Anda di halaman 1dari 9

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur
organisasi skripsi.

A. Latar Belakang Penelitian
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Pada tahun ajaran 2013/2014 negara Indonesia mulai
memberlakukan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran
yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang
dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat;
dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum 2013 adalah keikutsertaan
Indonesia pada salah satu studi internasional Programme for International Student
Assesment (PISA). Sejak tahun 2006 hasil capaian literasi sains siswa Indonesia
dalam PISA selalu berada di posisi yang rendah. Hal ini disebabkan bentuk
asesmen PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan
hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains,
aspek konteks aplikasi sains maupun aspek sikap sains. (BSNP, 2013)
National Research Council dalam Shwartz (2006) menyatakan bahwa
sekarang ini pencapaian literasi sains siswa merupakan salah satu tujuan utama
dalam pendidikan sains. Hal ini berlaku pula di negara Indonesia, dapat dilihat

2

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
dari acuan kurikulum yang sedang dikembangkan di Indonesia saat ini. Literasi
sains didefinisikan PISA sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Pemahaman
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan persiapan yang penting bagi generasi
muda untuk dapat hidup dalam masyarakat modern. Pemahaman ini
memungkinkan bagi individu untuk dapat berpartisipasi secara penuh dalam
masyarakat dimana ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang
signifikan. Pemahaman sains dan teknologi ini juga memberdayakan individu
untuk dapat berpartisipasi secara tepat dalam penentuan kebijakan publik dimana
masalah ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kehidupan mereka.
(OECD, 2009)
Salah satu cabang mata pelajaran sains adalah kimia, menurut Sastrawijaya
(1998) pembelajaran kimia bertujuan untuk memperoleh pengalaman tentang
berbagai fakta dan kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kimia, dan memiliki keterampilan dalam penguasaan
laboratorium. Pemahaman tentang konsep-konsep kimia akan membantu para
siswa untuk berpartisi pada permasalahan yang sedang dihadapi publik, karena itu
dirasa perlu adanya tes untuk mengukur kemampuan literasi kimia siswa. Salah
satu penelitian yang mengukur kemampuan literasi kimia untuk siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) dikembangkan oleh Shwartz (2006) di Irak. Salah satu
kerangka teoritis yang menjadi dasar dalam penelitian yang dilakukannya adalah
kemampuan siswa dalam menggunakan pemahaman mengenai konsep kimia
untuk menjelaskan fenomena.
Hasil kajian terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007
menyebutkan bahwa untuk sistem penilaian hendaknya mengadopsi bentuk tipe
soal serupa dengan PISA untuk mendorong Proses Belajar Mengajar (PBM)
berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan sekaligus menggali
kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif. Soal-soal PISA bukanlah

3

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
alat untuk mengukur konteks, tetapi mengukur (kompetensi) proses sains,
pengetahuan, dan sikap sains yang disajikan terkait dengan konteks (OECD,
2009). Sementara itu, alat ukur yang dikembangkan guru biasanya hanya
menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek
konteks sains maupun aspek sikap sains. Begitu pula hasil temuan pada kumpulan
tes yang beredar di toko buku atau yang tersebar di perpustakaan sekolah
menunjukkan lebih banyak tes yang mengujikan pengetahuan sains dari aspek
kognitif dan perhitungan saja.
Tes yang ada tidak banyak menguji pemahaman konsep sains, apalagi
menguji keterampilan menggunakan pengetahuan sains untuk memahami proses
sains dan mengatasi masalah-masalah sains (Sudiatmika, 2010). Hal ini
menyebabkan siswa tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep
sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka.
Oleh karena itu, alat ukur yang dikembangkan guru dalam pembelajaran sains,
termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya diarahkan pada penggunaan
konteks sebagai wahana untuk mencapai literasi sains siswa. Pemilihan konteks
yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria yang dirumuskan oleh Jong
(2006) yaitu: 1) Konteks yang digunakan dikenal dan relevan untuk siswa
(perempuan dan laki-laki), 2) Konteks yang digunakan tidak mengganggu
perhatian siswa terhadap konsep yang dihubungkan, 3) Konteks yang digunakan
tidak terlalu menyulitkan bagi siswa, dan 4) Konteks yang digunakan tidak
membingungkan siswa.
Baehr (1995) menyatakan bahwa konteks keramik dapat digunakan untuk
mengajarkan konsep ikatan kimia (kovalen dan ionik), elektronegativitas, material
berhidrat dan kerapatan. Materi mengenai ikatan kimia merupakan salah satu
materi yang bersifat abstrak. Sifat abstrak dari materi kimia membuat siswa
kesulitan memahaminya. Kebanyakan siswa tidak memahami konsep partikel
(atom, ion, molekul) yang terlibat dalam ikatan kimia, serta siswa kesulitan
menghubungkan antara ikatan kimia pada dengan sifat zatnya. Hal ini dapat
diatasi dengan mengkaitkan struktur zat dalam pembelajaran ikatan kimia. Hal ini

