Anda di halaman 1dari 120

i

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN


EMOSIONAL SERTA KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2
TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012


SKRIPSI


Nita Yulianti Rohana Saputri
NPM. 07310343



PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP PGRI SEMARANG
2011
ii








HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN
EMOSIONAL SERTA KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2
TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012

SKRIPSI
Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Strata 1 Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh:
Nita Yulianti Rohana Saputri
NPM. 07310343

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP PGRI SEMARANG
2011
iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI
Semarang :
Nama : Nita Yulianti Rohana Spaputri
NPM : 07310343
Fakultas/J urusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan
Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2
Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut di
atas telah selesai dan siap diujikan.


Semarang, 31 Oktober 2011

Pembimbing I


Prof. Dr. Sunandar, M.Pd
NIP. 19620815 198703 1 002
Pembimbing II


Drs. Djoko Purnomo, M.M
NIP. 19560727 198303 1 006

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan Emosional serta
Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N
2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012, yang disusun:
Nama : Nita Yulianti Rohana Saputri
NPM : 07310343
Jurusan : Pendidikan Matematika
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi jurusan
Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP
PGRI Semarang.
Pada :.................................
Tanggal : ... November 2011

Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,


Drs. Nizaruddin, M.Si Drs. Rasiman, M. Pd
NIP 19680325 199403 1 004 NIP 19560218 198603 1 001

Dosen Penguji:
1. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd (.......................................)
NIP 19620815 198703 1 002
2. Drs. Djoko Purnomo, M.M (.......................................)
NIP 19560727 198303 1 006
3. Drs. Rasiman, M. Pd (.......................................)
NIP 19560218 198603 1 001

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan, maka kerjakanlah
suatu urusan dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah SWT
hendaknya kamu berharap
(QS. An Nasr: 6-8)
J angan biarkan kedua orang tuamu menangis karena kegagalanmu, tapi
biarkanlah kedua orang tuamu menangis karena keberhasilanmu
J angan sia-siakan waktu yang masih senggang hanya untuk bersantai,
karena itu hanya akan merepotkan dirimu sendiri pada waktunya nanti
Selalu semangat dan optimis dalam menjalani hidup karena kesuksesan
telah menanti di depan



PERSEMBAHAN

Segala pikiran dan dzikir kucurahkan demi karya kecil
ini sebagai wujud bakti yang akan kupersembahalkan
untuk:
Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan
kasih sayang yang tulus, doa, dukungan, dan
bimbingan demi kebahagiaanku
Rekan-rekan seperjuanganku yang selalu
mendukung dalam penyelesaian skripsi ini
Sahabat yang senantiasa memberikan dukungan dan
doa demi kelancaran menyelesaikan skripsi ini
Almamaterku IKIP PGRI Semarang
vi

ABSTRAKSI
Penelitian skripsi ini berjudul Hubungan antara Minat Belajar dan
Kecerdasan Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012. Judul ini
diangkat karena dilatarbelakangi persoalan yang berkaitan dengan matematika,
terutama rendahnya nilai matematika karena faktor minat siswa dalam belajar
matematika, emosi, dan kemampuan siswa dalam berfikir spasial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat belajar
matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/
2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 216 siswa yang terdiri dari 6
kelas. Diperoleh kelas sampel sebanyak 36 siswa dengan menggunakan teknik
proportional stratified random sampling.
Dari analisis data yang diujikan diperoleh analisis awal, untuk uji
normalitas didapat Lo =0,1286, dimana diketahui =5%, didapat L
tabel
=
0,1477. Karena Lo < L
tabel
maka hasil belajar berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Kemudian dari hasil analisis korelasi diperoleh untuk minat belajar
matematika r
y1
>r
tabel
yaitu 0,688 >0,329 dengan persamaan regresi =1,547 X
1

39,388, untuk kecerdaasan emosional r
y2
>r
tabel
yaitu 0,7845 >0,329 dengan
persamaan regresi =2,443 X
2
14,587, untuk kemampuan spasial r
y3
>r
tabel

yaitu 0,336 >0,329 dengan persamaaan regresi =42,3004 +1,77572X
3
, dan
nilai R
y.123hitung
>r
tabel
yaitu 0,786 >0,329 dengan persamaan regresi ganda =
0,557 X
1
+0,788 X
2
+0,312 X
3
34,011, nilai ini akan digunakan untuk menguji
keberartian korelasi. Dari nilai koefisien korelasi tersebut dapat diketahui adanya
korelasi yang signifikan antara minat belajar matematika, kecerdasan emosional,
dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika. Sedangkan indeks
determinasi antara minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan
kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika sebesar 0,61 yang artinya
meningkat atau menurunnya prestasi belajar matematika dipengaruhi 61% oleh
minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial.
Oleh karena itu peneliti menyarankan agar minat belajar matematika,
kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial untuk lebih ditingkatkan agar bisa
mencapai prestasi yang diinginkan.



vii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program sarjana pendidikan matematika di IKIP PGRI
Semarang.
Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta
motivasi, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang dari lembaga
maupun perorangan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat;
1. Muhdi, S. H, M. Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.
2. Drs. Nizaruddin, M. Si selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
3. Drs. Rasiman, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
IKIP PGRI Semarang.
4. Prof. Dr. Sunandar, M. Pd selaku dan Dosen Pembimbing I yang telah ikhlas
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Djoko Purnomo, M. M selaku Dosen Pembimbing II yang telah ikhlas
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam
menyusun skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Semarang yang telah memberikan bekal penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Bapak Surono, S. Pd selaku kepala sekolah SMP N 2 Tawangsari yang telah
berkenan memberikan ijin penelitian.
8. Bapak Jujuk Slamet Wiyana, S. Pd selaku guru mata pelajaran Matematika
kelas VIII SMP N 2 Tawangsari.
viii

9. Siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari yang telah bersedia membantu penulis
dalam proses penelitian ini.
10. Kedua orang tua yang tanpa henti-hentinya menyemangati selama proses
pembuatan skripsi
11. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat
dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat
bagi para pembaca yang budiman.



Semarang, 31 Oktober 2011


Penulis








ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJ UAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAKSI ............. ................................................................................. . vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Penegasan Istilah ........................................................................... 5
C. Permasalahan ............................................................................... 7
D. Tujuan ........................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
F. Sistematika Skripsi ....................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori .............................................................................. 11
B. Tinjauan Materi ............................................................................. 32
C. Kerangka Berfikir ......................................................................... 33
D. Hipotesis ...................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi ........................................................................................ 38
B. Sampel ......................................................................................... 38
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 39
D. Desain Penelitian ........................................................................... 40
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41
F. Uji Instrumen Penelitian ................................................................. 43

x

G. Metode Analisis Data ..................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian ...................................................................... 62
B. Uji Coba Penelitian ....................................................................... 63
C. Hasil Penelitian ............................................................................. 75
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 98
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 105
B. Saran ........................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
REKAPITULASI BIMBINGAN














xi

DAFTAR LAMPIRAN SKRIPSI
1. Lampiran 1 : Kisi-kisi uji coba angket minat belajar
2. Lampiran 2 : Kisi-kisi uji coba tes kecerdasan emosional
3. Lampiran 3 : Kisi-kisi uji coba tes kemampuan spasial
4. Lampiran 4 : Kisi-kisi uji coba tes prestasi belajar
5. Lampiran 5 : Instrumen uji coba (angket minat belajar, tes
kecerdasan
emisional, dan tes kemampuan spasial)
6. Lampiran 6 : Instrumen uji coba tes prestasi belajar
7. Lampiran 7 : Kriteria pensekoran dan penilaian minat belajar
8. Lampiran 8 : Kriteria pensekoran dan penilaian tingkat kecerdasan
emosional
9. Lampiran 9 : Kunci jawaban dan penilaian tes kemampuan spasial
10. Lampiran 10: Kunci jawaban dan penilaian instrumen prestasi belajar
11. Lampiran 11: Daftar nama-nama siswa kelas VIII A, VIIIB, dan VIII C
SMP N 2 Tawangasari semester 1 tahun ajaran 2011/ 2012
12. Lampiran 12: Daftar nama-nama siswa kelas uji coba
13. Lampiran 13: Daftar sampel penelitian
14. Lampiran 14: Tabel analisis validitas dan reabilitas angket minat belajar
kelas uji coba
15. Lampiran 15: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes kecerdasan
emosional kelas uji coba
16. Lampiran 16: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes kemampuan
xii

spasial kelas uji coba
17. Lampiran 17: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes prestasi belajar
matematika kelas uji coba
18. Lampiran 18: Kisi-kisi angket minat belajar, tes kecerdasan emosional,
dan tes kemampuan spasial kelas korelasi
19. Lampiran 19: Kisi-kisi butir soal prestasi belajar kelas korelasi
20. Lampiran 20: Instrumen uji korelasi
21. Lampiran 21: Instrumen tes prestasi belajar kelas korelasi
22. Lampiran 22: Kriteria pensekoran dan penilaian angket minat belajar dan
tes kecerdasan emosional kelas korelasi
23. Lampiran 23: Kunci jawaban tes kemampuan spasial kelas korelasi
24. Lampiran 24: Kunci jawaban dan penilaian tes prestasi belajar
25. Lampiran 25: Daftar hasil ulangan siswa sebelum penelitian
26. Lampiran 26: Tabel perhitungan normalitas sampel kelas
27. Lampiran 27: Data hasil penelitian tes prestasi belajar
28. Lampiran 28: Data penelitian angket minat belajar
29. Lampiran 29: Uji linieritas dan uji independent X
1
dan Y
30. Lampiran 30: Data penelitian kecerdasan emosional
31. Lampiran 31: Uji linieritas dan uji independent X
2
dan Y
32. Lampiran 32: Data penelitian kemampuan spasial
33. Lampiran 33: Uji linieritas dan uji independent X
3
dan Y
34. Lampiran 34: Tabel perhitungan korelasi
35. Lampiran 35 40 : Analisis perhitungan korelasi sederhana
xiii

36. Lampiran 41: Analisis perhitungan korelasi parsial dan ganda
37. Lampiran 42: Tabel perhitungan regresi linier
38. Lampiran 43: Analisis perhitungan regresi linier sederhana
39. Lampiran 44: Tabel perhitungan regresi linier ganda
40. Lampiran 45: Analisis perhitungan persamaan regresi
41. Lampiran 46: Analisis perhitungan indeks determinasi













xiv

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

1. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment
2. Tabel
2
(Chi-Kuadrat)
3. Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors
4. Tabel Distribusi F











1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika adalah salah satu bidang studi yang diberikan kepada
siswa semenjak duduk di pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pendidikan
matematika pada jenjang dasar mengutamakan keterampilan berhitung dan
hafalan. Sedangkan pendidikan pada jenjang menengah, ditekankan pada
penalaran, pemikiran logis dan rasional. Di samping itu juga pendidikan
matematika di sekolah lanjutan bertujuan agar siswa dapat memahami
pengertian-pengertian matematika, maksudnya kemampuan keterampilan
dalam mempelajari matematika bukanlah hanya menghafal yang merupakan
proses mekanis tetapi keterampilan yang merupakan penerapan dari
pengertian yang ada.
Hambatan-hambatan yang mungkin dialami siswa dalam
mempelajari matematika adalah lemahnya penguasaan siswa dalam
melakukan operasi hitung, kurangnya kemampuan siswa dalam
mengklarifikasikan apa yang harus ia tempuh jika dihadapkan pada soal serta
kekurangtepatan dalam menerapkan rumus. Dengan mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa, diharapkan guru mampu meningkatkan penguasaan siswa
terhadap setiap pokok bahasan demi tercapainya keberhasilan proses belajar
mengajar.
2



Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari matematika ditandai
dengan prestasi belajar. Prestasi belajar seorang siswa akan dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Salah
satu faktor dari dalam diri siswa adalah minat belajar, apabila seseorang
merasa tidak memiliki minat untuk menguasai ilmu, maka tidak dapat
diharapkan siswa mampu belajar secara tekun dan berhasil. Sebaliknya
seseorang yang berminat terhadap sesuatu, maka ia akan mampu belajar
secara tekun dan tentu hasilnya akan jauh lebih baik. Di samping adanya
faktor minat belajar dari siswa, prestasi belajar yang diperoleh seorang siswa
juga dipengaruhi oleh faktor kecerdasan emosional serta faktor intelegensi,
misalnya kemampuan spasial.
Munculnya karya Goleman, Emotional Intelligence: why it can
matter more than IQ pada tahun 1995, telah membangkitkan minat sangat
besar mengenai peran kecerdasan emosional dalam kehidupan manusia. Sejak
saat itu kecerdasan emosional mulai mendapat perhatian dan mulai
diperhitungkan oleh para pendidik, perilaku bisnis, dan media.
Kecerdasan emosional tampak seperti baru karena sebelumnya selalu
tersingkir oleh obsesi abad ke-20 yang menggunakan data ilmiah dan
rasionalisme, sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa bila seseorang
mempunyai kecerdasan yang tinggi maka ia akan sukses dalam hidup. Namun
dalam kenyatannya sekarang ini, dapat dilihat bahwa orang yang mempunyai
kecerdasan tinggi belum tentu sukses dan hidup bahagia. Kecerdasan emosi
mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi,
3



dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan
kognitif murni yang diukur drengan IQ. Meskipun IQ tinggi, tetapi bila
kecerdasan emosi rendah tidak banyak membantu. Banyak orang cerdas,
dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata
bekerja menjadi bawahan orang yang IQ-nya lebih rendah tetapi unggul
dalam ketrampilan kecerdasan emosi. Dan orang yang mempunyai IQ tinggi
tetapi karena emosionalnya tidak stabil dan mudah marah, sering kali keliru
dalam menentukan serta memecahkan persoalan hidup karena tidak bisa
berkonsentrasi. Emosional yang tidak berkembang dan tidak terkuasai
mengakibatkan tidak konsisten dalam menghadapi permasalahan hidup dan
bersikap kurang baik terhadap orang lain sehingga berakibat banyak timbul
konflik. Misalkan dalam sebuah forum diskusi kelas ada siswa yang tidak
terima jika pendapatnya kurang memperoleh respon teman-temannya. Karena
siswa tersebut tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi
mengakibatkan ia bersitegang dengan temannya yang pendapatnya lebih bisa
diterima.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi
lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Dan ini akan
berpengaruh terhadap poses belajar mereka. Kecerdasan emosional pada diri
siswa merupakan faktor penting untuk meraih prestasi akademik.
4



Faktor intelegensi juga berpengaruh terhadap prestasi siswa yang
salah satunya adalah kemampuan spasial. Dalam kemampuan spasial
diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-
bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan
kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman
tersebut diperlukan dalam belajar matematika.
Sebagian besar siswa yang mengalami penurunan prestasi di sekolah,
mereka mengeluhkan sulitnya memahami pelajaran matematika dan
memperoleh nilai matematika yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai
mata pelajaran lainnya. Nampaknya faktor kemampuan spasial kurang
diperhitungkan sebagai kemungkinan salah satu faktor penyebab.
Pada anak usia sekolah kemampuan spasial ini sangat penting karena
kemampuan spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum.
Pemahaman pengetahuan spasial dapat mempengaruhi kinerja yang
berhubungan dengan tugas-tugas akademik terutama matematika. Di dalam
memecahkan soal cerita matematika juga dibutuhkan kemampuan dalam
berfikir spasial. Oleh karena itu, kemampuan spasial memegang peran
penting dalam mempelajari serta menyelesaikan suatu permasalahan
matematika.
SMP N 2 Tawangsari merupakan sekolah negeri menengah pertama
yang berada di kecamatan Tawangsari, kabupaten Sukoharjo. Terdapat 3
tingkatan kelas dan setiap tingkatan terdiri dari 6 kelas yang rata-rata setiap
kelas terdapat 36 siswa. Setiap siswa memiliki minat belajar, kecerdasan
5



emosional, serta kemampuan spasial yang berbeda sehingga prestasi belajar
mereka juga bervariasi. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang tersebut,
peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN
ANTARA MINAT BELAJ AR DAN KECERDASAN EMOSIONAL SERTA
KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI BELAJ AR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2
TAWANGSARI TAHUN AJ ARAN 2011/ 2012.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari adanya
perbedaan pandangan, penafsiran, serta menghindarkan kekaburan dan
kesamaan arti dalam istilah-istilah yang ada dalam judul ini, maka perlu
ditegaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan rencana skripsi ini:
1. Hubungan
Hubungan adalah ikatan atau pertalian antara subjek dan objek
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 409).
Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya
ikatan atau pertalian minat belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan
spasial dengan hasil belajar matematika.
2. Minat Belajar
Menurut Slameto (2003: 57), minat adalah kecenderungan jiwa
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau
kegiatan.
6



Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Minat belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk melakukan perubahan demi
mencapai hasil belajar optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan
belajar.
3. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi hambatan dan tekanan lingkungan. (http://www.masbow.com/
2009/08/kecerdasan-emosional.html)
Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri
dan orang lain sehingga mampu mengatasi permasalahan yang ada.
4. Kemampuan Spasial
Sutanto (2009: 185) berpendapat bahwa kemampuan spasial
adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk
gambar.
Kemampuan spasial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan matematika.
7



5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya. (http://www.wploan.com/2011/05/
pengertian-prestasi-belajar)
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran
keberhasilan siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari setelah menempuh
proses belajar di sekolah.
6. Menyederhanakan Bentuk Pecahan
Pada penilitian ini untuk mengukur tingkat prestasi siswa, peniliti
menggunakan sub bahasan Menyederhanakan Bentuk Pecahan yang
merupakan salah satu sub bahasan mata pelajaran matematika dan
diajarkan pada siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2011/ 2012.
C. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan,
permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara minat belajar, kecerdasan emosional,
dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas
VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012?
2. Apakah terdapat hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun
ajaran 2011/ 2012?
8



3. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012?
4. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dan kecerdasan
emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika
siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/
2012.
2. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun
ajaran 2011/ 2012.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasaan emosional dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
4. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.

9



E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan guru terhadap keadaan para siswanya dimana
siswanya memiliki minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan
spasial yang berbeda-beda sehingga perbedaan tersebut tidak
mengahambat kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
a. Diharapkan siswa mampu meningkatkan minat belajarnya tanpa
terpengaruh anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang
sulit dan membingungkan.
b. Diharapkan siswa mampu mengontrol keadaan emosinya sehingga
mampu menciptakan kondisi belajar yang kreatif serta mampu
mengendalikan sikap yang dapat meningkatkan kualitas belajarnya.
c. Diharapkan siswa mampu mengasah kemampuan spasialnya
sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami pelajaran
matematika.
3. Bagi Peneliti
Peneliti bisa mengetahui gambaran seberapa besar hubungan antara
minat belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan spasial dengan
prestasi belajar siswa, sehingga bisa mempersiapkan diri lebih awal
sebagai calon guru nantinya.

10



F. Sistematika Skripsi
Sistematika dalam skripsi ini terbagi atas tiga bagian yaitu bagian
awal, bagian isi dan bagian akhir.
Bagian awal skripsi tentang halaman judul, halaman persetujuan,
halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar
isi, daftar lampiran.
Bagian isi terdiri dari pendahuluan, landasan teori dan hipotesis,
metode panelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan. Dengan
rincian sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan
istilah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika skripsi.
2. Bab II Landasan Teori dan Hipotesis berisi tentang: kajian pustaka,
kerangka berpikir, dan hipotesis.
3. Bab III Metode Penelitian berisi tentang: subyek penelitian, variabel
penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, uji instrumen
penelititan, metode analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang: hasil penelitian,
analisis data, pembahasan.
5. Bab V Penutup berisi tentang: simpulan dan saran
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang memberikan informasi
tentang buku sumber dan literatur yang digunkan serta lampiran-lampiran.

11



BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori
1. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat berperan penting dalam kehidupan peserta didik dan
mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa
yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan siswa yang kurang berminat.
Menurut Slameto (2003: 57) minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai
rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat
adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik
pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi, 1998:
109). Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja
yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat
dan lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap

11
12



untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang
diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa
yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu
perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi
siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan
minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan
secara berkelompok.
Dari uraian di atas yang dimaksud minat belajar dalam
penelitian ini adalah kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk
melakukan perubahan demi mencapai hasil belajar yang optimal yang
dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.
b. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut Slameto (2003: 58) siswa yang berminat dalam
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
13



1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Ciri-ciri siswa yang mempunyai minat dalam belajar di atas
dapat dimiliki siswa apabila siswa menmpunyai ketertarikan terhadap
suatu mata pelajaran. Minat belajar siswa dapat tumbuh karena
ketertarikan siswa tersebut pada mata pelajaran yang ia sukai, akan
tetapi terkadang minat belajar tumbuh karena pembawaan guru mata
pelajaran yang menyenangkan dalam mengajar.
c. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena
apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat,
siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya.
Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah
dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.
14



Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk
dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat
akan membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat
terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari
dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut Slameto (2003: 180) proses ini berarti menunjukkan
pada siswa bagaimana penetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting,
dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan
membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk
mempelajarinya.
Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat
diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta
berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal
15



lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya
serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan
cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa
adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan
membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai
dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan
antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan
pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang
akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan
materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui
kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya
perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang. Indikator adanya
perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap
bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-
soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap
bahan pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa
senang meliputi rasa senang mengetahui bahan belajar, memahami
bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.
16



Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar
merupakan kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk melakukan
perubahan demi mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat
ditunjukkan dengan kegiatan belajar. Setiap siswa memiliki minat belajar
yang berbeda. Pembentukan minat belajar siswa dipengaruhi beberapa
faktor terutama faktor intern, yaitu dari diri siswa sendiri. Adanya minat
dalam belajar akan sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa nantinya.
Maka dari itu perlu diadakannya kesadaran diri yang tinggi dalam
meningkatkan minat belajar.
2. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere yang
berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut
Goleman (2002: 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
17



