Anda di halaman 1dari 2

KESELAMATAN Perjanjian Lama menceritakan kepada kita mengenai Allah yang memanggil dan memilih suatu bangsa, mencintainya,

memeliharanya, mennuntunnya menuju sebuah perjanjian yang tak terceraikan. Dalam cinta-Nya yang begitu besar terhadap bangsa pilihan-Nya itu, Allah juga mengadili mereka atas segala salah yang telah mereka lakukan. Sejarah Perjanjian Lama menegaskan pengalaman akan Allah yang transenden. Pengalaman akan Allah ini hadir dalam pelbagai peristiwa besar seperti pembebasan dari orang mesir oleh nabi yang merupakan utusan Tuhan, yang peduli akan umat yang dikasihiNya dan kemenangan memperebutkan tanah Palestina. Pembebasan oleh para nabi menegaskan keberadaan Allah yang menggunakan jasa para nabi untuk mengungkapkan cinta sang Pencipta kepada makhluk ciptaan. Menurut saya, keselamatan dicanangkan Allah ketika manusia pertama melakukan dosa, melawan perintah Allah. Menanggapi kelalaian manusia tersebut Allah merencanakan penebusan yang besar. Dalam perjalanannya begitu banyak kelalaian manusia yang menimbulkan murka Allah. Allah mencoba membinasakan manusia dan memulai hidup baru dengan keturunan Nuh, namun hal itu tidak menjadi jaminan kembalinya manusia kepada penciptanya. Selain Nuh, Allah juga mengutus beberapa nabi-nabi lain yang tidak bersifat tetap. Berhadapan dengan hal tersebut, hemat saya konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama dapat saya jabarkan sebagai berikut, Dalam Perjanjian Lama, orang Israel sebagai orang pilihan Allah, memiliki masalah yang begitu kompleks. Mereka harus berhadapan dengan pelbagai tantangan. Mereka harus berhadapan dengan bencana murka Allah, mereka harus berhadapan dengan musuh-musuh mereka, mereka harus berhadapan dengan pelbagai pendapat dan keputusan dari pemimpin yang kadang menjadi bumerang bagi mereka. Keselamatan dalam Perjanjian Lama terbukti dalam pelbagai mukjizat melalui perantara yang mermupakan utusan Tuhan yang disebut nabi. Setiap nabi dengan masanya tersendiri menyelesaikan pelbagai masalah yang dihadapi bangsa pilihan Tuhan. Keselamatan dalam Perjanjian Baru mendapat penyempurnaan dalam diri Yesus Kristus sang penebus dosa melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Yesus hadir sebagai penggenap Perjanjian Lama, di mana Allah berjanji untuk memberikan seorang penyelamat khusus untuk menyelamatkan umat yang amat dikasihi-Nya. Secara garis besar terlihat bahwa segala karya dan kehidupan Yesus menjadi tema umum Perjanjian Baru. setelah wafat dan kebangkitan Yesus, para murid dengan berani mewartakan karya keselamatan yang Yesus tinggalkan. Mereka mengetengahkan bahwa Yesus hadir bukan sebagai pemimpin politik yang akan memimpin manusia kepada kesejahteraan, melainkan mereka mewartakan Yesus sebagai sosok yang menghadirkan sebuah peradaban baru, Yesus tidak menetapkan hukum-hukum bari melainkan mengajarkan sebuah etika hidup bersama. Yesus Kristus dalam perjanian baru hadir sebagai penyempurna karya keselamatan yang sudah direncanakan Allah sejak Perjanjian Lama, bahwa akan hadir seorang penyelamat yang akan membebaskan Israel dari segala perbudakan. Perbedaan mencolok antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah konsep keselamatan menurut Perjanjian Lama lebih menekankan keselamatan fisik sedangkan konsep keselamatan dalam Perjanjian Baru menekankan keselamatan fisik dan rohani sekaligus. Keselamatan fisik dalam Perjanjian Lama terbukti dengan keselamatan dari tangan musuh, dari tangan bencana murka Allah akibat dari kelalaian mereka sendiri, dan sebagainya. Menanggapi kelalaian manusia dalam Perjanjian Baru, Allah tidak segan-segan memberikan hukuman, namun yang perlu digarisbawahi adalah hukum yang diberikan Allah di dalamnya terkandung keselamatan. Sedangkan keselamatan dalam Perjanjian Baru oleh Yesus Kristus adalah keselamatan dari dosa. Yesus hadir bukan sebagai pemimpin politik seperti yang diinginkan oleh umat Israel melainkan sebagai seorang gembala yang senantiasa menuntun kembali domba-dombanya berjalan pada jalur yang benar dan tidak tersesat. Yesus mengarahkan domba-dombanya dengan melakoni perjalanan cinta melalui perkataan dan perbuatannya, melalui teladan hidupnya. Peristiwa penyembuhan yang dilakukan Yesus merupakan sebuah bukti dari tindakan keselamatan. Yesus tidak hanya menyembuhkan si sakit dari penyakit yang dideritanya tetapi juga memberikan semangat untuk melepaskan diri dari dosa, seperti dalam setiap penyembuhan Yesus sering berkata, pergilah, dosamu telah diampuni, atau pergilah dan jangan berbuat dosa lagi, hal ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya membawa keselamatan fisik tetapi juga keselamatan dalam batin manusia. Banyak orang pada zaman Yesus melihat penderitaan, penyakit dan kematian sebagai tanda-tanda bahwa hidup mereka dipengaruhi oleh pekerjaan kuasa-kuasa jahat di dunia ini. Dosa dan kejahatan merupakan penyebab utama penyakit, sehingga penyakit manusia dilihat sebagai bagian dari kejatuhan ciptaan Allah secara menyeluruh. Mujizat-mujizat penyembuhan perorangan pada zaman Yesus menegaskan bahwa Yesus berusaha melepaskan orang-perorangan dari kuasa dosa. Yesus hadir sebagai penyelamat yang berusaha mengeluarkan manusia dari kungkungan dosa. Manusia menurut Yesus telah mengidap penyakit yang bernama dosa dengan stadium paling tinggi. Penyembuhan yang dilakukan Yesus tidak hanya terjadi pada saat Ia masih hidup dan berkarya, malainkan hingga saat ini masih berjalan. Yesus memang tidak menyembuhkan manusia secara langsung dengan turun ke dunia dan menjamah orang-orang sakit dan menderita. Ia menjamah mereka yang sakit dan menderita melalui para pengikut-Nya. Semua orang mungkin sudah merasa diselamatkan dari dosa dengan penebusan Yesus, namun satu hal yang perlu disadari bahwa keselamatan menjadi sempurna ketika kita bukan satu-satunya orang yang diselamatkan. Maka marilah kita saling menyelamatkan dengan meneladani Kristus sang Penyelamat sejati.

