Anda di halaman 1dari 15

KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi

Kasus : . SMF KULIT KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA

Nama NIM

: Ivan Dwi Pramudita Sunardi : 11-2012-206

Tanda Tangan

Pembimbing : dr. S. Basuki, SpKK.

A. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Umur Alamat Pekerjaan Status pernikahan : An. KA : Perempuan : 1 tahun 7 bulan : Jl. Kelapa Duri No.3 007/008 Cideng :: Belum Menikah

B. ANAMNESA Alloanamnesis, dilakukan tanggal 22 April 2014

Keluhan utama

: Bercak merah pada atas kemaluan, lipat paha dan bokong sejak 7 hari yang lalu

Keluhan tambahan : -

Riwayat perjalanan penyakit : 7 hari sebelum, terdapat bercak merah pada atas kemaluan, lipat paha dan bokong pasien. Bercak tersebut bewarna merah terang dan agak basah. Bercak yang ada semakin membesar. Semula, bercak hanya di sekitar kemaluan, tapi menjadi lebar hingga menutupi bokong pasien. Adanya gatal disangkal oleh ibu pasien. Ibu pasien mengaku mengganti pampers pasien 1-3 kali sehari, dan menyeka kemaluan dan bokong pasien setiap kali mengganti pampers.

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat alergi dalam keluarga (-) Tidak ada yang menderita penyakit diabetes, ginjal, maupun autoimun pada keluarga Tidak ada yang menderita keluhan yang sama seperti ini di rumah

C. STATUS GENERALIS Keadaan umum Kesadaran Tanda vital Tekanan darah Denyut nadi Suhu Pernapasan : baik : compos mentis : : : : 360 C : 35 x/menit

Berat badan Tinggi badan Kepala dan leher Rambut Mata THT Mulut Leher Thoraks Paru-paru Jantung Abdomen Ekstremitas

: 9 Kg : : : hitam, lurus, distribusi merata : isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : tidak ada kelainan : mukosa lembab, lidah tidak ada kelainan : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau getah bening : : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/: BJ I-II reguler murni : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

D. STATUS DERMATOLOGIS / VENEROLOGIS

Keterangan : Lokasi Distribusi Bentuk Ukuran Batas : Regio atas kemaluan, lipat paha, dan bokong : bilateral asimetris : Korimbiformis : miliar - plakat : tegas

Effloresensi : papul, plak eritrem

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ANJURAN Kerokan KOH

F. RESUME Seorang pasien anak perempuan, umur 1 tahun 7 bulan datang dengan keluhan bercak merah pada atas kemaluan, lipat paha, dan bokong sejak 7 hari yang lalu. Semula hanya bercak kecil, tetapi semakin membesar. Lesi yang ada merah terang dan sedikit basah. Gatal disangkal oleh orang tua pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan papul, plak eritrema pada regio kemaluan, lipat paha dan bokong, berbatas tegas, korimbiformis dengan ukuran miliar-plakat.

G. DIAGNOSIS Diagnosis kerja : Diaper rash Diagnosis banding : Eritrasma Dermatitis kontak

H. PENATALAKSANAAN

Non medikametosa : Menghindari suasana lembab. Mengganti pampers 4-6 kali sehari Membilas dan menyeka bagian kemaluan, lipat paha, dan bokong sehabis mengganti pampers

Medikamentosa :

R/ Ketokenazole cream 2% tb no I Sue

I. KOMPLIKASI (-)

J. PROGNOSIS Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam Ad kosmetikum : ad bonam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

Pembahasan

DEFINISI Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur dari genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis profunda dan kandidosis superfisial. Nama lain kandidosis kutis adalah superficial kandidosis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis intertriginosa. Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi dan generalisata. Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan kulit. Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.

ETIOLOGI Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae.

EPIDEMIOLOGI Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut, traktus gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan diameter 2-6 um. Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast. Jumlah koloni sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti rumah sakit dan kemoterapi. Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus). Pada vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies kandida komensal oral berkisar pada 30 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat. Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis pada 46 lakilaki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang spesifik, 63 % dengan kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan ekzema, dan 11 % dengan psoriasis. Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73 % dirawat setelah 8 minggu setelah terapi. Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr. J.M.

Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah positif, 63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki. Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari 72.660 pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi klinis kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper kandidiasis tercatat 102 kasus. Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus. Kerokan kulit diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di sabaoruds agar. Insiden tersering adalah intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan paronikia (17). Sedangkan jamur yang diisolasi didapatkan Candida albicans (136 kasus), Candida tropicalis (12 kasus), dan Candida guillermondi (2 kasus). Dan diabetes mellitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang pasien.

PATOGENESIS Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam tubuh. Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus. Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval. Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan penurunan imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi menjadi patogenik dan memproduksi spora yang banyak pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding septa. Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan kulit (stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara horizontal di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis ditemukan lesi merah, halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang berbatas tegas. Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi terkumpul sebagai sisik dan sel inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy material. Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor protease. kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan paling penting untuk memproduksi hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal dengan flora endogen akan menyebabkan penghambatan mikroflora endogen, kebutuhan

lingkungan yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda dari pertumbuhan kandida. Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun terakhir, mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised. Secara spesifik, tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi peningkatan angka kesakitan dan kematian. Meskpin infeksi kandidiasis superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi menyebabkan kematian pada populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat menyerang kulit dengan folikel rambut yang aktif atau istirahat. Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang jelek, dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan dengan agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut memberikan resiko yang tinggi. Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme ini jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum korneum dengan PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal menunjukkan tanda papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang menebal berisi infiltrat limfosit, granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuklear.

FAKTOR PREDISPOSISI 1. Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut 2. Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian 3. Gangguan fungsi imun a. Primer; penyakit kronik granulomatosa b. Sekunder; leukemia, terapi kortikosteroid 4. Kemoterapi a. Imunosupresif b. Antibiotik 5. Penyakit endokrin; diabetes mellitus 6. Karsinoma 7. Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku.

GEJALA KLINIS Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat hebat. Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin meluas, makula atau papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil yang kemudian menjadi lebih besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit, genital, bokong, di bawah payudara, atau di daerah kulit yang lain. Infeksi folikel rambut (folikulitis) mungkin seperti pimple like appearance. 1. Kandidosis Kutis Lokalisata a. Kandidiasis Intertriginosa Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. Pada orang yang banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah interdigital tangan maupun kaki. Terjadi daerah erosi dan maserasi berwarna keputihan di tengahnya. Disini juga terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya. Kondisi ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang bisa menimbulkan nyeri. Kandidosis intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun kaki dapat diikuti dengan paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang sama.

b. Kandidosis Perianal Kandidosis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus yang banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidosis popok atau diaper rash. Hal ini terjadi karena popok yang basah oleh air kencing tidak segera diganti, sehingga menyebabkan iritasi kulit genital dan sekitar anus. Penyakit ini juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan, merupakan tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa dasar merah dan pustule satelit.1,14 Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus ani. Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan lotion yang mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi klotrimazol yang merupakan obat anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak cukup untuk mengendalikan infeksi jamur yang terjadi. Komponen kortison dapat mengubah gambaran klinis dan memperpanjang

penyakit. Bentuk nodular granulomatosis kandidosis di daerah popok, muncul sebagai kusam, eritem, dan nodul dengan bentuk yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang eritem merupakan reaksi biasa untuk organisme Candida atau infeksi Candida yang disebabkan oleh steroid. Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di daerah popok, tetapi kasus ini sering ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi organism dan mengobati infeksi dengan tepat.

2. Kandidosis Kutis Generalisata Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik sehingga daya tahan tubuh bayi tersebut rendah. Pada bayi baru lahir yang menderita kandidosis kutis generalisata, dengan vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau beberapa jam setelah lahir. Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 24 jam.

3. Paronikia dan Onikomikosis Paronikia dan onikomikosis adalah peradangan kuku dan bantalan kuku. Paronikia dapat bersifat akut dan kronis. Paronikia akut disebabkan oleh bakteri, sedangkan paronikia kronis disebabkan oleh Candida sebagai pathogen tunggal atau ditemukan bersamaan bersama dengan bakteri lain seperti Proteus atau Pseudomonas sp. Ini merupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan matriks kuku.15 Hal ini terutama terjadi pada orang- orang yang tangannya sering terendam dalam air1 seperti pada ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah makan, penggemar tanaman, dan pegawai ikan. Pemakaian alat pencuci piring mekanis yang semakin meluas mungkin berhubungan dengan penurunan insidensi kelainan ini. Gambaran klinis berupa eritema pada lipatan kuku proksimal (boilstering),17 pembengkakan tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadangkadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat, tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium1, dan hilangnya kutikula.17 Hal ini sering berhubungan dengan terjadinya distrofi kuku. Candida albicans mempunyai peran patogenik, tetapi bakteri mungkin juga ikut menyertainya. Tidak adanya kutikula memungkinkan masuknya bahan-

bahan iritan seperti detergen ke daerah di bawah kukuku proksimal, dan hal ini turut menyebabkan proses peradangan. Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul cepat, rasa sakit yang hebat, dan banyak nanah hijau. Penekanan pada lipatan kuku yang bengakak pada paronikia kronis bias mengeluarkan butiran-butiran kecil nanah yang berbentuk seperti krim susu dari bawah lipatan kuku, tetapi hanya itu saja yang terjadi.

4. Kandidosis Granulomatosa Kelainan ini jarang dijumpai. HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahwa penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama jika ada faktor resiko yang menyertai. Kerokan kulit dapat menunjukkan bentuk jamur yang mendukung candida. Bahan-bahan klinis yang dapat digunakan untuk pemeriksaan adalah kerokan kulit, urin, bersihan sputum dan bronkus, cairan serebrospinal, cairan pleura dan darah, dan biopsi jaringan dari organ-organ visceral. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : 1. Pemeriksaan langsung Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk mendiagnosis, tapi tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain. 14 Pemeriksaan dengan kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% 1,15 akan memperlihatkan elemen candida berupa sel ragi, balastospora 1, peudohifa atau hifa bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat menetukan identifikasi etiologi secara spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan biakan. Hasil negative tidak selalu bukan disebabkan oleh Candida. Pemeriksaan langsung mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 89,4% dan 83,90%. Pewarnaan gram juga dapat digunakan dan akan memberikan hasil yang sama dengan yang diperlihatkan pada pemeriksaan KOH 10%. 2. Pemeriksaan Biakan

Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis infeksi Candida. Sabouraud Dextrose Agar (SDA)merupakan media standar yang banyak digunakan untuk pemeriksaan jamur.1 Media ini mengandung 10 gr pepton, 40 gr glukosa, dan 10 gr agar, serta ditambahkan 1000 ml air. Penambahan antibiotika pada SDA digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar yaitu 25-270 C dan diamati secara berkala untuk melihat pertumbuhan koloni.1 Koloni berwarna putih sampai kecoklatan, basah, atau mukoid dengan permukaan halus dan dapat berkerut. Hasil biakan dianggap negative bila tidak ditemukan pertumbuhan koloni dalam waktu empat pecan. 3.Identifikasi Spesies Meskipun gambaran klinis sulit dibedakan penentuan etiologi spesisik Candida sampai ke tingkat spesies berguna untuk menentukan terapi dan prognosis. Adapun cara mengidentifikasi Candida sp.dapat dilakukan dengan cara tradisional dan komersil.

a. Germ Tube Test Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan indentifikasi spesies C. albicans. Pemeriksaan ini menggunakan media yang mengandung serum dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 2 jam. Bila terdapat pertumbuhan germ tube atau sprout mycelium,berarti spesies tersebut adalah C. albicans. Pertumbuhan Germ tube dikenal sebagai Fenomena Reynols-Braude. b. Penilaian Klamidospora Penilaian Klamidospora menggunakan media commeal agar dengan Tween 890. Morfologi koloni Candida sp. dibedakan berdasarkan susunan blastospora dan gambaran morfologi pseudohifa. Umumnya hanya C. albicans yang menghasilkan klamidiospora. c. Uji Asimilasi dan Fermentasi Identifikasi Candida sp. dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan ragi untuk mengasimilasi dan fermentasi karbohidrat yang berbeda utuk setiap spesies. Candida albicans dapat mengasimilasi dan memfermentasi glukosa, galaktosa, maltose, dan sukrosa. d. CHROM agar candida

CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif untuk mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, dan C. krusei dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni dan warna yang ditimbulkan oleh masing-masing koloni. Media ini mengandung 10 gr pepton, 20 gr glukosa, 0,5 gr kloramfenikol, 15 gr agar dan 2 gr chromogenic mix. Chromogenic mix merupakan bahan yang menyebabkan perubahan warna koloni pada Candida sp. 4. Serologi Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk mendeteksi adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes immunodifusi yang lebih sensitive seperti counter immunoelectrophoresis (CIE), enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), and radioimmunoassay (RIA). Produksi empat atau lebih garis precipitin dengan tes CIE telah menunjukkan diagnosis kandidiasis pada pasien yang terpredisposisi. 5. Pemeriksaan histologi Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic acid-schiff (PAS) menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang menunjukkan kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea.