Goleman (2002: 411) mengemukakan beberapa macam emosi,
yaitu: amarah (beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati),
kesedihan (pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
putus asa), rasa takut (cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut
sekali, waspada, tidak tenang, ngeri), kenikmatan (bahagia, gembira,
riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga), cinta (penerimaan,
persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
kemesraan, kasih), terkejut (terkesiap, terkejut), jengkel (hina, jijik,
muak, mual, tidak suka), malu (malu hati, kesal).
Terdapat lima dimensi dalam kecerdasan emosional,
diantaranya adalah: mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina
hubungan dengan orang lain. Tentu kemampuan orang berbeda-beda
dalam setiap wilayah ini, beberapa orang misalnya sangat terampil
menangani kecemasan dirinya sendiri, tetapi agak kerepotan dalam
meredam kemarahan orang lain. Kekurangan-kekurangan dalam
ketrampilan emosional dapat diperbaiki dengan menampilkan bentuk
kebiasaan dan respon yang tepat untuk setiap kondisi yang berbeda-
beda.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi
menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. J adi
berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan
respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
18



Menurut Mayer (dalam Goleman, 2002: 65) orang cenderung
menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi
mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah.
Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki
kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak
menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi
adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon
atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar dirinya.
b. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada
tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan
John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan
kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 1998: 8) mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan
bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-
milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu
19



peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau
keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis,
baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ
tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998: 10).
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi hambatan dan tekanan lingkungan. (http://www.masbow.
com/ 2009/08/kecerdasan-emosional.html)
Menurut Goleman (2002: 512), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan kemampuan siswa untuk memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri serta orang lain sehingga mampu
mengatasi permasalahan yang ada.
c. Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman mengutip Salovey (2002: 58-59) menempatkan
menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang
20



kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas
kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
1) Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan
ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002:
64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.
2) Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman,
2002: 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau
21



ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
3) Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam
diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.
4) Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman (2002: 57) kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan
apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang
lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-
orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih
mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002: 136). Nowicki, ahli
psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu
membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus
22



menerus merasa frustasi (Goleman, 2002: 172). Seseorang yang
mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri
yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu
mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut
mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
5) Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002: 59). Keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan
membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan
orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina
hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil
dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada
orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan
menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya
berkomunikasi (Goleman, 2002: 59). Ramah tamah, baik hati,
hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif
bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain.
Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya
hubungan interpersonal yang dilakukannya.
23



Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
memiliki kecerdasan emosional sangatlah penting demi tercapainya
hasil yang memuaskan serta menambah kepercayaan diri. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu
kemampuan dalam: mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, membina hubungan, dan mengenali emosi
orang lain.
3. Kemampuan Spasial
Salah satu aspek dari kognisi adalah kemampuan spasial. Piaget
dan Inhelder (dalam Tambunan 2006: 28) menyebutkan bahwa
kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang di dalamnya meliputi
hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek
dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk
menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan
untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak
(kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi
spasial (kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan
memanipulasi secara kognitif), rotasi mental (membayangkan perputaran
objek dalam ruang).
Sutanto (2009: 185) berpendapat bahwa kemampuan spasial
adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk
gambar. Kemampuan spasial merupakan kemampuan yang hampir boleh
dikatakan bebas dari pengaruh budaya. Sutanto (2009: 185) juga
24



menyebutkan bahwa kemampuan spasial dapat dilihat dari kemampuan
menemukan gambar, membedakan gambar, bayangan cermin dan
membentuk bangun tiga dimensi.
Kemampuan spasial bisa mempengaruhi proses belajar anak di
sekolah. Salah satunya, membantu anak memahami soal cerita
matematika. Dalam kemampuan spasial diperlukan adanya pemahaman
kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris,
menghubungkan konsep spasial dengan angka, kemampuan dalam
mentransformasi mental dari bayangan visual. Faktor-faktor tersebut juga
diperlukan dalam belajar matematika. Pada anak usia sekolah kemampuan
spasial ini sangat penting karena kemampuan spasial erat hubungannya
dengan aspek kognitif secara umum.
Studi dari Shermann (dalam Tambunan 2006: 29) menemukan
bahwa matematika dan berpikir spasial mempunyai korelasi yang positif
pada anak usia sekolah, baik pada kecerdasan visual-spasial taraf rendah
maupun taraf tinggi. McGee (dalam Tambunan 2006: 28) menemukan
bahwa perbedaan dalam memecahkan soal-soal matematika antara anak
laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh perbedaan dalam
kemampuan spasial mereka. Kemampuan spasial anak laki-laki lebih baik
daripada anak perempuan.
Kemampuan spasial diperoleh anak secara bertahap, dimulai dari
pengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas anak di lingkungannya.
Pada awalnya, kemampuan spasial anak belum menunjukkan pengetahuan
25



konseptual dari hubungan spasial. Dalam menentukan letak posisi objek
dan orientasi dalam ruang, anak masih menggunakan patokan diri. Dengan
bertambahnya usia, patokan tersebut berkembang menjadi patokan orang
dan patokan objek. Mulai dari orientasi yang sifatnya egosentris yaitu
menekankan pada dirinya sebagai patokan dalam melihat hubungan
spasial, arah kiri-kanan dari dirinya, berkembang menjadi kerangka acuan
objek pada salib sumbu pasangan titik yaitu salib sumbu utara-selatan dan
timur-barat.
Penggunaan contoh spasial seperti membuat bagan, dapat
membantu anak menguasai konsep matematika. Metode pengajaran
matematika yang memasukkan berpikir spasial seperti bentuk-bentuk
geometris, mainan (puzzle) yang menghubungkan konsep spasial dengan
angka, menggunakan tugas-tugas spasial dapat membantu terhadap
pemecahan masalah dalam matematika (Newman dalam Tambunan 2006:
29). Demikian pula pengertian terhadap konsep pembagian, proporsi
tergantung dari pengalaman spasial yang mendahuluinya (Clements dalam
Tambunan 2006: 29). Penelitian oleh Tambunan pada tahun 2003 yang
dilakukan terhadap 220 anak usia sekolah, berusia 7-11 tahun dengan
memberikan tes kecerdasan visual-spasial yang terdiri dari hubungan
spasial topologi, proyektif, euclidis dan tes matematika. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan visual-spasial
total, topologi dan euclidis dengan prestasi belajar matematika (Tambunan
2006: 30).
26



Menurut Tambunan (2006: 30) alat yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian:
a. Tes Kemampuan spasial yang terdiri dari tiga subtes yaitu topologi,
koordinasi perspektif dan euclidis.
1) Subtes topologi terdiri dari :
a) meniru gambar, yaitu meniru garis vertikal atau horisontal
yang mengukur kemampuan persepsi hubungan spasial.
b) posisi spasial yang mengukur kemampuan persepsi posisi
spasial (arah).
2) Subtes koordinasi perspektif yang mengukur kemampuan
mengkoordinasikan sejumlah sudut pandang yang berbeda.
3) Subtes euclidis terdiri dari :
a) Salib sumbu horisontal-vertikal yang mengukur kemampuan
mengkoordinasikan salib sumbu pasangan titik.
b) Rotasi mental yang mengukur kemampuan rotasi gambar
geometrik dua dimensi.
b. Tes matematika
Tes ini merupakan adaptasi dari Green level of Stanford Diagnostic
Mathematics Test (SDMT) dari Beatty dkk (1976). Tes ini terdiri dari
tiga bagian :
1) Bagian pertama adalah sistem Angka dan Penjumlahan, berisikan
seluruh sistem angka dan nilai desimal yaitu membilang, membaca
27



dan menafsirkan angka, membandingkan dan mengurut angka,
serta memperkirakan angka.
2) Bagian kedua adalah penghitungan. Soal terdiri dari penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
3) Bagian ketiga adalah Aplikasi. Soal terdiri dari pemecahan soal
sederhana, menguraikan soal dalam istilah matematika, membaca
dan menafsirkan tabel dan grafik, pengertian geometri dengan
mengidentifikasikan serta mengkualifkasikan bentuk-bentuk
geometri, pengukuran mengenai satuan ukuran, waktu.
J adi, di dalam mengujikan tes kemampuan spasial terdapat tiga
subtes yaitu topologi, koordinasi perspektif dan euclidis. Dalam
mengujikan tes kemampuan spasial ini juga harus ditunjang dengan tes
mata pelajaran yang di sini adalah matematika, sesuai materi yang telah
diajarkan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud kemampuan spasial adalah
kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan matematika. Dan dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan spasial sangat diperlukan dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan matematika terutama pada pokok bahasan
geometri. Selain itu kemampuan spasial juga diperlukan dalam
pemahaman serta pemecahan masalah soal cerita matematika.

28



4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar,
terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi
berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan
dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 787).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa
yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga
aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut.
Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya. (http://www.wploan.com/2011/
05/pengertian-prestasi-belajar.html)
Menurut Purwadarrninto (1987: 767), prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada
waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.
29



Jadi, prestasi belajar adalah ukuran belajar yang telah dicapai
menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan
perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat
dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Dan yang
dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah ukuran
keberhasilan siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari setelah menempuh
proses belajar di sekolah.
b. Faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada
faktorfaktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong
maupun yang menghambat. Menurut Ahmad (1998: 72 ), faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut :
1) Faktor internal
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor lntelegensi
Intelegensi dalarn arti sempit adalah kemampuan untuk
mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan.
Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi
prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi
dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak
30



membutuhkan berpikir rasiologi untuk rnata pelajaran
matematika.
b) Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek
untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang
beminat dalam pelajaran tertentu akan rnenghambat dalam
belajar.
c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan,
kesehatan jasmani, keadaan alat alat indera dan lain sebagainya.
Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas mental siswa,
karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif
terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi
rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas
menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, rnembimbing,
melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta
memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus
31



memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian
dan kemasyarakatan.
Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu
pendekatan didaktif dan gaya memirnpin kelas yang selalu
disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran,
sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal
mungkin.
b) Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan
hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang
sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan
di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti
kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang
perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya
belajar.
c) Faktor Sumber-sumber Belajar
Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam
proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai.
Sumber belajar itu dapat berupa media/ alat bantu belajar serta
bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat
yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan
perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi
32



konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil
yang lebih bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan ukuran keberhasilan seseorang setelah menempuh proses
balajar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
diantaranya faktor internal dan faktor eksternal seperti yang tertera di
atas. Yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah minat
belajar yang termasuk dalam faktor minat, kecerdasan emosional dan
kemampuan spasial yang termasuk dalam faktor intelegensi tergolong
faktor internal.
5. Tinjauan Materi
Menyederhanakan pecahan aljabar
Pecahan dikatakan sederhana jika pembilang dan penyebut pecahan
tersebut tidak lagi memiliki faktor persekutuan, kecuali 1. Dengan kata
lain, jika pembilang dan penyebut suatu pecahan memiliki faktor yang
sama kecuali 1 maka pecahan tersebut dapat disederhanakan. Hal ini juga
berlaku pada pecahan bentuk aljabar.
Menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dapar dilakukan dengan
memfaktorka pembilang dan penyebutnya terlebih dahulu, kemudian
dibagi dengan faktor sekutu dari pembilang dan penyebut tersebut.
Contoh:
Sederhanakan pecahan aljabar berikut!
33