PAPER PSIKOLOGI PASTORAL DINAMIKA KEPRIBADIAN MENURUT SIGMUND FREUD

Pemikiran Freud mengenai kepribadian terdiri dari tiga sistem yang saling berhubungan yaitu id, ego, dan superego. Selain ketiga struktur kepribadian ini, Freud juga mengemukakan pendapatnya mengenai dinamika kepribadian yang mendorong manusia untuk bertindak. Setiap tindakan manusia didasari oleh dorongan untuk menghindari rasa cemas dan menghasilkan kesenangan. Motivasi yang mendorong ini berasal dari energi fisik dan psikis yang berkembang dari dorongan-dorongan dasariah manusia. Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis dipakai oleh struktur kepribadian id, ego dan superego. Energi psikis ini memiliki sifat yang terbatas dan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan id, ego dan superego, oleh karena itu terjadi persaingan antara ketiganya untuk memperoleh porsi yang lebih. Sehingga ketika salah satu dari ketiganya menggunakan energi psikis lebih banyak maka dengan sendirinya aspek-aspek lain akan menjadi lemah. Freud berpendapat bahwa energi psikis ini disimpan dalam instink-instink, dengan demikian boleh dikatakan instink-instink itu sebagai reservoir energi psikis. Instink merupakan perwujudan psikologis dari suatu narasumber rangsangan somatic dalam yang dibawa sejak lahir. Perwujudan psikologisnya disebut hasrat sedangkan asal hasrat disebut adalah kebutuhan. Dalam diri manusia terdapat dua jenis instink yakni instink-instink hidup dan instink-instink mati. Adapun fungsi instink hidup adalah melayani individu untuk tetap hidup dan meneruskan ras. Sedangkan instink mati disebutkan juga sebagai intink yang merusak. Teori instink atau naluri ini tidak boleh salah dimengerti. Maksud Freud bukanlah bahwa kejahatan berasal dari instink mati. Baik instink mati ataupun instink hidup bersifat netral, tidak jahat dan tidak baik. Keduanya diperlukan supaya orang dapat hidup. Adapun komponen pokok dinamika kepribadian menurut Freud adalah dorongan dan kecemasan.
1. Dorongan-Dorongan (Drives)