4

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
dapat dilakukan dengan penggunaan konteks pembelajaran yang mengkaitkan
ikatan kimia, struktur zat dan sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini dapat diatasi
dengan menggunakan konteks keramik sebagai konteks pembelajaran. Terdapat
dua jenis keramik yang kita ketahui, yakni keramik tradisional dan keramik
modern. Pada jaman dahulu keramik hanya dikenal sebagai barang lokal yang
bernilai seni. Namun, keramik di masa kini banyak digunakan dalam industri,
penggunaannya sudah lebih luas lagi.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Hasil capaian literasi sains siswa di Indonesia yang selalu berada di posisi
rendah disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan PISA tidak diadaptasi
oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten
sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun
aspek sikap sains. Sistem penilaian siswa di Indonesia membutuhkan sistem
penilaian yang mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA untuk
mendorong PBM berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan
sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan utama dalam
penelitian ini adalah Bagaimana alat ukur konten ikatan kimia menggunakan
konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa
SMA? Permasalahan tersebut diuraikan menjadi sub-sub masalah berikut :
Bagaimana karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber
pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi ikatan kimia?
Bagaimana kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang
dikembangkan ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas?
Bagaimana penilaian ahli terhadap kesesuaian karakteristik soal literasi sains
dalam PISA dengan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi
ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi?


5

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik
yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai
dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks
bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber untuk membuat alat ukur penilaian
literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi
sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
Guru
Berupa contoh alat ukur penilaian literasi sains yang sesuai dengan
karakteristik soal-soal literasi sains PISA.
Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
institusi terkait di masa yang akan datang.
Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan
dengan pengembangan alat ukur literasi sains dan dijadikan sebagai bahan
acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam konteks dan konten
pembelajaran yang berbeda.

E. Stuktur Organisasi Skripsi
Berikut ini penjabaran urutan penulisan skripsi secara terperinci dari setiap
bab dan sub bab. Skripsi ini tersusun atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab
II Kajian Pustaka; Bab III Metode penelitian; Bab IV Hasil Penelitian dan
Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran.

6

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Bab I terdiri atas lima sub bab, meliputi Latar Belakang Penelitian,
Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan
Struktur Organisasi Skripsi. Latar belakang dari penelitian ini adalah hasil capaian
literasi sains Indonesia yang selalu berada di posisi bawah diantara negara-negara
anggota PISA yang lain. Hal ini disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan
PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya
menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek
konteks sains maupun aspek sikap sains. Berdasarkan latar belakang tersebut
maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana alat
ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk
mencapai literasi sains/kimia siswa SMA, sehingga tujuan dari penelitian yakni
untuk mendapatkan alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik
yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai
dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks
bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan untuk membuat alat ukur
penilaian literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian
literasi sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.
Bab II terdiri atas sub bab Kajian Pustaka. Kajian pustaka dijabarkan kembali
ke dalam beberapa bagian, yakni kajian teoritis mengenai Literasi Sains/Kimia,
Rekonstruksi Pendidikan, Karakteristik Teks Bacaan Konteks-Konten, Kualitas
Alat Ukur Literasi Sains, Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains, dan
Tinjauan Materi Pembelajaran Konteks Keramik dalam Konten Ikatan Kimia,
serta penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian bidang yang sedang
diteliti. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan
pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan
berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas manusia. Untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa maka
dibutuhkan alat ukur penilaian literasi sains, dimana bersarkan hasil kajian