Penyelesaian:
=
=
(Nurhaini, 2008: 26-27)
6. Kerangka Berpikir
Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara minat belajar, kecerdasan emosional, serta kemampuan
spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester 1
SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/2012. Sehingga dengan demikian
peneliti berpendapat bahwa keberhasilan siswa dalam belajar disebabkan
oleh variabel minat belajar, variabel kecerdasan emosional, serta variabel
kemampuan spasial. Maka kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :








Prestasi
Belajar
Minat Belajar
Kecerdasan Emosional
Kemampuan spasial
1
2
3
4
34



Maksud dari gambar di atas adalah :
a. Hubungan antara minat belajar dan kecerdasan emosional serta
kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.
Apabila seorang siswa berada dalam kondisi mempunyai minat belajar
matematika dan kecerdasan emosional yang tinggi, serta mempunyai
kemampuan spasial yang bagus maka proses belajar matematikanya
akan bagus pula, sehingga prestasi belajarnya akan meningkat.
Dengan demikian, diduga adanya hubungan yang positif antara minat
belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika.
b. Hubungan minat belajar dengan prestasi belajar matematika.
Semakin tinggi tingkat minat belajar semakin giat pula siswa tersebut
belajar matematika, sehingga prestasi belajar matematikanya akan
bagus. Dengan demikian diduga ada hubungan antara minat belajar
dengan prestasi belajar matematika.
c. Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar matematika.
Semakin cerdas mengelola emosi semakin cerdas pula siswa tersebut
memotivasi dirinya menguasai permasalahan yang ada dalam
matematika, sehingga prestasi belajar matematikanya akan bagus.
Dengan demikian diduga ada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar matematika.
d. Hubungan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.
35



Semakin mampu berfikir spasial semakin mampu pula siswa tersebut
memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematka, sehingga
prestasi belajar matematikanya akan meningkat. Dengan demikian
diduga ada hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika.
7. Hipotesis
Dari paparan teoritis di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
a. Hipotesis Mayor
Ha : Terdapat hubungan antara minat belajar dan kecerdasan
emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
b. Hipotesis Minor
Ha
1
: Terdapat hubungan antara minat belajar dan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
Ha
2
: Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Ha
3
: Terdapat hubungan antara kemampuan spasial dan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
36



Untuk keperluan uji, hipotesis diatas diubah menjadi hipotesis
nol (Ho), yaitu:
a. Hipotesis Mayor
Ho : Tidak terdapat hubungan antara minat belajar dan kecerdasan
emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
b. Hipotesis Minor
Ho
1
: Tidak terdapat hubungan antara minat belajar dan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
Ho
2
: Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Ho
3
: Tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Adapun hipotesis statistiknya sebagai berikut:
a. Hipotesis Mayor
H
0
: =0
H
1
: 0
b. Hipotesis Minor
37



1. H
0
: =0
H
1
: 0
2. H
0
: =0
H
1
: 0
3. H0 : =0
H
1
: 0
Di mana x
1
untuk minat belajar, x
2
untuk kecerdasan
emosional, x
3
untuk kemampuan spasial, dan y untuk prestasi belajr
matematika. Sementara .













38



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:
130). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 216 siswa. Adapun
rinciannya adalah kelas VIII A terdapat 36 siswa, kelas VIII B terdapat
36 siswa, kelas VIII C terdapat 36 siswa, kelas VIII D terdapat 36 siswa,
kelas VIII E terdapat 36 siswa, dan kelas VIII F terdapat 36 siswa.
Seluruh kelas ini dipandang sebagai satu kesatuan populasi,
karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut :
a) Siswa yang terdapat dalam populasi tersebut adalah siswa yang
berada pada kelas dan semester yang sama yaitu kelas VIII dan
semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
b) Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran matematika
dengan silabi yang sama.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006: 131). Dalam penelitian ini terdapat 3 kelas yang
masing-masing kelas terdiri atas 36 siswa, yaitu kelas VIII A, VIII B, dan
VIII C. Atau dengan kata lain, dalam penelitian ini terdapat 108 siswa.

38
39



Ketiga kelas tersebut digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu
kelompok uji coba (VIII C) dan kelompok korelasi (VIII A dan VIII B).
Menurut Arikunto (2006: 134), jika objeknya lebih dari 100
dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Di sini
peneliti mengambil sampel 100% untuk kelompok uji coba dan 50%
untuk kelompok korelasi. Pada kelompok uji coba peneliti mengambil
sampel 100% karena jumlah siswa 36 orang dan 50% untuk kelompok
korelasi karena jumlah siswa 92 orang dari dua kelas.
Pengambilan data dilakukan secara random yaitu satu kelas
sebagai kelompok uji coba dan dua kelas sebagai kelompok korelasi.
Dari kelompok korelasi karena terdiri atas 92 siswa, maka sampelnya
adalah 50% dari 92 yaitu 36 siswa. Dari 36 siswa tersebut, setiap kelas
diambil 18 siswa yaitu: 6 dari siswa yang mendapat nilai baik, 6 dari
siswa yang mendapat nilai sedang, dan 6 dari siswa yang mendapat nilai
kurang. Pengambilan sampel dengan teknik ini juga disebut penelitian
dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin,
karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki dan perempuan, berat
badan dan sebagainya (Hadi dalam Arikunto, 2006: 53). Adapun variabel-
variabel dalam penelitin ini adalah :
a. Variabel bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi/ variabel penyebab
(Arikunto, 2006: 119).
40



Terdapat tiga variabel bebas pada penelitian ini yaitu minat belajar (X
1
),
kecerdasan kecerdasan emosional (X
2
), dan kemampuan spasial (X
3
).
b. Variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi/ variabel akibat
(Arikunto, 2006:119).
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penulis mencoba
meneliti sejauh mana hubungan antara minat belajar dan kecerdaan emosional
serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII
semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012. Dari penjelasan
mengenai variabel diatas, dapat ditunjukan mengenai hubungan antar variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dalam desain penelitian sebagai berikut:






Keterangan:
X
1
: Minat Belajar
X
2
: Kecerdasan Emosional
X
3
: Kemampuan Spasial
Y : Prestasi Belajar Matematika
Y
X
1

X
2
X
3

41



D. Metode Pengumpulan Data
Ada dua macam data yang mendukung penelitian ini yaitu data
yang berasal dari veriabel bebas dan data yang berasal dari variabel terikat.
Data ini diperoleh menggunakan :
a. Metode dokumenter
Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa kelas VIII
semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
b. Metode angket
Metode ini digunakan untuk memperoleh kondisi minat belajar siswa
terhadap pelajaran matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Langkah-langkah penysunan angket adalah sebagai berikut:
1) Menentukan indikator
2) Menyusun angket
Angket yang digunakan adalah berbentuk soal pilihan ganda untuk
mengetahui seberapa minat belajar siswa dengan 4 alternatif jawaban
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Item Positif
(1) J ika siswa memberikan jawaban sangat setuju maka diberi
skor 4.
(2) J ika siswa memberikan jawaban setuju maka diberi skor 3.
(3) J ika siswa memberikan jawaban tidak setuju maka diberi
skor 2.
42



(4) J ika siswa memberikan jawaban sangat tidak setuju maka
diberi skor 1.
b) Item Negatif
(1) J ika siswa memberikan jawaban sangat setuju maka diberi
skor 1.
(2) J ika siswa memberikan jawaban setuju maka diberi skor 2.
(3) J ika siswa memberikan jawaban tidak setuju maka diberi
skor 3.
(4) J ika siswa memberikan jawaban sangat tidak setuju maka
diberi skor 4.
Setelah item angket tersusun langkah berikutnya adalah
mengujicobakan item tersebut untuk memperoleh item yang valid
dan reliabel. Item yang di ujicobakan sebanyak 25 item kemudian di
analisa mengenai validitas dan reliabilitasnya.
c. Metode tes
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
spasial dan kecerdasan emosional yang masing-masing terdiri dari 20
soal pilihan ganda. Selain itu untuk mengetahui prestasi belajar siswa
terdapat 5 soal uraian untuk siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
E. Uji Instrumen Penelitian
Untuk mengukur minat belajar siswa akan digunakan angket.
Sedangkan untuk mengukur kecerdasan emosional, kemampuan spasial, dan
43



prestasi belajar matematika digunakan tes. Tes kecerdasan emosional dan
kemampuan spasial berbentuk Skala Pilihan Ganda, yaitu skala yang
bentuknya pilihan ganda dimana suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah
alternatif pendapat. Sementara untuk tes prestasi belajar berbeutuk uraian.
Sebelum angket dan tes digunakan untuk pengambilan data, maka
angket dan tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas angket, daya pembeda butir soal, dan
tingkat kesukaran soalnya. Suatu angket bisa dikatakan baik bila memenuhi
persyaratan validitas dan reliabilitas. Sedangkan soal tes dikatakan baik bila
memenuhi validitas, reliabilitas, daya pembeda butir soal, dan tingkat
kesukaran soal.
a. Uji instrumen angket
1) Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006:
168). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiuliki validitas
yang rendah.
Untuk menghitung validitas digunakan rumus korelasi
product moment, yaitu : (Arikunto, 2006: 170)
{ }




=
) ) ( )( ) ( (
2 2 2 2
i i i i
i i i i
xy
Y Y n X X n
Y X Y X n
r
Keterangan:
44



xy
r =koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n =jumlah subyek
i
X

=jumlah skor angket


i
Y

=jumlah skor total

2
i
X =jumlah kuadrat skor angket

2
i
Y =jumlah kuadrat skor total
i
i
Y X

=jumlah perkalian skor angket (X) dan skor total(Y)


Interpretasi mengenai besarnya koefisiensi korelasi adalah:
0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada
0,21 sampai 0,40 korelasi rendah
0,41 sampai 0,60 korelasi sedang
0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi
0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna
(Arikunto, 2006: 72)
2) Reliabilitas
Sebuah instrument dikatakan reliabel apabila instrument
tersebut mempunyai atau dapat memberikan hasil yang tetap dan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
Adapun untuk mengukur reliabilitas instrumen yang skornya
bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian digunakan
rumus Alpha.
45



|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|

=

2
2
11
1
1
t
b
k
k
r



(Arikunto, 2006: 196)

Keterangan :
11
r
=reliabilitas instrumen
k
=banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

2
b

=jumlah varian skor tiap-tiap butir


2
t
=varian total

Sama halnya dengan angket, instrumen buitr soal juga perlu
diuji terlebih dahulu.

Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut :
0.800 1.000 =tinggi
0,600 0,799 =cukup
0,400 0,599 =agak rendah
0,200 0,399 =rendah
0,000 0,199 =sangat rendah
(Arikunto, 2007: 75)
b. Uji instrumen tes
1) Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen. Rumus yang digunakan untuk
46



mengetahui kesejajaran ( valid7tidak instrumen) adalah rumus
korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Pearson.
{ }




=
) ) ( )( ) ( (
2 2 2 2
i i i i
i i i i
xy
Y Y n X X n
Y X Y X n
r

Keterangan:
xy
r =koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n =jumlah subyek
i
X

=jumlah skor soal


i
Y

=jumlah skor total

2
i
X =jumlah kuadrat skor soal

2
i
Y =jumlah kuadrat skor total
i
i
Y X


=jumlah perkalian skor angket (X) dan skor total(Y)
Selanjutnya harga
xy
r yang diperoleh dari tiap-tiap butir soal
dikonsultasikan dengan
tabel
r product moment. Harga
xy
r

menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan.
Setiap nilai korelasi mengandung 3 makna, yaitu:
a) Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang
terdapat dibelakang koma. J ika angkanya terlalu kecil sampai
empat angka dibelakang koma, maka angka korelasi diabaikan.
Artinya tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y.
47



b) Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara
nilai variabel X dan nilai variabel Y. Jika tandanya plus (+),
maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (-), maka
arah korelasinya negatif.
c) Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat
tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel
yang diukur korelasinya.
Butir instrumen dikatakan valid apabila mempunyai korelasi
lebih besar atau sama dengan nilai
tabel
r

taraf signifikansi 5%. J ika
xy
r <

tabel
r

maka butir angket tidak valid.
Interpretasi mengenai besarnya koefisiensi korelasi adalah:
0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada
0,21 sampai 0,40 korelasi rendah
0,41 sampai 0,60 korelasi sedang
0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi
0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna
(Arikunto, 2006: 72)
2) Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Arikunto,
1998: 170).
48



Untuk menguji reliabilitas tes akan digunakan rumus Alpha
yaitu:
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|

=

2
2
11
1
1
t
b
k
k
r


Keterangan:
11
r
=reliabilitas instrumen
k
=banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

2
b

=jumlah varian skor tiap-tiap butir


2
t
=varian total
Rumus varian butir soal:
( )
N
N
EX
EX
= E
2
2
2
b

Setelah diperoleh
11
r kemudian dikonsultasikan dengan harga
r product moment. Instrumen dikatakan reliabel jika
tabel
r r >
11
.
Klasifikasi reliabilitas:
0,81 s
11
r s 1,00 =sangat tinggi
0,61 s
11
r s 0,80 =tinggi
0,41 s
11
r s 0,60 =cukup
0,21 s
11
r s 0,40 =rendah
0,01 s
11
r s 0,20 =sangat rendah
(Arikunto, 2006: 75)
49




3) Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha memecahkannya. sebaliknya soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya.
Rumus yang digunakan adalah:
JB
B
P =
Keterangan:
P =Indeks kesukaran
B =Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
J B =Jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan klasifikasi:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah
(Arikunto, 2006: 207)
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
50



dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk
menentukan daya pembeda untuk tes yang berbentuk uraian
menggunakan rumor uji t.
( ) 1
2
2
2
1

+

=
i i
L H
n n
x x
M M
t
Keterangan :
t : Uji t
M
H
: Mean kelompok atas
M
L
: Mean kelompok bawah
x
1
2

: Jumlah deviasi skor kelompok atas
x
1
2

: Jumlah deviasi skor kelompok bawah
N
i
: Jumlah responden pada kelompok atas atau bawah
(27% x N)
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t
tabel
, dengan taraf
signifikan 5% dan dk =n
1
+n
2
2. J ika t
hitung
>t
tabel
maka daya
pembeda soal tersebut signifikan (Arifin, 1991: 141).

F. Metode Analisis Data
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
analisis awal dengan uji homogenitas sampel dan uji normalitas dan
dilanjutkan dengan analisis akhir menggunakan uji regresi linier dan uji
korelasi.
a. Tahap analisis awal
51



1) Uji normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah menggunakan uji lillifors
sebagai berikut :
a) Hipotesis
Ho =sampel dari populasi berdistribusi normal
Ha =sampel tidak dari populasi berdistribusi normal
b) Prosedur
(1) Pengamatan
1
x ,
2
x , ...,
n
x dijadikan bilangan baku
1
z ,
2
z ,
...,
n
z dengan rumus :
s
x x
z
i
i

=
( x dan s merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
(2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar
distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang
( ) ( )
i i
z z P z F s =
(3) Selanjutnya dihitung proporsi
1
z ,
2
z , ...,
n
z yang
i
z s .
J ika proporsi ini dinyatakan oleh ( )
i
z S , maka :
( )
n
z yang z z z
z S
i n
i
s
=
.... .
2 1

(4) Menghitung selisih ( ) ( )
i i
z S z F , kemudian tentukan harga
mutlaknya.
(5) Mengambil harga yang paling besar di antara harga-harga
mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini
o
L .
52



Untuk menerima atau menolak H
o
, kita bandingkan L
o
dengan
nilai kritis L untuk taraf nyata =5%. Dengan kriteria terima
H
o
jika L
o
<L
tabel
dan tolak H
o
jika L
o
>L
tabel
(Sudjana, 2005:
466-467).
2) Uji homogenitas
Untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel yang
diambil dari populasi yang sama, maka perlu melakukan pengujian
terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel. Untuk
menguji homogenitas sampel digunakan Uji Bartlett, yang
bentuknya sebagai berikut:
Sampel ke Dk
dk
1
S
i
2
Log S
i
2
dk log S
i
2
1

2
.
.
K
n
1
1

n
2
1


n
k
1
1
1
1
n

1
1
2
n


1
1

k
n

S
1
2

S
2
2



S
k
2

Log S
1
2

Log S
2
2



Log S
k
2

(n
1
1) Log S
1
2

(n
2
1) Log S
2
2



(n
k
1) Log S
k
2

J ml
( )

1
i
n

|
|
.
|

\
|
1
1
i
n

- -
2
) 1 (


k i
LogS n


Di daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan yaitu:
53



a)
( )
( )
|
|
.
|

\
|

1
1
2
2
i
i i
n
S n
S
b) Harga satuan B dengan rumus:
B =( ) ( )

1
2
i
n S Log
Ternyata untuk uji Bartlett digunakan statistika chi kuadrat:
( ) ( ) { }

=
2 2
1 10 ln
i i
S Log n B
Dengan ln 10 =2,3026, disebut logaritma asli dari pada bilangan 10.
Dengan kriteria jika
2

hitung
<
2

tabel
, dengan taraf signifikansi 5%,
maka dapat dikatakan homogen (Sudjana, 2002: 261).
3) Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk menguji kelinieran regresi, adapun
yang diuji dalam penelitian ini adalah:
H
o
=hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah
tidak linier.
H
a
=hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah
linier.
Berikut adalah daftar analisis varians yang digunakan untuk menguji
kelinieran regresi. Hipotesisnya adalah:
H
o
=model regresi tidak signifikan
H
a
=model regresi signifikan
Sumber
Variansi
dk
Jumlah kuadrat
(J K)
KT F
54



Total N Y
i
2
Y
i
2
-
Regresi (a)
Regresi (b | a)
Residu
1

1

n-2
( )
n
Y
2
i
( ) a b J K J K
reg
=

( )
2
i res
Y

Y J K

=

( )
n
Y
2
i

( ) a b J K S
2
reg
=
( )
2 n
Y

Y
S
2
i 2
res


2
res
2
reg
S
S

Tuna cocok
Kekeliruan
k-2

n-k

J K
(TC)

J K
(E)
( )
( )
( )
( )
k n
J K
S
2 k
J K
S
TC 2
E
TC 2
TC

=

( )
( )
2
E
2
TC
S
S


Dari daftar diatas didapatkan dua hasil yaitu :
2
res
2
reg
S
S
F= untuk uji independen
( )
( )
2
E
2
TC
S
S
F = yang akan dipakai untuk menguji tuna cocok regresi linier.
Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika F F
(1
o)(k

2, n k)
. Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang
=(k 2) dan dk penyebut =(n k). (Sudjana, 2005: 331-332)
b. Uji Deskripsi
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil perhitungan
ketiga variabel beserta hasil belajarnya dengan menggunakan rata-rata
55



(mean), median, modus, serta dibuat diagramnya dengan histogram dan
poligon.
Sebelum mencari rata-rata, median, dan modus diperlukan tabel
distribusi frekuensi guna memudahkan dalam perhitungan. Pertama,
menentukan rata-ratanya dengan menggunakan rumus:

=
i
i i
f
x f
x
Dimana:
x

=rata-rata (mean)
i
f =jumlah frekuensi
i i
x f

=jumlah dari perkalian antara frekuensi dengan nilai tengah


Selanjutnya menghitung median (nilai tengah) dengan rumus:
|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
f
F n
p b M
e
) (
2
1

Keterangan:
Me =median
b =batas bawah kelas median
p =panjang kelas median
n =banyak data
F =frekuensi komulatif sebelum kelas median
f =frekuensi kelas median
56



Kemudian menentukan modus (data terbanyak) dengan menggunakan
rumus:

|
|
.
|

\
|
+
+ =
2 1
1
b b
b
p b M
o

Keterangan:
M
o
=modus
b =batas bawah kelas modus
p =panjang kelas
b
1
=frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b
2
=frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
Dari hasil perhitungan ketiganya kemudian dideskripsikan sehingga
menghasilkan penjabaran yang jelas.
c. Analisis akhir
1) Koefisien korelasi
Dengan kriteria pengujian H
o
diterima pada taraf signifikan =5%
dan dk =n 1, apabila r
hitung
<r
tabel
. Langkah-langkah menetukan
koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
a) Menentukan hubungan antara satu variabel bebas (X
i
) dengan
variabel terikat (Y).
{ }




=
2 2 2 2
) ( )( ) ( ( Y Y n X X n
Y X Y X n
r
i i
i i
xy

Misal:
57



Menentukan hubungan antara minat belajar (X
1
) dengan prestasi
belajar matematika siswa (Y) atau .
{ }




=
2 2 2
1
2
1
1 1
) ( )( ) ( ( Y Y n X X n
Y X Y X n
r
xy

Dengan cara yang sama, kita dapat menetukan pula hubungan
antara kecerdasan emosional (X
2
) dengan prestasi belajar
matematika (Y) atau , hubungan antara kemampuan spasial
(X
3
) dengan prestasi belajar matematika (Y) atau .
b) Menentukan hubungan antara satu variabel bebas dengan satu
variabel bebas yang lain
Yaitu hubungan antara minat belajar (X
1
) dengan kecerdasan
emosional (X
2
) atau , hubungan antara minat belajar (X
1
)
dengan kemampuan spasial (X
3
) atau , dan hubungan antara
kecerdasan emosional (X
2
) dengan kemampuan spasial (X
3
) atau
.
Misal :
{ }




=
) ) ( )( ) ( (
2
1
2
1
2
2
2
2
1 2 1 2
12
X X n X X n
X X X X n
r

Dengan cara yang sama, kita dapat menetukan pula dan .
c) Menentukan hubungan minat belajar, kecerdasan emosional dan
kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa.
Sebelum menentukan hubungan antara Y, X
1
, X
2
, dan X
3
58



ditentukan nilai koefisien korelasi parsial dengan variabel-
variabel berikut :
(1) Untuk variabel Y, X
1
, dan X
2