Setiap manusia dalam dirinya terdapat dorongan-dorongan yang menetap dan tak dapat diusir atau bahkan dimusnahkan. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme tersebut mempunyai kebutuhan maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme tersebut. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi pengurangan dari dorongan-dorongan tersebut. Dorongan ini bersifat internal (dari dalam) dan bukan eksternal (dari Luar). Adapun Freud membagi dorongan tersebut menjadi dua, yakni : agresi ( thanatos) dan seks (eros). Kedua energi ini dipengaruhi oleh sistem kepribadian id dan ego. Dorongan seksual Freud sebut sebagai libido dan dorongan yang bersifat agresif belum memiliki nama. Kedua dorongan di atas oleh Freud dianggap memiliki beberapa ciri mendasar yakni: dorongan-dorongan tersebut muncul dari kondisi jasmaniah yakni rasa senang ataupun rasa tegang, dorongan tersebut memiliki tujuan untuk meniadakan rasa tidak enak (cemas) yang muncul dalam diri manusia tersebut, dorongan tersebut memiliki obyek yaitu segala tindakan yang membuat manusia mencapai keinginannya, dan Kekuatan dorongan bergantung pada besar kecilnya kebutuhan manusia. Terdapat dua dorongan dasar menurut Freud yakni dorongan seksual dan dorobngan Agresif.
Seks

Freud berpendapat bahwa dalam diri manusia telah terdapat apa yang dinamakan libido. Libido inilah yang kemudian mendorong manusia untuk mencapai kesenangan. Pada tubuh manusia menurut Freud terdapat apa yang disebut daerah-daerah erogen. Yang termasuk dalam daerah-daerah erogen adalah mulut dan daerah bibir, alat kelamin dan anus. Bagian-bagian inilah yang sangat peka terhadap rangsangan dan menghasilkan perasaan yang menyenangkan. Lebih lanjut Freud menjelaskan bahwa dorongan yang memiliki tujuan akhir untuk mencapai kesenangan tidak di ubah kepada suatu tujuan lain tetapi proses yang ditempuh untuk mencapai kesenangan itulah yang pada perjalanannya selalu berubah-ubah. Narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme merupakan pengungkapan seks yang kemudian kita temukan dalam kehidupan manusia.
Agresi

Konsep Freud tentang agresi dilatarbelakangi oleh pengalaman ketidakbahagiaan selama perang dunia dan kematian Sophie putrinya yang tercinta. Freud melihat agresi setingkat dengan dorongan seksual. Agresi bersifat fleksibel dan mengambil beberapa bentuk tindakan antara lain: menggoda, menggosip, sarkasme, tindakan merendahkan, humor, dan menikmati penderitaan orang lain. Agresi kemudian digolongkan dalam instink mati karena kelihatannya prosesnya bertolak belakang dari instink hidup yang menekankan penerusan ras.
2. Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan dipandang sebagai keadaan tidak menyenangkan yang diiringi sebuah peringatan akan datangnya bahaya. Freud membagi kecemasan tersebut dalam beberapa bagian yakni: Pertama, Kecemasan realistis. Kecemasan ini merupakan tanggapan terhadap bahaya-bahaya nyata yang terjadi di sekitarnya (lingkungan). Kedua, Kecemasan neurotis. Ketika seseorang mengalami kecemasan neurotik, orang tersebut merasa takut akan hukuman yang maya (khayalan) dari orang tua atau orang lain yang mempunyai otoritas secara maya pula untuk memuaskan dorongan instinknya. Ketiga, Kecemasan moralistis. Kecemasan ini diwujudkan dalam bentuk perasaan bersalah (guilty feeling) atau rasa malu (shame). Seseorang yang mengalami kecemasan ini, merasa takut akan dihukum oleh superegonya atau kata hatinya.
CATATAN KRITIS

Pendapat Freud mengenai dinamika kepribadian manusia ini sedikit banyak merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi setiap individu dalam mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini misalnya ketika seorang individu dapat mengatur secara baik energi psikis yang ada dalam dirinya dan menyalurkannya secara baik kepada ketiga struktur kepribadian id, ego dan superego, maka akan tercipta suatu keharmonisan dalam tingkahlakunya. Misalnya ketika id menguasai sebagian besar dari energi psikis tersebut maka tindakannya akan bersifat primitif, impulsive dan agresif. Bila ego yang menguasai sebagian energi psikis tersebut maka pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistis dan rasional-logis. Sedangkan apabila yang menguasai sebagian besar energi psikis tersebut adalah superego maka orang akan mengejar hal-hal moralistis, mengejar kesempurnaan yang kadang-kadang kurang rasional.

Anda mungkin juga menyukai