7

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007, disebutkan bahwa
soal-soal yang dikembangkan hendaknya mengadopsi bentuk tipe soal serupa
dengan PISA. Hasil analisis terhadap Baehr disebutkan bahwa konteks keramik
salah satunya dapat digunakan untuk menjelaskan konsep ikatan kimia, dalam
kurikulum 2013 tercantum bahwa ikatan kimia merupakan salah satu konsep yang
harus diberikan kepada siswa SMA kelas X, oleh karena itu dirasa perlu untuk
mengkonstruksi alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks keramik
pada konten ikatan kimia. Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian
yang dilakukan pada tahun 2006 Yael Shwartz, Ruth Ben-Zvi and Avi Hofstein
mengenai pencapaian literasi kimia siswa Sekolah Menengah Atas di Israel.
Penelitian ini didukung oleh beberapa jurnal terkait literasi sains yang ditulis oleh
Dolf Witte dan Kees Beers berjudul Testing of Chemical Literacy pada tahun
2003, serta artikel yang ditulis oleh Holbrook mengenai pentingnya pendidikan
sains di sekolah untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Bab III terdiri atas delapan bagian sub bab, meliputi Lokasi dan Objek/Subjek
Penelitian, Model Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen
Penelitian, Alur Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data. Fokus
dari penelitian ini adalah alat ukur yang dikonstruksi, alat ukur yang
dikembangkan kemudian diujicobakan pada siswa SMA kelas X semester ganjil
sebanyak satu kelas yang berjumlah 40 siswa, yang diambil dari salah satu SMA
di kabupaten Bogor. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstrusi
pendidikan (educational rescontruction) (Duit, et al., 2012), dan desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methode jenis sequential
exploratory design, dimana penelitian dimulai dengan pengumpulan dan analisis
data kualitaif dengan tujuan eksplorasi dan dilanjutkan dengan pengumpulan dan
analisis data kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan
masalah maka digunakan instrumen penelitian, yang meliputi lembar kesesuaian
konteks dan konten, alat ukur penilaian literasi sains, dan lembar validasi ahli,
serta lembar penilaian kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik
soal literasi sains dalam PISA. Data mengenai karakteristik teks bacaan keramik-

8

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber dalam penyusunan alat ukur ukur
dijelaskan melalui analisis deskriptif. Sedangkan, data dari hasil validasi
dikelompokkan lalu diolah, hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil
analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas alat ukur dan
untuk memperbaiki alat ukur yang dikembangkan, sehingga pada tahap akhir
selain mendapatkan nilai dari kualitas alat ukur yang dikembangkan, juga
mendapatkan alat ukur yang telah diperbaiki. Data kesesuaian karakteristik alat
ukur yang dikembangkan dengan alat ukut literasi sains dalam PISA ditunjukkan
dalam bentuk persentase.
Bab IV terdiri atas empat sub bab, meliputi karakteristik teks bacaan
keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi
sains/kimia pada materi ikatan kimia, validitas alat ukur penilaian literasi
sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari hasil CVR, kualitas alat ukur
penilaian literasi sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari nilai reliabilitas,
serta penilaian ahli mengenai kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang
dikembangkan dengan karakteristik soal literasi sains dalam PISA. Teks bacaan
yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur literasi sains/kimia memiliki
karakteristik yakni memuat aspek konten ikatan kimia yang secara khusus
dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi
PISA 2009 dan diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks keramik
dengan tujuan agar membuatnya mudah diterima siswa Teks wacana konteks-
konten yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam penurunan kisi-kisi butir
soal. Kisi-kisi yang disusun disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam
kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009, untuk kemudian dijadikan sebagai
acuan dalam penyusunan butir soal literasi sains. Alat ukur penilaian literasi sains
yang telah dikontruksi kemudian diuji validitasnya dan reliabilitasnya, dengan
tujuan untuk mengetahui kulitas dari alat ukur. Penilaian ahli mengenai
kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan karakteristik
soal-soal PISA dikumpulkan melalui angket.

9

Dini Rusfita Sari, 2014
Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai
Literasi Sains Siswa Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Bab V terdiri atas dua sub bab, yaitu Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan
terdiri atas informasi dari permasalahan yang diangkat yakni mengenai
karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber
pembuatan alat ukur penilaian literasi sains, kualitas alat ukur yang dikembangkan
dilihat dari validitas dan reliabilitasnya serta penilaian kesesuaian karakteristik
alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan soal literasi sains PISA.
Rekomendasi yang diberikan berupa saran-saran agar penelitian selanjutnya dapat
dilakukan dengan lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai