Anda di halaman 1dari 16

DIABETES MELITUS

KELOMPOK 14
NATASYA 101311233
DINDA ZHARA HELUQ 101311233027
CLAUDIA NI LUH MERRY M.K 101311233055




S1 ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2013
ABSTRAK
























PENDAHULUAN

Pengetahuan mengenai penyakit diabetes telah diketahui dan ditulis sejak tahun
1550 SM, yaitu dari papirus Mesir kuno yang berhasil dibaca oleh sarjana Ebers dari
Jerman. Beratus-ratus tahun kemudian , orang-orang baru dapat membuktikan bahwa
urine penderita penyakit diabetes mempunyai rasa manis. Gejala lain dari penyakit ini
adalah seringnya buang air kecil dengan jumlah yang banyak.
Diabetes melitus (DM) atau yang juga dikenal dengan penyakit kencing manis
merupakan suatu kelainan metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia) . Keadaan ini disebabkan oleh karena kelenjar pankreas tidak
mampu menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup. Insulin adalah hormon yang
dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi untuk mengendalikan kadar gula dalam darah .
Insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah dengan cara mendistribusikan gula
masuk ke dalam sel-sel dan akan diolah lebih lanjut lagi untuk menjadi energi. Pada
kondisi normal, karbohidrat dicerna menjadi glukosa sehingga kadar glukosa dalam
darah akan meningkat, kemudian merangsang pankreas untuk mengeluarkan insulin.
Insulin akan merangsang otot untuk mengambil glukosa untuk dubah menjadi energi
sehingga kadar gula dalam darah tetap normal. Apabila insulin tidak cukup tersedia
maka akan menyebablkan terganggunya metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila saat berpuasa , ia mempunyai
kadar gula darah melebihi 120mg/dl atau kadar glukosa darah mencapai 140-190 mg/dl
setelah 2 jam berbuka puasa.
Di tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia berjumlah sekitar 8,5 juta orang.
Jumlah tersebut menempati urutan ke empat terbanyak di Asia dan nomor tujuh di
dunia. Dalam keberhasilan penanganan diabetes, apoteker memiliki peranan yang
sangat penting untuk mendampingi, memberi konseling dan bekerja sama dengan
penderita khususnya dalam terapi obat. Selain itu, ahli gizi juga memiliki peran yang
tidak kalah pentingnya dalam penanganan pasien diabetes. Ahli gizi membantu
penderita untuk dapat menyesuaikan pola diet , mencegah dan mengendalikan
komplikasi yang dapat timbul, mencegah dan mengendalikan efek samping obat.
Melalui makalah ini, kami ingin menguraikan pengertian , klasifikasi, faktor
resiko, gejala dan komplikasi diabetes melitus secara umum sehingga kita dapat
mengetahui gejala-gejala awal diabetes dan kita dapat mengambil tindakan lebih awal
untuk dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit yang dapat muncul. Diabetes
juga dapat mengakibatkan komplikasi karena gula darah yang terus menerus tinggi akan
meracuni tubuh termasuk organ-organnya. Komplikasi dapat terjadi di jantung, mata ,
ginjal dan lain-lain. Komplikasi ini yang menyengsarakan penderitanya. Itulah sebabnya
diabetes menjadi penyakit yang ditakuti oleh hampir sebagian orang. Tetapi bahaya atau
resiko tersebut dapat di minimalkan atau di tekan apabila penyakit diabetes diatasi sejak
dini .





