Misalkan menentukan korelasi parsial antara Y dan X
1

dengan menganggap X
2
tetap, maka dinyatakan dengan r
y1.2

dan koefisien korelasi parsial antara antara Y dan X
2
apabila
X
1
dianggap tetap dinyatakan dengan r
y2.1
, yaitu :
( )( )
2
1.2
2
y2
1.2 y2 y1
y1.2
r 1 r 1
r r r
r


=

( )( )
2
1.2
2
y1
1.2 y1 y2
y2.1
r 1 r 1
r r r
r


=
Dengan cara yang sama akan didapatkan r
y13
dan r
y23

(2) Untuk variabel Y, X
1
, X
2
, dan X
3

Misalkan menetukan koefisien korelasi parsial antara Y
dengan X
3
dan menganggap X
1
dan X
3
tetap, maka
dinyatakan dengan r
y1.23
, yaitu :
( )( )
2
13.2
2
y3.2
13.2 y3.2 y1.2
y1.23
r 1 r 1
r r r
r


=
Dengan demikian dapat dikemukakan hubungan antara koefisien
korelasi, koefisien korelasi ganda, dan korelasi korelasi parsial
variabel Y dengan X
1
, X
2
, dan X
3
, yaitu :
( )( )( )
2
Y3.12
2
Y2.1
2
y1
2
y12.3
r 1 r 1 r 1 R 1 =
(Sudjana, 2005: 386)
59



2) Persamaan regresi
a) Regresi linier sederhana atau tunggal
Regresi linier digunakan karena terjadi sebuah fenomena yang
terdiri dari sebuah variabel bebas (X) dan sebuah variabel terikat
(Y), untuk regresi linier yang terdiri dari sebuah variabel terikat
(Y) persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
bX a Y

+ =

Dimana :
( )( ) ( )( )
( )
( ) ( )( )
( )



=
2
i
2
i
i i i i
2
i
2
i
i i i i i
X X n
Y X Y X n
b
X X n
Y X X X Y
a

Dengan n =ukuran sampel
Persamaan regresi diatas akan digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas X
1
, X
2
, X
3
dan variabel terikat Y.
(1) Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar (X
1
)
dengan prestasi belajar matematika (Y), maka persamaannya
adalah:
1
bX a Y

+ =

(2) Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional
(X
2
) dengan prestasi belajar matematika (Y), maka
persamaannya adalah:
2
bX a Y

+ =

60



(3) Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan spasial (X
3
)
dengan prestasi belajar matematika (Y), maka persamaannya
adalah:
3
bX a Y

+ =

b) Regresi linier ganda
Regresi linier ganda digunakan karena terjadi sebuah fenomena
yang terdiri dari beberapa variabel bebas (X) dan sebuah variabel
terikat (Y). Adapun persamaan regresi linier ganda yang akan
digunakan adalah:
Y

=a
0
+a
1
X
1
+a
2
X
2
+a
3
X
3
Kemudian nilai a
0
, a
1
, a
2
, a
3
dapat dicari dengan menyelesaikan
persamaan sebagai berikut :
y
i
x
1i
=a
1
x
1i
2
+a
2
x
1i
x
2i
+a
3
x
1i
x
3i

y
i
x
2i
=a
1
x
1i
x
2i
+a
2
x
2i
2
+a
3
x
2i
x
3i

y
i
x
3i
=a
1
x
1i
x
3i
+a
2
x
2i
x
3i
+a
3
x
3i
2
Keterangan :
Y =prestasi belajar
X
1
=minat belajar
X
2
=kecerdasan emosional
X
3
=kemampuan spasial
a
1
=koefisien X
1

a
2
=koefisien X
2
a
3
=koefisien X
3
61



Y Y y
X X x
X X x
X X x
i 1i
3
3i 1i
2
2i 1i
1
1i 1i
=
=
=
=

3) Koefisien/ Indeks determinasi
Untuk mengetahui besarnya prosentase hubungan variabel Y
(prestasi belajar) dengan variabel X
1
(minat belajar), X
2
(kecerdasan
emosional), dan X
3
(kemampuan spasial). Rumus koefisien korelasi
determinasi adalah R
2
100%. Besar prosentase koefisien
determinasi pada penelitian ini :
a) Antara Y dan X
1

Prosentase koefisien determinasi =r
2
y1
100%
b) Antara Y dan X
2

Prosentase koefisien determinasi =r
2
y2
100%
c) Antara Y dan X
3

Prosentase koefisien determinasi =r
2
y3
100%
d) Antara Y dan X
1
,X
2
dan X
3

Prosentase koefisien determinasi =R
2
y.123
100%





62



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian,
karena hanya dengan analisis data yang telah dikumpulkan dapat memberi
arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Pada
bab ini dilaporkan tentang hasil-hasil penelitian serta pembahasannya. Hasil
yang dilaporkan adalah pra uji hipotesis yang meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas dengan data yang diambil dari nilai hasil ulangan sebelum
penelitian serta uji linieritas data penelitian, uji deskripsi, dan uji hipotesis
yang meliputi koefisien korelasi, persamaan regresi, dan indeks determinasi.
Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menentukan populasi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Dalam penelitian ini populasinya adalah
kelas VIII SMP N 2 Tawangsari semester 1 tahun ajaran 2011/ 2012 yang
berjumlah 5 kelas. Sampel diambil secara cluster random sampling, artinya
dari seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari semester 1 tahun ajaran
2011/ 2012 diambil sampel tiga kelas secara acak yaitu satu kelas sebagai
kelas uji coba dan dua kelas sebagai kelas korelasi yang masing-masing kelas
diambil 50% dari jumlah siswa. Disini yang berperan sebagai kelas uji coba
adalah kelas VIII C dan sebagai kelas korelasi adalah kelas VIII A dan VIII B
dengan pengambilan sampel 50% jumlah siswa dari kelas tersebut.


62
63



Setelah subyek penelitian ditetapkan, selanjutnya peneliti menentukan
sapel untuk uji coba penelitian. Instrumen yang memerlukan uji coba
penelitian adalah minat belajar matematika, kecerdasan emosional,
kemampuan spasial, dan prestasi belajar belajar.
B. Uji Coba
Uji coba instrumen diambil dari 34 siswa kelas VIII C SMP N 2
Tawangsari Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Soal yang diuji cobakan sebanyak
70 butir, dengan ketentuan 25 butir angket minat belajar matematika, 20 butir
tes kecerdasan emosional, 20 butir tes kemampuan spasial, dan 5 soal uraian
untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Tujuan dari uji coba instrumen ini
adalah untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian.
1. Butir angket dan tes
a. Validitas
Dari perhitungan r
xy
tiap item kemudian dikonsultasikan
terhadap r
tabel
, untuk N =34, taraf signifikan 5%, maka r
tabel
=0,339.
1) Minat Belajar
Berikut diberikan contoh perhitungan validitas item no. 2
uji coba angket minat belajar yang digunakan dalam penelitian.
Untuk tabel analisis dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 14.
{ }{ }
2 2 2 2
) ( ) ( ) ( ) (
) )( (
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
E E E E
E E E
=

64



N =34 XY =8416
X =104 Y =2721
X
2
=336 Y
2
=219365



=0,549
Karena r
xy
=0,549 >r
tabel
=0,339 maka dapat disimpulkan

item no. 2 uji coba angket minat belajar adalah valid.
Butir uji coba angket minat belajar yang tidak valid adalah

nomor item 1, 3, 19, dan 23. Sedangkan yang valid adalah butir

nomor 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21,

22, 24, dan 25 sehingga butir uji coba angket minat belajar

yang
digunakan untuk penelitian sebanyak 21 butir angket.
2) Kecerdasan Emosional
Berikut diberikan contoh perhitungan validitas item no. 1
uji coba tes kecerdasan emosional yang digunakan dalam
penelitian. Untuk tabel analisis dan hasilnya secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran 15.
{ }{ }
2 2 2 2
) ( ) ( ) ( ) (
) )( (
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
E E E E
E E E
=

65



N =34 XY =2256
X =62 Y =1254
X
2
=124 Y
2
=44328
{ }{ }
2 2
) 1224 ( ) 44328 ( 34 ) 62 ( ) 124 ( 34
) 1224 )( 62 ( ) 2256 ( 34


=
xy
r

{ }{ } 1498176 1507152 3844 4216
75888 76704


=
xy
r

3339072
816
=
xy
r

312781 , 1827
816
=
xy
r
447 , 0 =

Karena r
xy
=0,447 > r
tabel
=0,339 maka dapat disimpulkan

item no.1 uji coba tes kecerdasan emosional adalah valid.
Butir uji coba tes kecerdasan emosional yang tidak valid

adalah nomor 3, 4, 5, 8, 9, 15, 16, 17, 19, dan 20. Sedangkan yang

valid adalah butir nomor 1, 2, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, dan 18.

Karena jumlah butir yang valid hanya 10, maka pada tes

kecerdasan emosional yang digunakan untuk penelitian ditambah

lagi 10 butir sehingga butir yang digunakan untuk penelitian adalah

20 butir soal.
3) Kemampuan Spasial
Berikut diberikan contoh perhitungan validitas item no. 1 uji coba
tes kemampuan spasial yang digunakan dalam penelitian. Untuk
tabel analisis dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 16.
66



{ }{ }
2 2 2 2
) ( ) ( ) ( ) (
) )( (
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
E E E E
E E E
=

N =34 XY =277
X =22 Y =399
X
2
=22 Y
2
=22
{ }{ }
2 2
) 399 ( ) 4957 ( 34 ) 22 ( ) 22 ( 34
) 399 )( 22 ( ) 277 ( 34


=
xy
r

{ }{ } 159201 168538 484 748
8778 9418


=
xy
r

) 9337 )( 264 (
640
=
xy
r

2464968
640
=
xy
r
021656 , 1570
640
=
408 , 0 =

Karena r
xy
=0,408 >r
tabel
=0,339 maka dapat disimpulkan

item no.1 uji coba tes kemampuan spasial valid.
Untuk butir uji coba tes kemampuan spasial yang tidak valid

adalah nomor 2, 4, 5, 6, 10, 11, 12, dan 20. Sedangkan yang valid

adalah butir nomor 1, 3, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19.

