Anda di halaman 1dari 5

Presiden terbitkan Perppu kekerasan seksual

terhadap anak
Presiden Joko Widodo telah
menerbitkan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang (Perppu)
kekerasan seksual terhadap anak.
Hukuman tambahan - antara lain
dikebiri - akan diberikan kepada
pelaku tertentu.
"Perpu
ini
Sumber :

Karena itulah, lanjutnya, ruang lingkup


Perpu ini mengatur pemberatan pidana
pidana tambahan dan tindakan lain bagi
pelaku kekerasan terhadap anak dan
pencabulan dengan syarat-syarat
tertentu.

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160525_indonesia_perpu_kekerasan_seksual

dimaksudkan untuk kegentingan yang


diakibatkan terjadinya kekerasan
seksual terhadap anak yang semakin
meningkat secara signifikan," kata Joko
Widodo dalam jumpa pers di Istana
Merdeka, Rabu (25/05) sekitar pukul
16.30 WIB sore.
Perppu nomor 1 tahun 2016 tentang
perubahan kedua atas UU Nomor 2
tahun 2002 tentang perlindungan anak
ditandatangani presiden menyusul
sejumlah kasus tindakan kekerasan
seksual terhadap anak-anak belakangan
ini.
Menurut Presiden, kejahatan seksual
terhadap anak merupakan ancaman dan
membahayakan jiwa anak, sekaligus
telah mengganggu rasa kenyamanan
ketentraman keamanan dan ketertiban
masyarakat.
"Maka kita lakukan penanganan dengan
cara-cara yang luar biasa pula," tegas
Presiden.

Pemberatan pidana itu, lanjut Jokowi,


berupa penambahan sepertiga ancaman
pidana, pidana mati, seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 10 tahun
dan paling lama 20 tahun.
Adapun pidana tambahan, masih kata
Presiden, "yaitu pengumuman identitas
pelaku, tindakan berupa kebiri kimia dan
pemasangan alat deteksi elektronik".
Menurut Presiden, penambahan pasal
tersebut akan memberi ruang kepada
hakim untuk memberi hukuman seberatberatnya dan menimbulkan efek jera
kepada pelaku.

Berharap DPR
sepakat
Lebih lanjut Menteri Hukum dan HAM
Yassona Laoly mengatakan pemerintah
mengharapkan agar DPR mendukung
penerbitan perppu ini.
"Ini (sudah) berlaku, tapi akan nanti
dikirimkan Presiden ke DPR untuk

disahkan. Kita berharap teman-teman di


DPR sepakat dengan Presiden, agar
perppu ini dijadikan UU," kata Menteri
Hukum dan HAM Yassona Laoly dalam
keterangan pers di Istana Merdeka,
Jakarta, Rabu sore.
Terkait hukuman tambahan kepada
pelaku kekerasan seksual, lanjutnya,
tergantung sejauhmana majelis hakim
melihat fakta-fakta yang terungkap di
persidangan.
"Dan (Hukuman tambahan) itu diberikan
kepada pelaku yang berulang, pelaku
beramai-ramai, paedofil kepada anak,"
jelasnya

Ditanya apakah beberapa hukuman


tambahan itu bisa dikenakan secara
bersama kepada seorang pelaku,
Yassona mengatakan: "Boleh duaduanya, boleh kebiri saja, boleh alat
deteksi alat elektronik, termasuk
(hukuman tambahan dengan)
pengumuman yang bersangkutan
secara publik untuk hukuman
sosialnya".
Yassona lebih lanjut mengatakan Perppu
ini tidak akan berlaku surut.

Memasuki Ramadan, harga daging sapi 'masih


bergejolak'
Heyder Affan
Wartawan BBC Indonesia
Gejolak harga daging sapi belum teratasi,
walaupun pemerintah pada awal Juni telah
memutuskan untuk mengimpor daging sapi
dari Australia.
Keinginan Presiden Joko Widodo agar harga
daging sapi turun menjadi sekitar Rp80 ribu per
kilogram setelah keran impor dibuka, masih belum
membuahkan hasil.
Sampai hari Minggu (05/06), harga daging sapi di
sejumlah daerah masih tinggi yaitu sekitar Rp120
ribu per kilogram.
Berbagai usulan dimunculkan berbagai pihak
untuk menstabilkan harga daging sapi, tetapi
Presiden Joko Widodo meyakini harga daging sapi
mulai stabil pada pekan kedua Ramadan setelah
daging impor itu didistribusikan.
Sementara, harga sejumlah bahan pangan lainnya,
seperti beras, bawang merah, gula, masih terus
bergejolak, seperti yang terlihat di pasar
Gondangdia, Jakarta pusat, Minggu siang.
"Masih mahal harga daging di dalam pasar, sekitar
Rp120 ribu per kg. Kalau bawang merah Rp27.000
per kg," kata Ibu Edi saat saya temui di depan
pasar.
Dia memilih belanja di kios milik Pasar Jaya yang
tengah menggelar operasi pasar. Ibu berperawakan
kecil ini terlihat sibuk. "Sudah umum seperti ini
tiap tahun," ungkapnya seraya tertawa.
Tangannya membawa minyak goreng, telor dan
satu kilogram beras. Dia dibantu anaknya
kemudian menaikkan bahan kebutuhan pokok ke
motor bebeknya.
"Kemarin belum naik, sekarang udah naik."
Hari beranjak siang dan pasar Gondangdia makin
sepi. Tetapi suara-suara bernada protes masih
terdengar dari dalam pasar. Saya bertemu Ibu Ud.
"Setiap bulan, adaaja naiknya," katanya agak
bersungut.

Minggu kedua Ramadan


Rabu (01/06) lalu, pemerintah melalui Perum
Bulog mulai mengimpor bahan kebutuhan pokok,
terutama daging sapi, agar harga daging sapi yang
masih tinggi dapat turun.
Impor bahan kebutuhan pokok merupakan
kebijakan pemerintah untuk menstabilkan stok dan
harga dalam jangka pendek.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Thomas
Lembong mengatakan, pihaknya juga memberi
izin impor daging sapi kepada pihak swasta.
"Sejauh ini 'kan (yang mengimpor) BUMN, tapi
kami membuka sekarang, swasta boleh
mengimpor. Hingga 20.000 ton beberapa minggu
ini, termasuk impor oleh swasta," kata Thomas
seraya menambahkan impor ini dilakukan secara
bertahap.
Saat berada di Yogyakarta, Senin (23/05), Presiden
Joko Widodo menyatakan telah memerintahkan
sejumlah menterinya agar berupaya menurunkan
harga daging sapi menjelang Lebaran.
Dia lantas mematok harga daging sapi harus turun
hingga di bawah Rp80.0000 per kilogram sebelum
Lebaran tiba. Ketika Presiden melontarkan
pernyataan ini, harga daging sapi di sejumlah pasar
domestik sudah ada yang mencapai Rp120.000
hingga Rp130.000 per kilogram.
Kepada wartawan, Selasa (31/05), Presiden Jokowi
mengatakan daging sapi impor sedang dalam
proses pengiriman. Dia mengharapkan daging
impor tersebut sudah tiba pada pekan pertama
bulan Ramadhan.
"Dan bisa distribusikan. Nanti dilihat minggu
kedua Ramadan," kata Jokowi.

Suara pedagang daging


sapi
Harapan Jokowi keputusan impor daging sapi bisa
menstabilkan harga daging, memang belum terlihat
dampaknya. Hari Minggu (05/06), saya menemui
penjual daging sapi di Pasar Gondangdia, Jakarta.
Haji Uyung, begitu dia mengenalkan diri. "Harga
daging di sini stabil Rp120 ribu per kg sampai hari
ini," ungkapnya.
Dia mengaku sudah mendengar keinginan Presiden
Jokowi agar daging sapi turun menjadi sekitar
Rp80.000 per kg. Dia terus-terang menolaknya.
"Janganlah, terlalu rendah. Standarnya itu Rp120
ribu," akunya.
Suara Haji Uyung ini, rupanya, sudah bergaung ke
mana-mana. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa,
PKB, Daniel Johan, termasuk yang meragukan
kemampuan pemerintah menurunkan harga daging
sapi hingga sekitar Rp80.000.
"Kalau dipaksakan peternak menurunkan harga
daging sapi, itu sama saja mematikan para
peternak," tandasnya.
Senada dengan Daniel, Asnawi, Ketua Asosiasi
Pedagang Daging Indonesia, APDI, mengatakan,
target menstabilkan harga daging sapi di kisaran
Rp80.000 bakal merugikan pedagang daging sapi.
"Artinya, kerugian yang ditanggung pedagang itu
sekitar Rp33.000. Nah, kalau pemerintah mau
mensubsidi per kg Rp33.000, itu sangat mungkin.
Artinya, harga itu berada di posisi Rp80.000."

Sumber :

Penimbunan, penggelapan
Di sinilah, pengamat ekonomi dari Universitas
Gajah Mada, Dr Revrisond Baswir, kemudian
bersuara. Dia mengatakan pemerintah masih
terkendala masalah dalam upaya mempengaruhi
penetapan harga kebutuhan pokok.
"Mestinya pemerintah tetap memiliki informasi
cukup lengkap, sehingga kemudian mempunyai
kemampuan untuk mengawasi, apakah penetapan
harga itu mengandung unsur persaingan usaha
tidak sehat, penggelapan, penimbunan, yang
akhirnya merugikan masyarakat," kata Revrisond
kepada BBC Indonesia, Minggu (05/06).
Terlepas dari dugana permainan harga pasar,
Revrisond menilai keinginan Presiden agar harga
daging kembali stabil sebelum Lebaran,
merupakan bukti dia memiliki komitmen bahwa
masalah ini harus selesai dalam waktu cepat.
"Sekarang kita lihat sejauh mana birokrasi
pemerintah, yang terkait persoalan pengendalian
harga, entah berkait dengan kementerian, Bulog,
atau BUMN tertentu, itu benar-benar bekerja untuk
memenuhi perintah presiden," kata Revrisond.
Di tempat terpisah, Ketua Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, KPPU, Syarkawi Rauf
mengatakan, keputusan impor daging sapi harus
dikelola dengan maksimal sehingga tujuan
pemerintah menstabilkan harga daging sapi dapat
tercapai.
"Nah untuk bisa seperti itu, memang data base itu
penting. Jadi data base untuk kebutuhan sapi kita
di setiap provinsi harus jelas, kemudian data antara
kementerian pertanian dan kementerian ekonomi,
kemudian BPS ini benar-benar harus sinkron," kata
Syarkawi.

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160605_indonesia_hargapangan_ramadan

Anda mungkin juga menyukai