Anda di halaman 1dari 8

KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK

Oleh :
Nama : Wulan Sari
NIM : B1J010124
Kelompok : 6
Rombongan : I
Asisten : Arya Nugraha











LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II








KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otot merupakan alat gerak aktif. Tanpa adanya otot, tulang tidak dapat
bergerak sama sekali. Sel-sel otot memiliki struktur serabut kontraktil sehingga
mampu berkontraksi untuk menghasilkan gerakan. Otot bekerja dengan cara
kontraksi (memendek) dan relaksasi (memanjang). Kontraksi otot menghasilkan
tenaga mekanis untuk pergerakan.
Otot tersusun atas protein yang dinamakan miofibril. Di dalam miofibril
terdapat unit-unti kecil yang dinamakan miofilamen atau sarkomer yang tersusun
aktin dan myosin. Mekanisme kontraksi otot berhubungan dengan pergeseran aktin
dan myosin. Energi untuk kontraksi otot berasal dari respirasi anaerob glukosa.
Secara umum, otot berdasarkan sel-sel penyusunnya terbagi menjadi tiga
macam, yaitu otot polos. Otot lurik, dan otot jantung. Kelainan alat gerak dapat
terjadi pada tulang maupun otot. Kelainan ini dapat disebabkan oleh karena factor
nutrisi, gangguan fisik, penyakit, atau karena kebiasaan yang salah.
Kontraksi otot terjadi dalam dua bentuk yaitu kontraksi isometrik yang
merupakan kontraksi otot tidak terjadi perubahan panjang otot sedangkan kontraksi
isotonik merupakan kontraksi yang terjadi dimana otot akan memendek selama
kontraksi. Dalam tubuh hewan sebenarnya tidak ada gerakan otot yang murni
isometrik atau isotonik. Sebab, biasanya baik panjang maupun beban otot berubah
selama kontraksi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efek perangsangan
elektrik terhadap besarnya respon kontraksi otot gastroknemus dan efek
perangsangan kimia terhadap kontraksi otot jantung katak (Fejervarya cancrivora).













II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gunting, benang,
pipet tetes, bak preparat, jarum preparat, pinset, dan kimograf. Sedangkan bahan-
bahan yang digunakan adalah larutan ringer katak, larutan asetilkolin 3-5 %, katak
hijau (Fejervarya cancrivora) dan kimograf lengkap dengan asesorinya.

2.2 Metode
1. Pengukuran kontraksi otot gastroknemus :
a). Disiapkan universal kimografnya.
b). Disiapkan katak (Fejervarya cancrivora).
c). Diletakkan katak (Fejervarya cancrivora) pada bak preparat lalu dibuat irisan
melingkar pada daerah pergelangan kaki katak (Fejervarya cancrivora).
d). Dipegang tepi kulit yang telah dipotong, singkap kulit hingga terbuka
kebagian lutut.
e). Dipisahkan otot gastroknemus.
f). Diikat tendon dengan benang, lalu digunting tendon achiles dan selalu
dibasahi otot gastroknemus dengan larutan ringer.
g). Dipasang pada kimograf dan diberi rangsangan elektrik yaitu 0, 5, 10, 15,
20, dan 25 volt.
h). Kemudian diamati.
2. Pengukuran kontraksi otot jantung pada katak (Fejervarya cancrivora) :
a). Dimatikan terlebih dahulu kataknya (Fejervarya cancrivora).
b). Dibedah bagian dada katak (Fejervarya cancrivora) mulai dari arah perut
hingga jantung katak (Fejervarya cancrivora) terlihat, lalu disobek
perikardiumnya.
c). Diamati kontraksi jantung katak selama 15 detik.
d). Diteteskan 1-2 tetes larutan asetilkolin 3-5 %, diamati kontraksi jantung katak
(Fejervarya cancrivora) selama 15 detik.
e). Dibandingkan kontraksi otot jantung sebelum dan sesudah ditetesi asetilkolin
3-5%.





III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Tabel kontraksi otot gastroknemus pada katak (Fejervarya cancrivora) :

Kel
Voltage
(volt)
Amplitude
1 0 0
2 5 0,2
3 10 0,9
4 15 1,2
5 20 1,3
6 25 1,1





















0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0 5 10 15 20 25
A
m
p
l
i
t
u
d
o

(
m
m
)

Voltase
Grafik Hubungan Antara
3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum hasil yang diperoleh yaitu : kontraksi otot katak yang
diberi rangsangan listrik 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 volt berturut-turut amplitudinya yaitu
0; 0,2; 0,9; 1,2; 1,3; dan juga 1,1 mm/volt. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar tegangan (voltase yang diberikan maka semakin besar pula nilai
amplitude yang dihasilkan. Dalam percobaan ini tegangan berarti implus atau
rangsangan dan amplitude merupakan besarnya otot gastroknemus terhadap
besarnya tegangan. Menurut storer (1961), menyatakan, ketika rangsangan elektrik
dimulai dari lemah maka hasilnya akan lemah pula. Selanjutnya peningkatan akan
menghasilka kontraksi yang besar sehingga menibulkan sebuah titik dimana
rangsang makin besar dan tidak menghasilkan efek.
Menurut Ville et al. (1988), otot adalah sistem biokontraktil dimana sel-sel
atau bagian dari sel memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan
pada sumbu yang memanjang. Otot merupakan jaringan umum pada tubuh
kebanyakan binatang yang terbuat dari sel panjang / benang-benang khusus untuk
kontraksi. Hal itu menyebabkan adanya pergerakan dari tubuh dan bagian kerja otot
adalah voluntari (dibawah kontrol kesadaran) atau involuntari (tidak dibawah kontrol
keinginan). Struktur mereka adalah halus (benang tanpa lurik) atau lurik (benang
serat lintang). Ada 3 jenis jaringan otot yaitu involuntari lurik atau kardiak (jantung)
dan voluntari lurik atau otot rangka badan (Hickman & Hickman, 1996).
Kontraksi otot didefinisikan sebagai pembongkaran aktif tenaga dalam otot.
Penggunaan tenaga oleh otot pada beban eksternal disebut tekanan otot. Jika
tekanan yang terbentuk oleh otot lebih besar dari penggunaan tenaga eksternal
pada otot oleh beban, maka otot akan memendek. Jika penggunaan tenaga dengan
beban lebih besar atau sama dengan tekanan otot, maka otot tidak memendek (Hill
and Wyse, 1989).
Gerak refleks memperlihatkan hubungan antara banyak interneuron dalam
sumsum tulang belakang yang selain berfungsi dalam menghubungkan impuls dari
dan ke otak, juga berperan penting dalam memadukan peilaku refleks. Hal ini
diperagakan pada hewan spinal yaitu hewan yang otaknya telah dirusak. Bila kaki
katak dicelupkan ke dalam larutan asam maka kaki tersebut akan segera diangkat
atau ditarik dari larutan. Respon ini melibatkan sejumlah otot yang bekerja secara
terpadu merupakan suatu refleks murni dan memperagakan salah satu ciri utama
dari suatu refleks yaitu ketaatan berulang. Seekor katak yang mempunyai otak akan
melakukan respon tersebut beberapa kali, tetapi akhirnya akan berbuat lain.
Sebagian besar bernilai penyelamatan diri (Yuwono, 2001).
Gordon (1997) menyatakan bahwa kontraksi otot melibatkan komponen zat
kimia dalam otot tersebut. Zat kimia terpenting yang terdapat di dalam otot rangka
yang berperan dalam distribusi dan dan pergerakan adalah ion kalsium. Sekurang-
kurangnya ada empat protein yaitu aktin, M-protein, troponin, dan tropomiosin.
Urutan kejadian dalam stimulus dan kontraksi pada otot meliputi stimulus, kontraksi
dan relaksasi.
Menurut Gunawan (2001), telah diketahui bahwa panjang otot yang
berkontraksi akan lebih pendek daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks.
Pemendekan ini rata-rata sekitar sepertiga panjang awal. Melalui mikrograf electron,
pemendekan ini dapat dilihat sebagai konsekuensi dari pemendekan sarkomer.
Sebenarnya pada saat pemendekan berlangsung, panjang filament tebal dan tipis
tetap dan tidak berubah (dengan melihat tetapnya lebar lurik A dan jarak di Z
sampai ujung daerah H tetangga) namun lurik I dan daerah H mengalami reduksi
yang sama besarnya.

.

























IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Otot adalah sistem biokontraktil dengan sel sel atau bagian dari sel
memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan.
2. Voltase yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besarnya respon
dalam bentuk amplitude.

4.2 Saran
Praktikum kali ini membutuhkan hal keberanian dalam memegang bahan
praktikum, harus ditingkatkan dalam kekompakan kelompok.

































DAFTAR REFERENSI
Frandson, G. M. 1992. Anatomi dan Fisiologi Kedokteran. Buku kedokteran EGC,
Jakarta.
Gordon, M. S., G. A. Bortholomew., A. D. Grinell., C. B. Jorgenscy and F. N.
White.1997. Animal Physiology.: Principle and Adaptation, 4
th
Edition.
MacMillan Publishing Co INC, New York.
Gunawan, A. M. S. 2001. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot. Integral Vol.
6 (2): 58 62.
Guyton, A. C. 1993. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran EGC, Jakarta.
Hickman, C. D. and C. P. Jr. Hickman. 1992. biology of Animal. The CV. Mosby
Company, Saint Louis.
Hill, R. W. and G. A. Wyse. 1989. Animal Physiology Second ed. Harper and Collins
Inc., New York.
Johnson, K. D., Rayle and H. L. A. Ledberg. 1984. Biology An Introduction. The
Benyamin Comings Publishing Co Inc, London.
Kimball, J. W. 1996. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Ville, C. A., F. W. Warren, and R. D. Barnes. 1988. General Biology. W. B.
Saunders Co., New York.
Yuwono, E. 2001. Handbookair. URI: http : //edy.cybermuslim.net/handbookair.pdf

Anda mungkin juga menyukai