Karena jumlah butir yang valid hanya 11, maka pada tes

kemampual spasial yang digunakan untuk penelitian ditambah 9

butir sehingga butir yang digunakan untuk penelitian adalah 20

butir soal.
b. Reliabilitas
Dari perhitungan r
11
tiap item kemudian dikonsultasikan
terhadap r
tabel
, dengan N =40, taraf signifikan 5%, maka r
tabel
=0,312.
67



Rumus yan digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes adalah
sebagai berikut:

1) Minat Belajar
Berikut diberikan contoh perhitungan reliabilitas uji coba
angket minat belajar yang digunakan dalam penelitian. Untuk tabel
analisis dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 14.
a) Menghitung varian butir
Untuk varians butir no. 2:
( )
526 , 0
34
34
104
336 )
) (
(
2 2
2
2
=

=


N
N
X
X
b

Dan seterusnya sampai 25 butir.
Maka jumlah semua varian butir =

= + + + = 266 , 8 243 , 0 .... 526 , 0 249 , 0


2
b

b) Menghitung varian total
=
2
t
varian total
205 , 47
34
34
) 2721 (
219365
) (
2
2
2
2
=

=
|
|
.
|

\
|

=


N
N
Y
Y
t

c) Menghitung reliabilitas alpha
k =25 025 , 47
2
=
t



266 , 8
2
=
b


68




|
.
|

\
|

=
205 , 47
266 , 8
1
1 25
25
11
r
( )( ) 82488 , 0 04167 , 1
11
= r 859 , 0 =
Karena r
11
=0,859 >r
tabel
=0,339 maka dapat disimpulkan uji

coba angket minat belajar bersifat reliabel, harga r
11
terletak pada

selang 0,80 <r
11
1,10 maka tingkat reliabilitas termasuk kategori
tinggi.
2) Kecerdasan Emosional
Berikut diberikan contoh perhitungan reliabilitas uji coba
tes kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian. Untuk
tabel analisis dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 15.
a) Menghitung varian butir
Untuk varians butir no. 1:
( )
322 , 0
34
34
62
124 )
) (
(
2 2
2
2
=

=


N
N
X
X
b

Dan seterusnya sampai 20 butir.
Maka jumlah semua varian butir =

= + + + = 8997 , 4 945 , 0 .... 222 , 0 322 , 0


2
b


b) Menghitung varian total
=varian total
69



765 , 7
34
34
) 1224 (
44328
) (
2
2
2
2
=

=
|
|
.
|

\
|

=


N
N
Y
Y
t


c) Menghitung reliabilitas Alpha
k =20 765 , 7
2
=
t



8997 , 4
2
=
b



|
.
|

\
|

=
765 , 7
8997 , 4
1
1 20
20
11
r
( )( ) 369 , 0 053 , 1
11
= r 388 , 0 =
Karena r
11
=0,388 > r
tabel
=0,339 maka dapat disimpulkan uji

coba tes kecerdasan emosional bersifat reliabel, harga r
11
terletak

pada selang 0,20 <r
11
0,39 maka tingkat reliabilitas termasuk

kategori rendah.
3) Kemampuan Spasial
Berikut diberikan contoh perhitungan reliabilitas uji coba
tes kemampuan spasial yang digunakan dalam penelitian. Untuk
tabel analisis dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 16.
a) Menghitung varian butir
Untuk varians butir no. 1:
70



( )
228 , 0
34
34
22
22 )
) (
(
2 2
2
2
=

=


N
N
X
X
b

Dan seterusnya sampai 20 butir.
Maka jumlah semua varian butir =

= + + + = 781 , 3 195 , 0 .... 247 , 0 228 , 0


2
b


b) Menghitung varian total
=varian total
077 , 8
34
34
) 399 (
4957
) (
2
2
2
2
=

=
|
|
.
|

\
|

=


N
N
Y
Y
t


c) Menghitung reliabilitas Alpha
k =20 077 , 8
2
=
t



781 , 3
2
=
b



|
.
|

\
|

=
077 , 8
781 , 3
1
1 20
20
11
r
( )( ) 532 , 0 053 , 1
11
= r 5599 , 0 =
Karena r
11
=0,5599 >r
tabel
=0,339 maka dapat disimpulkan
uji

coba tes kemampuan spasial bersifat reliabel, harga r
11
terletak
pada

selang 0,40 <r
11
0,59 maka tingkat reliabilitas termasuk
kategori

sangat agak rendah.
71



Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk angket minat
belajar yang digunakan ada 21 butir nomor, yaitu nomor 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21,

22, 24, dan 25. Untuk tes
kecerdasan emosional yang digunakan ada 20 butir nomor, yaitu 10 nomor
1, 2, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, dan 18 serta 10 nomor tambahan untuk
melengkapi. Begitu juga untuk tes kemampuan spasial yang digunakan
ada 20 butir nomor, yaitu 11 nomor 1, 3, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
dan 19 serta 9 nomor tambahan.
2. Butir Soal
a. Validitas
Berikut diberikan contoh perhitungan validitas item no. 1a uji
coba butir soal yang digunakan dalam penelitian. Untuk tabel analisis
dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 17.
{ }{ }
2 2 2 2
) ( ) ( ) ( ) (
) )( (
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
E E E E
E E E
=

N =35 XY =9086
X =248 Y =1085
X
2
=2236 Y
2
=39065
{ }{ }
2 2
) 1095 ( ) 39065 ( 35 ) 248 ( ) 2236 ( 35
) 1095 )( 248 ( ) 9086 ( 35


=
xy
r

{ }{ } 1199025 1367275 61504 78260
271560 318010


=
xy
r

72



) 168250 )( 16756 (
46450
=
xy
r
2819197000
46450
=
xy
r 875 , 0 =

Karena r
xy
=0,875 >r
tabel
=0,334 maka dapat disimpulkan item
no1

uji coba soal tes valid.
Dari perhitungan ini dapat diketahui baharwa butir nomor soal
yang tidak valid adalah nomor 2a, sedangkan untuk nomor 1a, 1b, 2b,
dan 2c dinyatakan valid.
b. Reliabilitas
Berikut diberikan contoh perhitungan reliabilitas uji coba butir
tes yang digunakan dalam penelitian. Untuk tabel analisis dan hasilnya
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 17.
1) Menghitung varian butir
Untuk varians butir no. 1a:
( )
678 , 13
35
35
248
2236 )
) (
(
2 2
2
2
=

=


N
N
X
X
b

Dan seterusnya sampai 5 butir.
Maka jumlah semua varian butir =

= + + + = 122 , 71 454 , 18 .... 074 , 12 678 , 13


2
b

a) Menghitung varian total
=
2
t
varian total
73



347 , 137
35
35
) 1095 (
39065
) (
2
2
2
2
=

=
|
|
.
|

\
|

=


N
N
Y
Y
t


b) Menghitung reliabilitas Alpha
k =5 347 , 137
2
=
t



122 , 71
2
=
b



|
.
|

\
|

=
347 , 137
122 , 71
1
1 5
5
11
r
( ) ) 482 , 0 ( 25 , 1
11
= r 603 , 0 =
Karena r
11
= 0,603 > r
tabel
= 0,334 maka dapat
disimpulkan uji coba angket motivasi belajar bersifat reliabel,
harga r
11
terletak pada selang 0,40 r
11
0,60 maka tingkat
reliabilitas termasuk kategori sangat cukup.
c) Indeks kesukaran
Berikut diberikan contoh perhitungan indeks kesukaran
uji coba butir tes yang digunakan dalam penelitian. Untuk
tabel analisis dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 17.
N
F
P =
F =9 dan N =35
74



N
F
P = =
35
9
=0,257
Karena harga 0,00 P 0,30, maka butir soal nomor
1a tergolong kategori soal mudah.
Dengan cara yang sama diketahui item soal nomor 1a
dan 2a tergolong kategori mudah. Dan untuk butir soal nomor
1b, 2b, dan 2c dikategorikan sedang.
d) Daya pembeda

Berikut diberikan contoh perhitungan daya pembeda
uji coba butir tes yang digunakan dalam penelitian. Untuk
tabel analisis dan hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 17.
MH =9,818 dan ML =2,455
x
1
2
=1,636 x
2
2
=108,727
n =11
) 1 (
) (
2
2
2
1

=

n n
x x
ML MH
t
i

) 1 11 ( 11
727 , 108 636 , 1
) 455 , 2 818 , 9 (

= t
110
364 , 110
364 , 7
= =7,352
Untuk taraf signifikan 5% dengan dk = 22, t
tabel
=
2,074. Karena t
hitung
lebih dari t
tabel
maka daya beda soal
nomor 1a signifikan.

75



Dari kelima soal ada dua butir soal yang tidak
signifikan yaitu

nomor 1b dan 2a. Butir soal nomor 1a, 2b,
dan 2c sudah teruji signifikan.
Berdasarkan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda maka diperoleh buti-butir uji coba angket yang valid dan tidak

valid. Untuk butir angket minat belajar yang digunakan adalah item nomor 2,
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21,

22, 24, dan 25. Untuk
butir tes kecerdasan emosional yang digunakanbutir nomor 1, 2, 6, 7, 10, 11,
12, 13, 14, dan 18. Begitu juga untuk tes kemampuan spasial yang digunakan
butir nomor 1, 3, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19. Sedangkan untuk

butir
soal yang digunakan adalah butir nomor 1a, 1b, 2b, dan 2c. Dalam hal

ini
untuk butir uji coba angket yang tidak valid dibuang dalam artian tidak

diikut
sertakan pada angket penelitian.
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Awal
a. Uji Normalitas
Pada uji normalitas ini akan diuji Ho: bahwa sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal dan Ha: bahwa sampel berasal dari
populasi berdistribusi tidak normal. Untuk mengetahui sampel
berdistribusi normal atau tidak digunakan uji liliefors. Data nilai
diambil dari nilai sebelum melakukan penelitian.
1) Uji Liliefors Kelompok Korelasi
76



Dari perhitungan pada lampiran 26 diperoleh Lo =0,1286 dengan
N =36 dan taraf nyata = 0,05, maka L
tabel
=0,1477. Karena Lo <
L
tabel
maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal.
2) Uji Liliefors Kelompok Uji Coba
Dari perhitungan pada lampiran 26 diperoleh Lo =0,1070 dengan
N = 35 dan taraf nyata = 0,05, maka L
tabel
=0,1498. Karena Lo <
L
tabel
maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah sampel diperoleh dari populasi yang
homogen maka perlu uji homogenitas sampel dengan uji Bartlett. Data
untuk uji Barlett diperoleh setelah menguji kenormalitasan sampel.
Berikut adalah tabel perhitungan uji Barlett:
Sampel ke dk 1/dk s
i
2
dk.s
i
2
log s
i
2
(dk)log s
i
2
1 35 0,0286 187,5714 6565 2,2732 79,5608
2 34 0,0294 143,8235 4890 2,1578 73,3662
J umlah 69 0,057983 331,39496 11455 4,431 152,9271

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh:
1) Varians gabungan dari kedua sampel
=166,014
Sehingga Log S
2
=Log 166,014 =2,220.
2) Harga satuan B
( ) 1 . log
2
=
i
N S B =(2,220) (69) =153,190
77



