Anda di halaman 1dari 5

2002 digitized by USU digital library

7
Ianya selalu terbang
Pergi pagi pulangnya petang
Tapi percayalah datuk dan hadirin sekalian
Ianya bukan si kumbang jalan
Dan bukan pula dagang terbuang
Ianya mempunyai tempat dan sarang
Tapi lain pula keadaannya sekarang
Hal-hal yang lalu banyak berkurang
Kini ianya lebih banyak berdiam di sarang
Hati kami ini susah dan bimbang
Tidurnya tak nyenyak
Makan tak kenyang
Melihat ianya demikian
Hati kami menjadi bimbang
Kemudian kami tanyakan pada kumbang kami tersebut. Wahai kumbang
mengapa Engkau susah dan selalu gelisah. Ia menjawab dengan tersipu-sipu dan
berusahalah kami membawa kumbang kami tersebut untuk berobat dan melihat
penyakit anak kami tersebut. Tetapi seperti kata pantun :
Bukan dokter tak handalan
Bukan dukun tak mujarab
Kepada nujan pak Belalang sudah kami tanyakan
Kiranya sekuntum bungalah yang menjadi penyebab
Kumbang pernah melintas di tanam
Terlihat mekarnya kuntum melati
Terpaut wajah jadi impian
Selalu terbawa di dalam mimpi
Tidak ubahnya :
Dentam dentum bunyi rabbana
Badan kurus jiwa merana
Berari sudah kena panah asmara
Makan tak kenyang tidur pun tak lena
Kami datang hendak menyatakan maksud
Hati dari kumbang kami tersebut
Kiranya kami ndak salah bertanya
Tak salah ataupun sumbang
Apakah bunga yang dirumahnya ini
Sudah ada kumbang lain yang menyerinya ?
Selanjutnya terjadi tanya jawab antara juru bicara kedua belah pihak
keluarga untuk mengetahui siapa yang menjadi idaman pemuda yang meminang
tersebut. Tanya jawab antara juru bicara kedua belah pihak keluarga dengan
berpantun seperti berikut ini :
Sungguh tuan hamba orang jauhari
Pandai berkias pandai berperi
Dari jauh datang kemari
Kiranya ada yang hendak dicari
Haluan menuju pulau Labuhan Pasang kajang di waktu pagi
Walaupun kami tak pegang pedoman




2002 digitized by USU digital library
8
Jarang sesat kami kemari
Sungguh ada bunga di taman
Sudah ditilik dengan teliti
Mana yang menjadi idaman
Mawar merah atau melati
Sebelum tuan melangkah maju
Inginlah kami memberi tahu
Bunga di tanam bukanlah satu
Ada bunga mawar, melati dan bunga labu
Bunga mawar
Orang pintar, sukar berkelakar
Sangat disesalkan sudah ada yang melamar
Nun jauh dari Madaskar
Bunga melati
Orangnya rapi, pandai pula menggaji
Sifatnya penggeli
Tapi ianya nenek kami, hendak ?
Bunga kami yang ketiga adalah bunga labu
Sungguh cantik tidak berbau
Orang pemalu, tapi taat kepada ayah ibu
Cuma ia suka pula makan kue putu
Biarpun semerbak wangi si bunga mawar
Dan melati emnjadi bunga pujian
Seandainya layu gugur terbuang
Tak meninggal kesan
Cantik-cantik si bunga labu
Walaupun cantik tak berbau
Tidak kami bimbang dan ragu
Karena ianyalah kami ndak tuju
Kemudian juru bicara pihak keluarga laki-laki menyerahkan tepak perisik
kepada juru bicara pihak keluarga perempuan sebagai tanda anak gadis yang
dimaksud memang berada di rumah ahli bait.
Makna pantun yang terdapat di dalam acara merisik tersebut, bahwasanya
menurut adat istiadat masyarakat Melayu Deli meminang anak menunjukkan betapa
tingginya martabat seorang wanita. Dalam tata cara adat meminang yang pertama
dilaksanakan adalah merisik, yakni menanyakan tentang siapa nama dan dari mana
asal usulnya pemuda yang meminang dan siapa pula nama anak gadis ahli bait yang
diinginkannya. Anak gadis yang akan dipinang si pemuda dalam acara merisik
diibaratkan sebagai bunga labu jika gugur akan menghasilkan buah berbeda dengan
bunga mawar dan melati apabila mekar terlihat indah tetapi setelah gugur tidak
bersemi lagi.
Setelah acara merisik selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara
peminangan. Acara peminangan ini tidak sesulit seperti acara merisik. Meskipun
demikian tepak sirih memingan disorongkan sambil berklata seperti berikut ini :
Sungguh tuan hamba berlapang dada
Pucuk dicinta ulam yang tiba
Yang dicinta sudah berada