A. FAKTOR RISIKO DIABETES
Mungkinkah saya terkena diabetes? Apakah saya mudah terkena diabetes?
Pertanyaan semacam ini seringkali muncul dalam pemikiran banyak orang, terutama
pada mereka yang sudah mulai berusia 40 tahunan, hidup santai , kurang gerak dan
bertubuh gemuk. Mengenal faktor-faktor risiko timbulnya diabetes adalah suatu
keharusan. Dokter akan membantu membuat diagnosa diabetes sedini mungkin dan
memberi pengobatan sebaik mungkin, dengan demikian komplikasi penyakit akibat
diabetes dapat dicegah.
Beberapa faktor-faktor ini dapat membuat Anda terkena diabetes:
1. Keturunan. Apabila ada anggota keluarga yang terkena diabetes, Anda
juga berisiko menderita diabetes.
2. Usia. Resiko terkena diabetes akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usis, terutama pada seseorang yang berusia di atas 40
tahun.
3. Obesitas dan badan kurang bergerak. Makin banyak lemak yang
menimbun di perut maka insulin semakin sulit bekerja sehingga kadar
gula darah akan mudah naik. Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman
atau IMT > 27 (kg/m2)} IMT atau Indeks Masa Tubuh = Berat Badan
(Kg) dibagi Tinggi Badan (meter) dibagi lagi dengan Tinggi Badan (cm),
misalnya Berat Badan 86kg dan Tinggi Badan 1,75meter, maka IMT =
86/1,75/1,75 = 28 > 27, berarti memiliki Faktor Resiko Dibetes
4. Infeksi. Infeksi virus dapat menyerang pankreas, merusak sel pankreas
dan menimbulkan diabetes.
5. Stres. Stres menyebabkan hormon counterinsulin (yang kerjanya
berlawanan dengan insulin) lebih aktif, glukosa darah akan meningkat.
6. Obat-obatan. Beberapa jenis obat dapat meningkatkan kadar gula darah.
Contohnya adalah hormon steroid, beberapa obat anti hipertensi
(penyekat beta dan diuretik), obat yang menurunkan kolesterol (niacin),
obat tuberkulosa (INH), obat asma (salbutamol dan terbutaline), obat
untuk HIV (pentamidine, protease inhibitors) dan hormon tiroid
(levothyoxine).
Berdasarkan beberapa faktor-faktor tersebut, didapatkan bahwa ada beberapa
faktor-faktor yang memang tidak bisa diubah (usia dan keturunan). Namun, ada juga
beberapa faktor yang bisa kita kendalikan seperti obesitas dan kurang bergeak, stres,
infeksi serta obat-obatan . Bila kita dapat memahami betul apa saja yang bisa
menyebabkan gula darah naik melampaui batas, kita harus dapat mencegah penyakit
diabetes itu muncul pada diri kita, pada keluarga maupun pada masyarakat di
lingkungan sekitar kita.

B. GEJALA PENDERITA DIABETES
Banyak orang yang cemas ketika mengetahui bahwa ia menderita
diabetes, karena selain keluhan dan gejala berjalan perlahan tidak terasakan, juga
gejala bervariasi tergantung organ yang terkena. Tidak sedikit orang yang sakit
diabetes yang ditemukan setelah ia menderita diabetes beberapa tahun lamanya
dan mereka datang kepada dokter setelah mengalami komplikasi. Kepekaan
pada tiap orang berbeda-beda dan mungkin mereka tidak merasakan adanya
perubahan pada dirinya. Keluhan-keluhan seperti rasa capek dan lemah tidak
jarang ditemukan dan kerapkali dianggap sebagai akibat dari kurang tidur,
depresi atau karena usia yang bertambah tua.
Beberapa keluhan utama dari penderita diabetes adalah :
1. Banyak kencing. Ginjal tidak dapat menyerap kelebihan gula yang
ada di dalam darah, gula ini akan menarik air keluar dari jaringan
sehingga menyebabkan seringnya buang air kecil dan penderita juga
merasakan dehidrasi.
2. Rasa haus. Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus akan timbul dan
penderita akan banyak minum . Kesalahan yang di dapatkan adalah
untuk mengatasi rasa haus, banyak penderita atau orang mencari
softdrink yang manis dan segar dan mengakibatkan gula darah
semakin naik dan dapat menimbulkan komplikasi akut yang
berbahaya.
3. Berat badan turun. Sebagai akibat dari dehidrasi dan harus banyak
minum, penderita akan mulai banyak makan. Pada mulanyam berat
badan akan meningkat akan tetapi lama kelamaan otot tidak
mendapat cukup asupan gula untuk tumbuh dan energi, maka berat
badan akan turun meskipun banyak makan.
4. Pandangan kabur. Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan
dari dalam lensa mata sehingga lensa mata menjadi tipis dan mata
mengalami kesulitan untuk memfokus dan penglihatan menjadi
kabur. Penderita sering berganti-ganti ukuran kacamata karena kadar
gula naik turun tidak terkontol dengan baik.
5. Luka yang sukar sembuh. Penyebab dari adanya luka yang sukar
sembuh ini adalah : pertama karena akibat dari infeksi yang hebat ,
kuman atau jamur yang mudah tumbuh pada kondisi gula darah yang
tinggi : yang kedua adalah karena kerusakan pada dinding pembuluh
darah. Aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah
kecil) menghambat penyembuhan luka dan yang ketiga adalah karena
kerusakan saraf, luka yang tidak terasa menyebabkan penderita tidak
memberi perhatian pada luka dan membiarkannya membusuk.
6. Rasa semutan. Kerusakan saraf disebabkan oleh karena glukosa yang
tinggi merusak dinding pembuluh darah yang akan mengganggu
nutrisi pada saraf. Karena yang rusak adalah saraf sensoris, keluhan
yang paling sering muncul adalah rasa semutan pada tangan dan kaki.
7. Mudah terkena infeksi. Leukosit yang biasanya dipakai untuk
melawan infeksi, tidak dapat berfungsi dengan baik pada keadaan
gula darah tinggi.

C. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan penyakit diabetes
melitus berdasarkan perawatan dan simtoma atau gejalanya.
1. Diabetes melitus tipe I, adalah diabetes yang disebabkan karena berhentinya
produksi insulin.
2. Diabetes melitus tipe II, adalah diabetes yang terjadi penurunan kemampuan
insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta.
3. Diabetes gestasional, adalah diabetes yang terjadi saat kehamilan dan akan
pulih setelah melahirkan .

a. Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus , diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes, juvenile
diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans di pankreas. Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes melitus tipe I ini biasanya dimulai pada
masa anak-anak atau masa muda dan berlangsung seumur hidup penderita sehingga
harus dibantu pemasokan insulin dari luar. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi
pada anak-anak daripada dewasa. Biasanya, gejala timbul mendadak dan bisa berat
sampai koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit jumlah
populasinya, sekitar 5%-10% diabetik adalah penderita diabetes tipe I. Sebagian
besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria
untuk klasifikasi.
Dalam perkembangannya sekarang, anak-anak tidak lagi hanya terancam
penyakit diabetes pertama tetapi juga diabetes tipe II. Mengapa? Hal ini disebabkan
karena pola makan yang berubah. Media media banyak menawarkan makanan
yang tidak layak konsumsi . Anak-anak sering mengalami lapar mata daripada lapar
biologis.
Telah disebutkan bahwa diabetes tipe I disebabkan oleh kerusakan sel-sel beta
dalam pankreas yang bertanggung jawab pada sekresi insulin. Banyak pakar medis
yang berteori , bahwa ini didahului oleh penyakit autoimun yang diyakini dipicu
oleh racun atau virus. Serangan virus ini meracuni sistem kekebalan tubuh sehingga
bukannya melindungi tubuh tetapi justru berbalik menyerang pankreas. Sel-sel beta
di pankreas dihancurkan sehingga tidak bisa lagi memproduksi insulin.
Tanda-tanda awal dari diabetes tipe I meliputi :
sering haus dan lapar
penurunan berat badan yang drastis yang tidak dapat dijelaskan dengan
nalar
sering kencing
pandangan buram
kelelahan dan infeksi kronis.
Dalam situasi kritis, diabetes tipe I dapat menyebabkan kejang-kejang, bingung,
pembicaraan terbata-bata, napas bau dan tidak sadar.
Diabetes tipe I hanya dapat dikontrol dengan suntikan insulin dan memonitor
makanan sehari-hari. Para pakar medis banyak yang mengatakan bahwa hingga saat
ini diabetes melitus tipe I tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan.
Penangan yang hati-hati dan tepat membuat para penderita tetap bisa menjalankan
kehidupan normal sementara berjuang untuk kesembuhannya. Walaupun diabetes
tipe 1 berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak
berperan pada kejadian diabetes tipe 2.

b. Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II (adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-
insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan 90% dari kasus DM. Pada
diabetes ini penderita tetap memproduksi insulin tetapi terjadi penurunan
kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel
beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
mengkompensasi insulin resistan. Ketika tidak produksi atau ketersediaan insulin di
dalam tubuh tidak mencukupi maka glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel-sel
tubuh.
Diabetes tipe II diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan
lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga
menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan
diabetes. Selain itu, diabetes ini juga dapat disebabkan oleh karena faktor obesitas ,
diet tinggi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan. Sedangkan faktor
lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah makanan
dan aktivitas fisik kita sehari-hari.
Diabetes tipe II merupakan diabetes yang paling banyak terjadi. Penderita
diabetes melitus II mencapai 90%-95% dari keseluruhan popolasi penderita diabetes
dan rata-rata usia penderita diabetes tipe ini adalah mereka yang berusia diatas usia
40 tahun. Tetapi akhir-akhir ini jumlah penderita DM tipe II juga sudah meningkat
pada kalangan anak-anak dan remaja.
Diabetes tipe II bisa menjadi jalan masuk bagi beberapa kondisi yang
mengancam jiwa. Di antaranya beresiko tinggi terhadap penyakit pembuluh arteri
koroner (CAD). CAD merupakan penyebab utama kematian di antara orang-orang
yang menderita diabetes.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes
tipe 2 :
Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)
Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl)
atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl
Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT)
Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan
berat lahir lebih dari 4.500 gram
Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)
Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi
insulin

c. Diabetes melitus tipe III
Diabetes melitus gestasional adalah diabetes yang terjadi selama kehamilan dan
akan pulih setelah melahirkan. Diabetes tipe ini mungkin dapat merusak kesehatan
janin atau ibu , dan sekitar 20%-50% wanita penderita diabetes ini bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 25% dari semua kehamilan.
Diabetes tipe ini dapat disembuhkan , namun diperlukan pengawasan medis yang
cermat pada masa kehamilan.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon pada wanita hamil
yang menyebabkan resistensi insulin. Perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat
sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena
plasenta terus berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin
banyak dan memperberat resistensi insulin yang telah terjadi.
Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih
banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi.
Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah
akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang
menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah
melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita
diabetes tipe 2 di kemudian hari.










D. KOMPLIKASI YANG TIMBUL AKIBAT DIABETES
Komplikasi dari penyakit diabetes dapat terjadi pada beberapa organ atau
semua sistem tubuh penderita.
a) Kerusakan Saraf (Neuropati)
Kerusakan saraf adalah komplikasi diabetes yang sering terjadi.
Tingginya gula darah akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh
darah kapiler yang memberi asupan ke saraf, sehingga terjadi kerusakan
saraf yang disebut dengan Neuropati Diabetik . Hal ini mengakibatkan
saraf tidak bisa mengirim atau mengahantar pesan-pesan rangsangan
impuls saraf. Keluhan yang timbul bervariasi mungkin nyeri pada tangan
dan kaki, gangguan pencernaan, bermasalah dengan kontrol buang air
besar dan buang air kecil .
b) Kerusakan Ginjal (Nefropati)
Kerusakan saringan ginjal disebabkan akibat glukosa darah yang
tinggi ( umumnya diatas 200 mg/dl), lamanya diabetes dan diperberat
dengan tingginya tekanan darah (tekanan darah sistolik diatas 130
dan tekanan darah diastolik diatas 85 mg).
Pada awal penyakit penderita sama sekali tidak mengalami
keluhan, akan tetapi bila banyak kapiler atau nefron yang rusak maka
mulai timbul keluhan seperti bengkak , sesak nafas, menurunnya
nafsu makan, kulit kering dan gatal, sulit berkonsentrasi. Pengobatan
tergantung pada besarnya kerusakan ginjal yang terjadi yang
ditentukan oleh banyaknya protein yang keluar pada pemeriksaan
urine atau berapa tingginya kreatinin dan ureum pada pemeriksaan
darah.
Agar kerusakan ginjal tidak berlanjut maka tindakan utama yang
dilakukan dokter adalah mengontrol kadar gula darah dan tekanan
darah agar mencapai tekanan darah yang ideal 120-130 / 80-85
mmHg.


c) Kerusakan mata
Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh karena
diabetes yaitu retinopati, katarak, dan glaukoma. Ketiganya bisa
dicegah atau diperbaki bila ditemukan pada tahap awal penyakit.

d) Penyakit jantung.
Diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung dan
penyakit pembuluh darah (kardiovaskular ) seperti angina (nyeri
dada / chest pain), serangan jantung (acute myocardial infection),
tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner.
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan
pembuluh darah. Akibatnya terjadi berkurangnya suplai darah ke otot
jantung , tekanan darah meningkat dan dapat berakibat pada kematian
mendadak.
Keluhan penderita sangat bervariasi , pada fase awal biasnya
tidak ada keluhan akan tetapi selanjutnya akan timbul gejala
penyumbatan atau gangguan aliran darah pada jantung , antara lain
sesak nafas,nyeri dada, sakit kepala, denyut jantung cepat dan tidak
teratur serta berkeringat banyak.

e) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang memberi keluhan
yang dramatis seperti pada kerusakan mata dan kerusakan ginjal.
Namun, diabetes yang disertai hipertensi bisa memicu terjadinya
serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal dan stroke menjadi dua
kali lipat .
Penderita diabetes cenderung terkena hipertensi dua kali lipat
dibandingkan dengan yang non-penderita. Hipertensi merusak
pembuluh darah , antara 35%-75% komplikasi diabetes adalah
disebabkan hipertensi.
f) Stroke
Dasar utama timbulnya penyakit stroke adalah terjadinya
arteriosklerosis atau penyempitan pembuluh darah di otak. Dimulai
dari inflamasi atau peradangan kemudian diikuti dengan penumpukan
lemak , perlekatan dan penggumpalan leukosit dan trombosit serta
kolagen dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya
timbul penyumbatan serta tidak adanya suplai makanan dan oksigen
ke jaringan sehingga menyebabkan kematian sel otak.
Adanya diabetes yang sering disertai dengan hipertensi,
kolesterol dengan LDL yang tinggi, obesitas, merokok, kurangnya
olahraga akan memicu terbentuknya radikal bebas yang mempercepat
proses arteriosklerosis. Diabetes juga menyebabkan komplikasi
pendarahan pada pembuluh darah otak. Stroke akibat pendarahan
umumnya lebih berbahaya daripada stroke akibat penyumbatan. Bila
kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl kemungkinan pendarahan
meningkat 25%.

E. PENANGAN DIABETES
Tujuan utama dari penanganan diabetes adalah untuk menormalisasi
aktivitas insulin dan kadar gula darah untuk menurunkan perkembangan
komplikasi. Tujuan terapeutik pada masing-masing tipe diabetes adalah untuk
mencapai kadar gula darah tanpa mengalami hipoglikemia dan menganggu
aktivitas sehari-hari. Terdapat empat komponen penanganan untuk diabetes
Edukasi, pasien harus tahu bahwa penyakit dibetes tidak dapat disembuhkan,
tetapi bisa dikendalikan dan pengendalian harus dilakukan seumur hidup.
Makanan (diet), jika input/masukan buruk, maka output/hasil akan buruk,
demikian pula bila makan melebihi diet yang ditentukan, maka kadar gula darah
akan meningkat.
Olahraga, diperlukan untuk membakar kadar gula berlebih yang ada dalam
darah.
Obat, hanya jika diperlukan, tetapi bila kadar gula darah telah turun dengan
meminum obat, bukan berarti telah sembuh, tetapi harus konsultasi dengan
dokter apakah tetap meminum obat dengan kadar yang tetap atau meminum obat
yang sama dengan kadar yang diturunkan atau minum obat yang lain.

1. Pengobatan primer diabetes tipe I adalah dengan pemberian insulin.
2. Pengobatan primer diabetes tipe II adalah dengan penurunan berat badan.
3. Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin.
4. Agen hipoglikemia oral digunakan apabila diet dan olahraga tidak
berhasil dalam mengontrol kadar glukosa darah.
5. Karena pengobatan akan bervariasi sepanjang perjalanan penyakit akibat
perubahan dalam gaya hidup, status fisik dan emosional , juga kemajuan
terapi , secara konstan diuji dan dimodifikasi rencana pengobatan juga
penyesuaian sehari-hari dalam pengobatan. Juga penting untuk
memberikan edukasi kepada penderita dan keluarga.
















DAFTAR PUSTAKA


1. Tandra, Hans.2009. Kiss Diabetes Goodbye. Jaring Pena, Surabaya

2. D Adamo, Peter J.2007. Diet Sehat Diabetes Sesuai Golongan
Darah.PT.Pustaka Delapratasa.

3. Lanywati, Endang. 2007. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Kanisius.
Jogjakarta
4. Baughman, Diane C & Hackley, JoAnn C 2000. Keperawatan Medikal- Bedah :
Buku Saku Brunner dan Suddarth. Kedokteran EGC. Jakarta.

5. KS Kariadi, Sri Hartini 2009. Diabetes? Siapa Takut Panduan Lengkap untuk
Diabetisi, Keluarganya dan Profesional Medis. Penerbit Qanita
PT. Mizan Pustaka. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai