Anda di halaman 1dari 14

ugas Resume

STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN TUJUAN


PEMBELAJARAN
Oleh:
Nama: Yanti Silfia
Nim: 2410.030

A. Standar Kompetensi (SK)
1. Pengertian
Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK dapat didefinisikan
sebagai pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam
mempelajari suatu mata pelajaran (Center for Civics Education, 1997:2).
Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards),
dan standar penampilan (performance stan-dards).
SK yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran
tertentu seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang
kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap SI.
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran, yaitu:
a. pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui peserta didik dan
kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
b. spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori pencapaian
seperti lulus atau memiliki keahlian.
SK merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program
pembelajaran yang terstruktur. SK juga merupakan fokus dari penilaian, sehingga
proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun kurikulum lebih
banyak berisi tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap dari pada bukti-
bukti untuk menunjukkan bahwa peserta didik yang akan belajar telah memiliki
pengetahuan dan keterampilan awal.
Dengan demikian SK diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam:
a) melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
b) mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan.
c) melakukan respon dan reaksi yang tepat bila ada penyimpangan dari rancangan
semula.
d) melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
2. Penentuan Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Perlu diingat kembali, bahwa kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan, atau ditampilkan
oleh peserta didik sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka SK,
adalah standar kemampuan yang harus dikuasai peserta didik untuk menunjukkan
bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas
pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai.
Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan SK adalah:
a) menganalisis SK menjadi beberapa KD;
b) mengurutkan KD sesuai dengan keterkaitan baik secara prosedur maupun hierarkis.
B. Kompetensi Dasar (KD)
1. Pengertian
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan
sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa
kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh
peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis
pekerjaan tertentu.
Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara
eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru
maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses
pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indicator
keberhasilan. Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain:
1) Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
2) Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap
individu
3) Kemahiran (skill)
4) Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas
yang dibebankan kepadanya
5) Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
6) Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan
2. Langkah-langkah penyusunan Kompetensi Dasar
Adapun dalam mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum
pada Standar Isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,
tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi.
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
d) Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun yang
tidak operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada kelompok
pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan
kompetensi dasar.
e) Sehingga langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai
berikut:
f) Menjabarkan Kompetensi Dasar yang dimaksud.
g) Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.
h) Mengkaji KD tersebut untuk mengidentifikasi indikatornya dan rumuskan
indikatornya yang dianggap relevan tanpa memikirkan urutannya lebih dahulu juga
tentukan indikator-indikator yang relevan dan tuliskan sesuai urutannya.
i) Kajilah apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan KD nya, apabila
belum lakukanlah analisis lanjut untuk menemukan indikator-indikator lain yang
kemungkinan belum teridentifikasi.
j) Tambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang teridentifikasi
sebelumnya dan rubahlah rumusan yang kurang tepat dengan lebih akurat dan
pertimbangkan urutannya

C. Indikator
1. Pengertian.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku
yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik.
Sedangkan menurut E Mulyasa indicator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar
yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan
oleh peserta didik. Indicator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja
operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan alat penilaian.
Sedangkan menurut Darwin Syah indikator pembelajaran adalah karakteristik, cirri-ciri,
tanda-tanda perbuatan atau respon yang dilakuakan oleh siswa, untuk menunjukkan
bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu. Jadi indikator adalah merupakan
kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil
pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap
suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
(1) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
KD;
(2) karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan
(3) potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator,
yaitu:
(1) indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan
(2) indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal
yang di kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.

Mekanisme Pengembangan Indikator
a. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam SK dan KD.
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi
dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi
yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator
melebihi standar minimal tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam
SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat
pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat
pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat
penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan.
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang
diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan indikator
harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika
aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai
kemampuan keterampilan yang diinginkan.
b. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta
didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Sesuai Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran
adalah sebagai berikut:
Kelompok Mata
Pelajaran
Mata Pelajaran
Aspek yang
Dinilai
Agama dan Akhlak
Mulia
Pendidikan
Agama
Afektif dan
Kognitif
Kewarganegaraan
dan Kepribadian
Pendidikan
Kewarganegaraan
Afektif dan
Kognitif
Jasmani Olahraga
dan Kesehatan
Penjas Orkes
Psikomotorik,
Afektif, dan
Kognitif
Estetika Seni Budaya
Afektif dan
Psikomotorik
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Matematika, IPA,
IPS
Bahasa, dan TIK.
Afektif, Kognitif,
dan/atau
Psikomotorik
sesuai karakter
mata pelajaran

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata
pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar,
membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika
yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam
mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator.
Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan,
ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik
dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar.
Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut.
Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya
diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur
secara proporsional.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena
target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar
minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf
internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji
tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah
dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan
indikator.
5. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan
pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan
pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi
yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di
masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah
yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.
6. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
b) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang
dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus
mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan
melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan
peserta didik.
c) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki
kompetensi.
d) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
e) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran
sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
f) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
D. Tujuan Pembelajaran
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru
dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional
yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran hendaknya diletakkan dan
dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun sebuah Rencana Pembelajaran, yang
akan mewarnai komponen-komponen perencanan lainnya.
1. Pengertian Tujuan Pembelajaran
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap
pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya
tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun
1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam
bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga
sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di
dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan
bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan
David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington
(1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai
sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi
semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa:
(1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi
pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran;
(2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang
menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa
perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini
mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat
secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik
bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat)
manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
(1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih
mandiri;
(2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
(3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran;
(4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa
tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata
urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu
pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk
mengukur prestasi belajar siswa.
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap
pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya
tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun
1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam
bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga
sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di
dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan
bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan
David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington
(1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai
sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah
terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva
L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan
menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung
dalam tujuan pembelajaran, yaitu
(1) perilaku terminal,
(2) kondisi-kondisi dan
(3) standar ukuran.
Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran
sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu:
(1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan
kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran;
(2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan
perilaku tersebut; dan
(3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat
diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008)
menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas:
(1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh
anak didik;
(2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat
yang hadir pada waktu anak didik berbuat; dan
(3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik
yang dimaksudkan pada tujuan
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas.
Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang
tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan
konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang
pembelajaran.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan
tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa,
murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai
hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang
diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
http://ruliremi.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Contoh:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)



I. IDENTITAS
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII / I
Jumlah pertemuan : 3 kali @ 6 x 40 menit

Standar Kompetensi : 2. Memahami sistem persamaan linear dua
variabel dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.

Kompetensi Dasar : 2.3. Menyelesaikan model matematika dari
masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua variabel dan penafsirannya.


Indikator Pencapaian : 1. Menyelesaikan model matematika dari
masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan
penafsirannya.
2. Menyelesaikan sistem persamaan non
linear dua variabel.

Tujuan Pembelajaran

a. Siswa dapat menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan SPLDV dan penafsirannya.
b. Siswa dapat menyelesaikan sistem persamaan non linear dua variabel.

Anda mungkin juga menyukai