Anda di halaman 1dari 15

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu dan lainnya dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan satuan interkoneksi. Jadi, sebuah sistem tenaga listrik harus terdiri dari pusat-pusat pembangkit, saluran transmisi, dan saluran distribusi yang saling berhubungan. Prinsipnya energi listrik pertama dihasilkan dari pusat-pusat

pembangkit dan kemudian disalurkan kepada pusat beban melalui saluran transmisi kemudian dari pusat beban disalurkan kepada kosumen. Atau bisa saja langsung dari pusat pembangkit disalurankan kepada konsumen melalui saluran distribusi tanpa melewati saluran transmisi tergantung dari pada letak pembangkit dengan pelanggan. Perhatikan gambar dibawah.

= Pengaman

Gambar.2.1. Sistem Tenaga Listrik

10

B. Gardu Induk Gardu Induk adalah Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer.

Fungsi Gardu Induk: 1. Mentransformasikan daya listrik dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz). Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV). Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV). Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV). 2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik. 3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi. 4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal dengan istilah SCADA.

Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Berdasarkan besaran tegangannya. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV. Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV. 2. Berdasarkan pemasangan peralatan. Gardu Induk Pasangan Luar : Adalah gardu induk yang sebagian besar komponennya di tempatkan di luar gedung, kecuali komponen kontrol, sistem proteksi dan sistem kendali. Gardu Induk ini menggunakan udara sebagai media isolasi antar peralatan yang bertegangan. Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan gardu induk konvensional.

11

Gambar.2.2. Gardu Induk Titi Kuning Gardu Induk Pasangan Dalam : Adalah gardu induk yang hampir semua komponennya (switchgear, busbar, isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain) dipasang di dalam gedung. Gardu induk ini menggunakan gas SF 6 yang berfungsi sebagai media yang mengisolasi antar peralatan yang bertegangan. Kecuali transformator daya, pada umumnya dipasang di luar gedung. Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insulated Substation (GIS). GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang pada umumnya dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang sulit untuk mendapatkan lahan. Dan juga digunakan untuk menghindari kebakaran dan gangguan suara bising.

12

Gambar.2.3. Gas Insulated Substation (GIS)

3.

Berdasarkan sistem rel (busbar).

Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara transformator daya, SUTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar), gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah ini : Gardu Induk sistem ring busbar adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin). Gardu Induk sistem single busbar adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi. Gardu Induk sistem double busbar adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan. Peralatan yang terdapat pada Gardu Induk yaitu : 1. Transformator Daya. Berfungsi mentranformasikan daya listrik, dengan merubah besaran

tegangannya, sedangkan frequensinya tetap.

13

Gambar.2.4. Transformator Daya 2. Circuit Breaker (CB) / PMT. Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban yang akan menimbulkan Gejala Medan Tinggi seperti busur api, sehingga dilengkapi media pemadam busur api (media minyak, udara dan gas SF6).

Gambar.2.5. Circuit Breaker 3. Disconnecting Switch (DS) / PMS. Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.

Gambar.2.6. Disconnecting Switch

14

4.

Capasitor Voltage Transformer (CVT). Berfungsi sama dengan PT (Potential Transformer) sebagai pengukuran

tegangan, hanya saja penampakan bentuk luar yang agak langsing dibanding dengan PT. Pada PT masih berupa lilitan-lilitan, jika pada CVT menggunakan kapasitor.

Gambar.2.7. Capasitor Voltage Transformer 5. Current Transformer (CT). Berfungsi merubah besaran arus dari arus yang besar ke arus yang kecil atau memperkecil besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus untuk sistem pengukuran dan proteksi. Dan juga Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, yaitu memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi.

Gambar.2.8. Current transformator

6.

Lightning Arrester (LA). Sebagai pengaman peralatan listrik pada Gardu Induk dari tegangan lebih akibat

surja Petir dan Surja hubung.

15

Gambar.2.9. Lightning Arrester 7. Potential Transformer (PT). Adalah trafo yang menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter dan alat sinkronisasi. 8. Busbar / Rel Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.

Gambar.2.10. Busbar 9. Wave Trip dan Line Trip Wave trip untuk memblock frekuensi tinggi ke frekuensi rendah. Line trip untuk menaikkan frekuensi dari 50Hz menjadi 20.000 Hz, biasanya dipasang pada fasa S, dan digunakan untuk alat komunikasi (PLC) antar GI dan PLN.

16

10. Switch Yard (Switchgear) Adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat peletakan komponen utama gardu induk.

Gambar.2.11. Switchyard

Pertimbangan Pembangunan Gardu Induk : Kebutuhan (Demand) beban yang semakin meningkat, mendekati bahkan melebihi kemampuan GI yang ada. Jika kondisi GI eksisting masih memungkinkan, biasanya cukup dilakukan upgrating atau menaikkan kapasitas GI yang ada, misalnya dengan melakukan penggantian dan penambahan transformator daya. Adanya perluasan daerah/ wilayah atau adanya daerah/ wilayah baru, yang pasti membutuhkan ketersediaan/ pasokan daya listrik cukup besar. Adanya pembangunan infra struktur bagi kawasan industri (industrial estate). Proyeksi kebutuhan daya listrik untuk jangka waktu tertentu, sehingga perlu disiapkan gardu induk baru atau perluasan gardu induk. Adanya pengembangan sistem tenaga listrik secara terpadu, misalnya pembangunan pembangkit listrik - pembangkit listrik baru, sehingga dilakukan perluasan sistem penyaluran (transmisi), tentunya dibarengi dengan pembangunan Gardu Induk Gardu Induk baru atau perluasan.

17

C. Transformator Arus Salah satu peralatan yang selalu digunakan dalam pengukuran adalah Trafo Arus, biasanya di lapangan cukup disebut CT (Current Transformer). Tranformator arus berfungsi untuk merubah arus disisi primer menjadi arus sekunder dengan rasio tertentu yang kemudian digunakan sebagai input dari relai pengaman. Transformator arus umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor kawat tembaga. belitan sisi primer lebih sedikit dari belitan sekunder (tidak lebih dari 5 belitan). Output dari skunder biasanya adalah 1 atau 5 ampere, ini ditunjukan dengan ratio yang dimiliki oleh CT tersebut. Misal 400:5, berarti sekunder CT akan mengeluarkan output 5 ampere jika sisi primer dilalui arus 400 Ampere.

Gambar.2.12.a. Rangkaian Sederhana CT

Gambar.2.12.b. Trafo Arus

Rumus perbandingan antara lilitan dan arus primer dengan lilitan dan arus sekunder sama dengan trafo daya yaitu:

I P Ns Is N p
dimana: IP Is = Arus Primer = Arus Sekunder

18

Ns Ns

= Lilitan Primer = Lilitan Sekunder

Contoh: Trafo Daya 60MVA dengan arus maksimal 2000A, untuk mendapatkan arus sebesar 5 ampere sebagai input relai, maka berapa jumlah lilitan sekunder trafo arus (ct) yang digunakan jika lilitan primernya 5 belitan? Jawab:
Ns IP Is Np

2000 N s 5 5
2000.5 5 N s 10000 5 N s Ns Ns 10000 5 2000

maka jumlah lilitan sekunder trafo arus adalah 2000 belitan.

D. Penyulang Di Indonesia, sistem jaringan distribusi primer dikenal dengan istilah Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kv. Saluran ini menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk menuju konsumen yang terlebih dahulu diturunkan tegangannya menjadi 220/380 volt menggunakan trafo distribusi. Saluran tersebut disebut penyulang atau feeder. Penyulang adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik, lewat saluran transmisi atau distribusi dan dapat berupa saluran udara maupun saluran bawah tanah. Penyulang terhubung ke cubicle 20 kv. Pengaman dari gangguan yang terjadi pada penyulang terletak di cubicle.

19

E. Sistem Pengaman Suatu gangguan atau kegagalan, dalam keadaan bagaimanapun mempengaruhi aliran arus normal pada sisterm tenaga. Ganguan gangguan yang terjadi dapat disebabkan oleh sambaran petir, hubung singkat karena kejatuhan benda tertentu pada kawat penghantar, rusaknya isolasi, dan lain sebagainya. Gangguan-gangguan tersebut mengakibatkan lonjakan tegangan yang berlebihan, aliran arus yang sangat besar, bunga api listrik, dan kegagalan sistem tenaga untuk beroperasi. Menjadi tugas insinyur listrik untuk merancang sistem proteksi dengan mengatur pemakaian sekring (fuse), pemutus daya (circuit breaker), dan sistem relai yang mampu menemukan gangguan dengan cepat serta memisahkannya segera dari bagian sistem yang lain. Dengan rancangan sistem proteksi yang baik, gangguan-gangguan yang terjadi dapat dapat dilokalisir daerah kejadian saja sehingga para langganan didaerah lain.

F. Relay Proteksi Apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, misalnya arus lebih, tegangan lebih dan sebagainya, maka perlu diambil tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut. Karena apabila dibiarkan, maka gangguan akan semakin luas dan mungkin dapat merusak semua peralatan yang ada pada sistem. Untuk itu mutlak diperlukan sistem pengaman yang andal. Salah satu komponen yang penting untuk pengamanan tenaga listrik adalah relai pengaman (protective relay). Relay pengaman adalah susunan piranti, baik magnetik maupun elektronik yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak normalan pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Apabila terjadi gangguan, maka relay pengaman akan secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) agar bagian yang terganggu segera dipisahkan dari sistem yang normal.

1. Syarat- Syarat Relai: Proteksi sistem tenaga listrik diharapkan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

20

a. Cepat Beraksi Proteksi harus secepat mungkin beraksi bila terjadi kondisi abnormal pada sistem. b. Selektif Selektif berarti proteksi harus cermat dalam mengamankan, karena itu perlu koordinasi yang baik pada sistem proteksi. Diharapkan pengamanan hanya terjadi pada daerah yang mengalami gangguan, tidak secara keseluruhan hingga sistem tenaga listrik tidak dapat bekerja. c. Peka / Sensitif Sistem proteksi harus peka atau sensitive terhadap gangguan meski gangguan yang terjadi hanya gangguan yang minimum. d. Andal dan Reliabel Sistem proteksi dikatakan andal bila memiliki harga 90 s/d 99 %. Misalkan dalam setahun terjadi 25x gangguan dan sistem proteksi dapat bekerja dengan baik sebanyak 23x maka keandalan relai adalah:

23 x100% 92% 25

2. Jenis-Jenis Relai Berdasarkan komponen pembuatnya ada 2 jenis relai yaitu, a. Relai Mekanik : relai yang komponen dasarnya adalah kumparan dan bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik sehingga memiliki kontak mekanik. b. Relai Statis : relai yang komponen dasarnya adalah komponen elektronika dan tidak memiliki kontak mekanik.

G. Relay Arus Lebih Relay arus lebih merupakan suatu relai relay yang bekerjanya berdasarkan adanya arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Berarti relay akan bekerja jika pada system terjadi kenaikan arus yang

21

melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya relay arus lebih merupakan alat yang mendeteksi besaran arus yang melewati suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh dilewatinya disebut dengan setting. Macam macam karakteristik relay : a. Relay Arus Lebih Waktu Seketika (Instantaneous Overcurrent relay). Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.

(a)

(b)

Gambar.2.13.(a)Rangkaian Sederhana Relay Arus Lebih waktu seketika dan (b) Karakteristiknnya

b. Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik (Invers Overcurrent Relay ). Prinsip kerja relay ini adalah waktu yang diperlukan untuk memutus suatu sistem yang diproteksinya berbanding terbalik dengan besar arus. Jadi, semakin besar arus lebih yang terjadi semakin sedikit/cepat pula waktu yang diperlukan untuk memutus sistem. Perhatikan gambar dibawah ini

22

(a)

(b)

Gambar.2.14.(a)Rangkaian Sederhana Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik dan (b)Karakteristiknnya

c. Relay Arus Lebih Waktu Pasti (Defenite Time Over Current Relay). Relay arus lebih waktu tertentu ini dilengkapi dengan Relay Keterlambatan Waktu ( Relay Time Lag). Prinsip kerja relay ini adalah waktu yang diperlukan untuk memutus sistem yang diproteksinya harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (time setting), serta mengabaikan besar ataupun kecil arus lebih yang terjadi. Perhatikan gambar 2.15(a) dan 2.15(b)

(a)

(b)

Gambar.2.15.(a)Rangkaian Sederhana Relay Arus Lebih Waktu Tertentu dan (b) Karakteristiknya

23

Gambar di bawah adalah merupakan gambar rangkaian sederhana system pengamanan gangguan arus lebih dengan menggunakan 2 buah relai arus lebih beserta 1 relai gangguan tanah (Gambar.2.16).

Gambar.2.16. Rangkaian sederhana relay

Anda mungkin juga menyukai