Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN MINERALOGI PEMBENTUK BATUAN

No. Sampel : Sinabung-2


Nama Batuan : Andesit (Bowen, 1922)

1. Deskripsi mikroskopis

Sayatan Batuan Andesit hipokristalin, profiritik, tersusun oleh fenokris (47%) yang terdiri dari plagioklas,
piroksen, hornblenda, dan mineral opak, subhedral, yang tertanam dalam masadasar (53%) yang terdiri dari
gelas volkanik, mikrolit plagioklas, mineral opak, dan kristal halus piroksen. Tekstur khas yang hadir adalah
ofitik, subofitik, poikilitik, vitrofirik, dan intersertal.

Deskripsi Mineral :

Plagioklas (35%), sebagai fenokris (30%), subhedral, komposisi Andesin-Labradorit (An44-An68), sebagai
masadasar (5%) berbentuk mikrolit yang menyebar merata.

Piroksen (15%), terdiri dari fenokris (14%) klinopiroksen dan ortopiroksen, subhedral, sebagai masadasar
(1%).

Hornblenda (2%), sebagai fenokris, subhedral.

Mineral opak (2%), sebagai fenokris (1%) dan sebagai masadasar (1%).

Gelas volkanik (46%), sebagai masadasar.

2. Komposisi Plagioklas

Dengan menggunakan metode Michel-Levy didapatkan bahwa sayatan Sinabung-2 terdiri dari plagioklas
dengan An44 (Andesin) hingga An68 (Labradorit).

3. Tekstur Mikro Plagioklas

Persentase kehadiran tekstur mikro pada fenokris (30%) sayatan Sinabung-2.

%
Tekstur Mikro
Kehadiran
Fine-scale oscillatory zoning 38
Fine-sieve 34
Glomerocryst 12
Coarse-sieve 9
Broken crystal 4
Synneusis 3

Persentase kehadiran mikolit sebagai masa dasar adalah 5%.


Gambar Tekstur Mikro Plagioklas Sinabung-2

Fine-scale oscillatory zoning Fine-sieve Coarse-sieve

Glomerocryst Synneusis Broken crystal

Mikrolit

4. Analisis

Sayatan Sinabung-2 dengan litologi andesit tersusun oleh fenokris plagioklas, piroksen, hornblenda, dan
mineral opak, subhedral, yang tertanam dalam masadasar gelas volkanik, mikrolit plagioklas, mineral opak,
dan kristal halus piroksen.

Kehadiran tekstur mikro yang dominan pada sayatan ini adalah, fine oscillatory zoning, fine-sieve,
glomerocryst, dan coarse-sieve. Kehadiran tekstur mikro plagioklas pada sayatan ini mencerminkan proses
magmatik yang dominan pada magma tersebut yakni proses konveksi yang dicirikan oleh kehadiran tekstur
mikro plagioklas berupa fine oscillatory zoning dan synneusis.

Selain itu, proses dekompresi terjadi pada saat magma tak jenuh air naik dengan kecepatan yang cepat.
Tekanan (H2O) dari sistem meningkat dan mengurangi stabilitas dari plagioklas sehingga menyebabkan
disolusi/peleburan. Peristiwa ini dicirikan oleh hadirnya tekstur sieve pada plagioklas. Kehadiran tekstur
mikro fine-sieve mengindikasikan adanya pemanasan oleh magma yang lebih primitif (basaltik) sehingga
disolusi dapat terjadi.

Terdapat pula tekstur mikro glomerocrysts, yaitu agregat dari dua atau lebih plagioklas yang terbentuk
ketika kristal mengalami resorpsi sebagian secara spasial. Dalam glomerocrysts terdapat butiran individu
dengan morfologi coarse-sieve yang menunjukkan bahwa sebelum terjadi ikatan, mereka telah mengalami
disolusi sebagian. Disolusi inilah yang menciptakan lapisan batas yang meleleh di sekitar butiran yang
kemudian didinginkan dan mengikat fenokris kristal yang berdekatan.
Masadasar mikrolit pada sampel menunjukkan bahwa lahar telah mengalami pendinginan yang efektif (DT)
(Lofgren, 1974, 1980) atau peningkatan suhu cairan karena exsolution, degassing dan vesikulasi air yang
disebabkan oleh dekompresi magma terkait kejadian selama erupsi (Hammer dan Rutherford, 2002; Martel
dan Schmidt, 2003; Szramek dkk, 2006; Suzuki dkk, 2007; Toramaru dkk, 2008).
Adanya broken crystal mengindikasikan bahwa letusan menyebabkan kirstal tersebut pecah, karena ketika
dekompresi selama erupsi terjadi, vesikula yang kaya akan gas terperangkap pada tekanan tinggi sebagai
inklusi pada fenokris dan mencoba melepaskan diri sehingga terbentuklah morfologi broken crystal (Best
dan Christiansen, 1997; Miwa dan Geshi, 2012). Rendahnya kandungan broken crystal mengindikasikan
bahwa sampel diambil dari endapan aliran lava/ pyroclastic flow deposit (tidak mengalami letusan dengan
intensitas tinggi).

Anda mungkin juga menyukai