap penurunan kadar glukosa darah dan perbaikan sel

Ketidakpatuhan terhadap diet diabetes mellitus akan menyebabkan terjadinya komplikasi akut dan kronik pada akhirnya memperparah penyakit bahkan bisa menimbulkan kematian (Lanywati, 2001).

analitik sampel sebanyak Observasi kuantitatif 60 responden dan dengan Kuesioner mengguna kan pendekata n Cross Sectional.

8.

Effect Of Methanol Extract Hearhleaf Madeiravine (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Leaves On Blood Sugar In Diabetes Mellitus

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dikenal di Cina dengan nama Dheng San Chi, di Eropa dinamai heartleaf madeiravine dan di Amerika Selatan dikenal

eksperime ntal laboratori um

hewan coba mencit galur Swiss Webster dengan bahan uji ekstrak metanol daun binahong. Ekstrak daun binahong diuji pada mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan dengan

Analisis data mengguna kan ANAVA

kepercayaan 95% Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes mellitus Di RSUD dr. H Moh Anwar Sumenep dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 dan nilai korelasi sebesar 0,817 Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol daun binahong dosis 50, 100 dan 200 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah berbeda bermakna (p<0,05) terhadap

Perawat harus memantau diet pasien DM dan memantau kepatuhan pasien terhadap diet pasien DM

Di gunakan sesuai dosis dan usia.

Model Mice Elin Yulinah Sukandar, Atun Qowiyyah, Lady Larasari.2011 Nama Jurnal : Medika Planta Vol : 1 No : 4

dengan nama madeira-vine. Seluruh bagian tanaman ini berkhasiat, mulai dari akar, batang dan daunnya. Hasil wawancara dengan masyarakat di Jawa Barat, ternyata tanaman ini sudah dimanfaatkan untuk menangani berbagai penyakit. Binahong terbukti berkhasiat melalui penelitian di laboratorium. Ekstrak etanol daun binahong dapat menurunkan kreatinin dan ureum dalam darah serta memperbaiki sel

dosis 70 mg/kg bb secara intra vena. Dosis ekstrak binahong yang digunakan adalah 50 dan 200 mg/kg bb secara oral selama 14 hari. Kadar glukosa darah ditentukan pada 7 dan 14 hari setelah pemberian ekstrak. Pancreas mencit diamati secara histologi pada hari ke 14

kontrol setelah pemberian ekstrak 7 dan 14 hari, dan secara histologi dapat meningkatkan jumlah sel dan memperbaiki kerusakan sel pankreas akibat pemberian aloksan.

9.

Sistem untuk Konsultasi Menu Diet bagi penderita DM Berbasis Aturan Rifki Indra Perwira.

agar pemakai dapat melakukan konsultasi terhadap komposisi makanan dan diet seimbang untuk membantu proses penyembuhan yang diderita pasien

ginjal yang rusak Faktafakta dan Deskriftif kondisi yang ada saat ini di lingkungan mengenai penyakit Diabetes Mellitus(Almatsi er, 2007): 1. Diabetes adalah penyakit yang bisa menyebabkan komplikasi serius seperti jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi kaki. 2. Pada tahun 2000, sekitar 150 juta jiwa di dunia mengidap Diabetes Mellitus. 3. Pada tahun 2005, penderita Diabetes Mellitusmeningk at hampir 2 kali lipat dari

Semua penderita Wawancar Hasil dari DM a penelitian ini dapat mengetahui komposisi menu diet yang sesuai dengan jumlah kebutuhan kalori yang dibutuhkan pasien dengan tingkat akurasi 100%.

Saran kedepannya antara lain adalah : 1. Untuk menyempurnakan sistem berbasis aturan ini diperlukan penggabungan aturan-aturan lain dalam knowledge basenya seperti faktor hasil laboratorium. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan sistem ini menjadi sebuah sistem pakar sehingga dapat memberi solusi pendekatan apabila terdapat hasil penelurusan yang tidak sesuai dengan rule based. 3. Perlu ditambah fitur atau kemampuan sistem untuk dapat menambah, mengedit atau memperkaya aturan (rule)

statistik tahun 2000. 4. Pada tahun 2005 penderita Diabetes Mellitusdi indonesia mencapai 12 juta jiwa. 10 Hubungan Berbagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Jantung Koroner Pada Penderita DM II mengetahui hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian PJK pada penderita DM tipe 2. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional comparati ve Jumlah sampel 176 orang yang terdiri dari 88 orang penderita DM dengan PJK dan 88 orang DM tanpa PJK Pengolaha n data dilakukan dengan uji chisquare mengguna kan sistem komputeri sas Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2 adalah jenis kelamin (p=0,000), lama menderita DM (p=0,043), hipertensi (p=0,007), dislipidemia (p=0,000), obesitas (p=0,023), dan merokok (p=0,000). Kesimpulan: Terdapat Diharapkan kepada penderita DM menjaga pola hidupnya agar tidak terjadi penyakit jantung koronet.

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin. 1,2 WHO pada September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penderita DM di dunia mencapai 347 juta orang dan

hubungan yang sangat bermakna (p<0,0001) antara jenis kelamin, dislipidemia, dan merokok dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2 dan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara lama menderita DM, hipertensi, obesitas dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2

lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Sedangkan dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien menderita DM. Ditambah lagi hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Depkes

2008 di seluruh provinsi menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7%. 2,3 Diabetes melitus tipe 2 yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronis, baik mikroangiopati seperti retinopati dan nefropati maupun makroangiopati seperti penyakit jantung koroner,

stroke, dan juga penyakit pembuluh darah tungkai bawah. 4 Penyebab mortalitas dan morbiditas utama pada pasien DM tipe 2 adalah penyakit jantung Artikel Penelitian 38 http://jurnal.fk.u nand.ac.id Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1) koroner (PJK). Menurut American Heart Association pada Mei 2012, paling kurang 65% penderita DM meninggal akibat penyakit jantung atau stroke. Selain

itu, orang dewasa yang menderita DM berisiko dua sampai empat kali lebih besar terkena penyakit jantung dari pada orang yang tidak menderita DM. 6-7 Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Hasil laporan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa prevalensi

nasional penyakit jantung adalah 7,2%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi penyakit jantung diatas prevalensi nasional, salah satunya di Sumatera Barat yaitu 11,3 % yang di dalamnya tentu termasuk pasien PJK karena DM

Kesimpulan : Semua Jurnal di atas memiliki teori dan konsep.Dimana Penderita DM harus menjaga pola makan atau Diet, memperhatikan atau konsultasi masalah diet, serta harus memiliki pengetahuan tentang diet ataupun tentang DM serta harus mampu mengendalikan perilaku dan penderita DM memiliki factor resiko terjadi Penyakit Jantung Koroner.

Anda mungkin juga menyukai