2002 digitized by USU digital library
9
Yang menanti sudah bersedia
Kami disambut dengan gembira
Disambut pula dengan adat dan lembaga
Dihadiri sanak famili dan keluarga
Kami ini bukalah Belanda meminta
Diberi sejengkal ingin sehata
Buka pula kami menghasak antara
Tujuan kami
Sekali melangkah dayung
Dua tiga pulau terjangkau
Sekali emmbuka pura
Dua tiga hutang terbayar
Dayung sudah diranghah
Teluk dan lubuk sudah dilampaui
Tanjung dan rantau sudah dihanyuti
Biduk menggilir tangkahan menanti
Tali terurai baik diikat
Tempat bertambat
Semoga selamat naik ke darat
Nah Datuk, hendak meminanglah kami ini
Kapak pinang tolong rebahkan
betik ranun tengah halaman
Tepak meminang kami persembahkan
Ingin memetik bunga di taman
Sebelum tepak meminang diterima dan dimakan oleh juru bicara pihak
perempuan terlebih dahulu ia meminta bintara sabda kanan dan kiranya untuk
membawa tepak yang diajukan juru bicara pihak laki-laki kepada orang tua atau wali
anak gadis yang dipinang untuk mengadakan musyawarah apakah pinangan
tersebut diterima atau tidak. Juru bicara pihak laki-laki diminta menunggu keputusan
musyawarah tersebut. Permintaan ini disampaikan dengan berpantun. Seperti
pantun berikut ini:
Telangkai datang kami terima
Sejak dahulu kami mufakat
Andai ada kata bersama
Sanak famili kaum kerabat
Baru pinangan kita buat.
Setelah bintara sabda yang diutus telah membawa kembali tepak meminang
dari juru bicara pihak laki-laki dan mengatakan bahwa pinangan diterima apabila
sanggup memenuhi syarat-syarat adat yang diajukan. Hal ini disampaikan kepada
juru bicara pihak laki-laki dengan berpantun.
Seperti pantun berikut ini :
Bulat kata dek pakat
Bulat air dek pembuluh
Sanak famili kaum kerabat
Seorangpun tak ada yang mengeluh




2002 digitized by USU digital library
10
Kalau hendak memakan betik
Kupas kulit buang biji
Kalau bunga kami hendak dipetik
Penuhi syarat patuhi janji
Jika pinangan hendak dibuat
inginlah kami mengajukan syarat
Seumpama beban dapat diangkat
Apalagi doa famili kaum kerabat
Pakai saja sila keempat kata musyawarah serta mufakat
Walaupun liar dapat diikat
Kemudian disebutkan syarat-syarat adat yang diminta pihak keluarga
perempuan yakni : mahar atau mas kawin, perlengkapan kamar, pakaian
seperssalinan, uang kasih sayang, kelengkapan kalau ada yang dilengkapi.
Apabila pihak laki-laki mengatakan sanggup memenuhi syarat-syarat adat
yang diminta, selanjutnya diadakan acara tukar tepak antara kedua belah pihak
kelaurga sebagai tanda pinangan pihak laki-laki diterima.
Maka pantun yang terdapat di dalam acara peminangan adalah pihak laki-
laki mengatakan ingin melamar anak gadis yang berada di rumah ahli bait dan
pinangan tersebut diterima apabila pihak laki-laki dapat memenuhi syarat-syarat
adat yang diajukan oleh pihak perempuan. Syarat-syarat adat yang diajukan
tersebut tidaklah berat karena dapat dimusyawarahkan untuk mencari jalan terbaik.
Hal ini menunjukkan masyarkat Melayu Deli memutuskan segala sesuatu dengan
musyawarah dan mufakat.
Setelah selesai acara peminangan, acara selanjutnya yakni ikat janji
dilaksanakan untuk membicarakan tentang pelunasan syarat-syarat adat yang
diminta oleh pihak keluarga perempuan sebagai tanda bertunangan. Juga
membicarakan tentang hari pernikahan dan peresmian. Pada acara ini juru bicara
pihak laki-laki memberikan tepak naik emas, cincin tanda bertunangan dan sebagian
syarat-syarat yang diminta pihak perempuan dalam acara peminangan. Sambil
mengucapkan pantun seperti berikut ini:
Tepak emas persembahan kami
Sebagai tanda cincin diberi
Bila masanya kami kemari
Kalaupun hutang kami lunasi
Kalaupun janji kami tetapi
Selesai menyerahkan tepak naik emas, cincin tanda bertunangan dan
sebagian syarat-syarat yang diminta pihak perempuan, selanjutnya masing-masing
juru bicara dari pihak laki-laki dan pihak perempuan bertukar tepak ikat janji dan
bersalaman sebagai tanda kedua belah pihak keluarga telah terikat dengan suatu
perjanjian dan harus ditepati karena janji yang diucapkan dan diikrarkan pada acara
ikat janji ini menurut adat istiadat Melayu Deli apabila diikrarkan ada saksi dan
hukumannya. Apabila pihak perempuan yag mengingkari janji segala pemberian
pihak laki-laki dikembalikan janji semua yang diberikan kepada pihak perempuan
kepada seluruh hadirin yang hadir pada acara peminangan tersebut tanggal
pernikahan dan peresmian sambil mengucapkan pantun seperti berikut ini :
Jika tidak salah bilangan
Menunggu bulan empat senama
Semoga tidak ada halangan
Datang tuan kami terima

Anda mungkin juga menyukai