6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan.

DIAGNOSIS BANDING 1. Kandidosis lokalisata dengan: a. Dermatitis kontak Pasien mempunyai riwayat konstipasi kronik dan biasa menggunakan obat rangsang defekasi. Selama 7 bulan disertai dengan pruritus ani tapi baru-baru ini berkembang menjadi erupsi yang menyeluruh, tidak berespon terhadap glukokortikoid dan terapi cahaya. Daerah ekskoriasi yang banyak mengindikasikan gatal yang hebat. Lesi terutama mengenai daerah sekitar anus, tanpa diketahui penyebabnya, bagian tubuh bawah, bokong, dan dareah genital. Dermatitisnya berhenti saat obat rangsang dihentikan dan dia melakukan diet bebas balsem. Pemeriksaan kolonoskopi menunjukkan iritasi minimal pada kolon sigmoid dan rektum yang sesuai dengan spastic colitis.4

b. Erythrasma Infeksi bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium minutissisum. Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-coklatan. Tidak terlihat adanya lesi satelit. Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipatan paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita yang gemuk. Pada pemeriksaan lampu Wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral red). c.Dermatitis Intertriginosa Lesi kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah. Tidak ditemukan lesi satelit. Penderita juga mengeluh gatal.1 d.Dermatofitosis (tinea)

2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium Pada tinea unguium kuku sudah tampak rapuh pada bagian distal pada bentuk subungual distal dan tampak rapuh pada bagian proksimal pada bentuk subungual proksimal. Biasanya penderita tinea unguium mempunyai dermatofitosis ditempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan.

PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan predisposisi. Terapi topical: Larutan ungu gentian: - 0,5 % untuk selaput lendir - 1-2% untuk kulit dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari. Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi. Golongan azol krim atau bedak mikonazol 2% bedak, larutan dan krim klotrimazol 1% krim tiokonazol 1% krim bufonazol 1% krim isokonazol 1% terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor

krim siklopiroksolamin 1% Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.

Terapi sistemik: Nistatin tablet untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus. Amfoterisin B Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik. Kotrimazol Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal. Itrakonazol diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa 2x100 mg sehari, selama 3 hari. Penggunaan obat anti jamur yang standard hanya flukonazol, itrakonazol, dan flucytosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur golongan azol terbaru antara lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole. Amorolfine biasa digunakan karena efektifitasnya sebagai terapi topikal pada kandidiasis superficial yang disebabkan oleh jamur dan dermatofitosis dan afinitasnya yang tinggi terhadap stratum korneum dan kuku. Obat anti jamur imidazol, clotrimazol, mikonazol, econazol, oxiconazol, dan bifonazol digunakan secara luas sebagai pengobatan topikal dermatofitosis. Beberapa tahun terakhir, imidazol (lanakonazol) dan tiga kelas anti jamur gabungan benzylamine (butenafine), alylamine (terbinafine), dan morfin (amorolfine), telah berhasil dikembangkan dan diperkenalkan dalam penggunaan di klinik. Obat-obat terbaru ini lebih aktif daripada imidazol sebelumnya untuk melawan dermatofitosis secara in vitro dan in vivo dermatofitosis pada babi sebagai binatang percobaan.

KOMPLIKASI Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain : 1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit

2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku 3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang immunocompromised.

Kandidiasis Diseminata Papul eritematosa dengan tengah yang pucat terdapat pada lengan laki-laki 13 tahun dengan neutropenia dan ewings sarcoma. Kultur darah tumbuh candida parapsilos dan candida Lusitania. Lesi tersebut tersebar dan terhitung ratusan. Pasien menunjukkan gejala lesi kulit yang disertai dengan nyeri otot dan nyeri mata. Pustul adalah tanda kutaneus dari kandidiasis diseminata pada pasien dengan leukositosis. Adanya neutrofil dalam sirkulasi, pustule tidak tampak pada kulit, karena jumlah sel darah putih menutupinya, lesi mungkin menjadi pustular yang menetap.

X. PENCEGAHAN Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandida, yakni dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan kontrol gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi tersebut.

K. PROGNOSIS Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi.

Anda mungkin juga menyukai