3) Menentukan Chi-kuadrat
_
2
=( ) ( ) { }


2
log 1 10 ln
i i
S n B .
=(2,3026)(153,190 152,9271) =0,606
Hasil perhitungan dengan _
2
tabel
untuk = 5% dengan dk = (n
i
-1)
=(2-1) =1 dari harga kritis Chi-kuadrat diperoleh _
2
tabel
=3,841 dan
_
2
hitung
=0,606. Karena _
2
hitung
<_
2
tabel
yaitu (0,606 <3,841) maka Ho
diterima. Ini berarti bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
c. Uji Linieritas
Uji linieritas akan di uji Ho: ada hubungan yang signifikan
antara variabel bebas dan variabel terikatnya dan Ha: tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikatnya.
Uji linieritas dilakukan terhadap masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya, dengan demikian dalam penelitian ini
dilakukan uji linieritas antara variabel minat belajar dan prestasi belajar,
kecerdasan emosional dan prestasi belajar, serta kemampuan spasial
dan prestas belajar. Sebelum uji linieritas dilaksanakan, pertama kali
harus dicari terlebih dahulu koefisien regresi masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan uji independen digunakan
untuk mengetahui tingkat signifikansi model. Data yang digunakan
untuk uji linieritas diambil dari data setelah melakukan penelitian.
1) Antara X
1
(minat belajar) dan Y (prestasi belajar)
Berdasarkan perhitungan pada lampiran 29 diperoleh daftar
ANAVA sebagai berikut:
78



Daftar Analisis Varians
untuk Regresi Linier Sederhana X
1
dan Y

Sumber variasi dk JK KT F Ftabel
36 151218 151218
Regresi (a) 1 137641 137641
Regresi (b|a) 1 6422,85 6422,85 30,5245 4,13002
34 7154,15 210,416
Tuna Cocok 19 2370,82 124,78 0,3913 2,33982
Kekeliruan 15 4783,33 318,889
Total
Residu

Dari tabel di atas uji independen untuk taraf kesalahan 5%
dengan dk pembilang 19 dan dk penyebut 15 diperoleh F
tabel
=
2,3398. Karena F
hitung
=0,3913 <F
tabel
=2,3398, maka hipotesis
model regresi linier diterima. Untuk taraf kesalahan 5% dengan dk
pembilang 1 dan dk penyebut 34 diperoleh F
tabel
=4,13002. Karena
F
hitung
=30,5245 <F
tabel
=4,13002, maka model regresi linier X
1

dengan Y bersifat nyata.
2) Antara X
2
(kecerdasan emosional) dan Y (prestasi belajar)
Berdasarkan perhitungan pada lampiran 31 diperoleh daftar
ANAVA sebagai berikut:
Daftar Analisis Varians
untuk Regresi Linier Sederhana X
2
dan Y
Sumber variasi dk JK KT F Ftabel
36 151218 151218
Regresi (a) 1 137641 137641
Regresi (b|a) 1 7934,97 7934,97 47,8177 4,13002
34 5642,03 165,942
Tuna Cocok 9 2293,2 254,8 1,90215 2,2821
Kekeliruan 25 3348,83 133,953
Total
Residu

79



Dari tabel di atas uji independen untuk taraf kesalahan 5%
dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 25 diperoleh F
tabel
=
2,2821. Karena F
hitung
=1,90215 <F
tabel
=2,2821, maka hipotesis
model regresi linier diterima. Untuk taraf kesalahan 5% dengan dk
pembilang 1 dan dk penyebut 34 diperoleh F
tabel
=4,13002. Karena
F
hitung
=47,8177 <F
tabel
=4,13002, maka model regresi linier X
2

dengan Y bersifat nyata.
3) Antara X
3
(kemampuan spasial) dan Y (prestasi belajar)
Berdasarkan perhitungan pada lampiran 33 diperoleh daftar
ANAVA sebagai berikut:
Daftar Analisis Varians
untuk Regresi Linier Sederhana X
3
dan Y
Sumber variasi dk JK KT F Ftabel
36 151218 151218
Regresi (a) 1 137641 137641
Regresi (b|a) 1 1532,45 1532,45 4,32587 4,13002
34 12044,6 354,252
Tuna Cocok 11 3608,19 328,017 0,89427 2,32895
Kekeliruan 23 8436,37 366,799
Total
Residu

Dari tabel di atas uji independen untuk taraf kesalahan 5%
dengan dk pembilang 11 dan dk penyebut 23 diperoleh F
tabel
=
2,32895. Karena F
hitung
=0,89427 <F
tabel
=2,32895, maka hipotesis
model regresi linier diterima. Untuk taraf kesalahan 5% dengan dk
pembilang 1 dan dk penyebut 34 diperoleh F
tabel
=4,13002. Karena
F
hitung
=4,32587 <F
tabel
=4,13002, maka model regresi linier X
3

dengan Y bersifat nyata.
80



2. Analisis Deskripsi
a. Deskripsi Data Angket Minat Belajar
1) Daftar distribusi frekuensi Sturges
a) Rentang =84 49 =35
b) Banyak kelas interval yang diperlukan dapat menggunakan
aturan Sturges.
Banyak kelas =1 +(3,3) log n
n merupakan banyak data. Banyaknya data responden adalah 36.
Maka banyaknya kelas adalah 1 +(3,3) log 36 =1 +5,1358 =
6,1358 =6.
c) Panjang kelas interval p = =
6
26
=5,83
dan diambil panjang interval kelas adalah 6.
d) Dengan p =6 dan memulai data terkecil dari data yang ada
diambil 49, maka kelas pertama terbentuk adalah 49 54.
2) Mean, Median dan Modus
Tabel Data Distribusi Frekuensi
Interval Frekuensi
Nilai
(fi )
(x
i
) x
i
2
1 49-54 3 51,5 2652,25 154,5 7956,75
2 55-60 9 57,5 3306,25 517,5 29756,3
3 61-66 10 63,5 4032,25 635 40322,5
4 67-72 5 69,5 4830,25 347,5 24151,3
5 73-78 4 75,5 5700,25 302 22801
5 79-84 5 81,5 6642,25 407,5 33211,3
36 2364 158199
Kelas
Nilai Tengah
f
i
x
i
f
i
x
i
2
Jumlah


81



a) Mean
36
2364
= =

i
i i
f
x f
x =65,667
J adi mean atau rata-rata dari angket minat belajar adalah 65,667.
b) Median
Dari tabel untuk mencari mean akan digunakan untuk nilai
median dengan menggunakan rumus:
|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
f
F n
p b Me
2
1

Setengah dari seluruh data diatas ada 18 siswa. Jadi median akan
di kelas interval ke tiga. Dari kelas median didapat:
b =60,5, p =6, f =10, dan F =12
|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
10
12 ) 36 (
2
1
6 5 , 60 Me

=60,5 +3,6 =64,1
J adi, nilai median dari kelas di atas adalah 64,1.
c) Modus
Untuk mencari nilai modusnya dapat dicari dengan mengunakan
rumus:
|
|
.
|

\
|
+
+ =
2 1
1
b b
b
p b Mo
Dari tabel terdapat kelas yang mempunyai frekuensi terbanyak
adalah kelas ke tiga. Diketahui: b =60,5, p =6, b
1
=4, dan b
2
=8.
82



Maka modusnya adalah:
|
.
|

\
|
+
+ =
8 4
4
6 5 , 60 Mo

=60,5 +2 =62,5
J adi, Modusnya adalah 62,5.
3) Histogram dan poligon
10
4
9
3
-
5
48,5 54,5 60,5 66,5 72,5 78,5 84,5 Interval
fi
-
-
-
-
- ----- -
Poligon
Histogram

4) Analisis
Berdasarkan perhitungan skor angket minat belajar di atas, kelas
tersebut memiliki rata-rata (mean) sebesar 65,667 dan median
sebesar 64,1 dan modus sebesar 62,5. J ika dilihat pada garis kurva
histogram dan poligonnya menunjukkan bahwa tingkat minat belajar
siswa relatif rendah. Terbukti dengan perbandingan rentang antara
55 66 dan 67 84. Jumlah siswa yang berada pada rentang 55 66
lebih banyak dari pada rentang 67 84.
b. Deskripsi Data Tes Kecerdasan Emosional
1) Daftar distribusi frekuensi Sturges.
a) Rentang =40 18 =22
83



b) Banyak kelas interval yang diperlukan dapat menggunakan
aturan Sturges.
Banyak kelas =1 +(3,3) log n
n merupakan banyak data. Banyaknya data responden adalah 36.
Maka banyaknya kelas adalah 1 +(3,3) log 36 =1 +5,1358 =
6,1358 =6.
c) Panjang kelas interval p = =
6
22
=3,67
dan diambil panjang interval kelas adalah 4.
d) Dengan p =4 dan memulai data terkecil dari data yang ada
diambil 18, maka kelas pertama terbentuk adalah 18 21.
2) Mean, Median dan Modus
Tabel Data Distribusi Frekuensi
Interval Frekuensi
Nilai
(fi )
(x
i
) x
i
2
1 18-21 3 19,5 380,25 58,5 1140,75
2 22-25 1 23,5 552,25 23,5 552,25
3 26-29 9 27,5 756,25 247,5 6806,25
4 30-33 8 31,5 992,25 252 7938
5 34-37 8 35,5 1260,25 284 10082
6 38-41 7 39,5 1560,25 276,5 10921,8
36 1142 37441
Kelas
Nilai Tengah
f
i
x
i
f
i
x
i
2
J umlah

a) Mean
36
1142
= =

i
i i
f
x f
x =31,722
J adi mean atau rata-rata dari tes kecerdasan emosional adalah
31,722.

84



b) Median
Dari tabel untuk mencari mean akan digunakan untuk nilai
median dengan menggunakan rumus:
|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
f
F n
p b Me
2
1

Setengah dari seluruh data diatas ada 18 siswa. Jadi median akan
di kelas interval empat. Dari kelas median didapat:
b =29,5 , p =4, f =8, dan F =13
|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
8
13 ) 36 (
2
1
4 5 , 29 Me

=29,5 +2,5 =32
J adi, nilai median dari kelas di atas adalah 32.
c) Modus
Untuk mencari nilai modusnya dapat dicari dengan mengunakan
rumus:
|
|
.
|

\
|
+
+ =
2 1
1
b b
b
p b Mo
Dari tabel kelas keempat diketahui:
b =25,5, b
1
=7, b
2
=0, dan p =4.
Maka modusnya adalah:
5 , 29 4 5 , 25
7 0
7
4 5 , 25 = + = |
.
|

\
|
+
+ = Mo

85



J adi modus data di atas adalah 29,5.
3) Histogram dan poligon
7
1
9
3
-
8
17,5 21,5 25,5 29,5 33,5 37,5 41,5 Interval
fi
-
-
-
-
- ----- -
Poligon
Histogram

4) Analisis
Berdasarkan perhitungan skor tes kecerdasan logika matematika di
atas, kelas tersebut memiliki rata-rata (mean) sebesar 31,722, median
sebesar 32, dan modus sebesar 29,5. J ika dilihat pada garis kurva
histogram dan poligonnya menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan
emosional siswa relatif tinggi. Terbukti dengan kurva di atas yang
termasuk kurva negatif yaitu banyaknya siswa pada rentang kanan
atau 25 41.
c. Deskripsi Data Tes Kemampuan Spasial
1) Daftar distribusi frekuensi Sturges.
a) Rentang =16 4 =12
b) Banyak kelas interval yang diperlukan dapat menggunakan
aturan Sturges.
Banyak kelas =1 +(3,3) log n
86



n merupakan banyak data. Banyaknya data responden adalah 36.
Maka banyaknya kelas adalah 1 +(3,3) log 36 =1 +5,1358 =
6,1358. Dari data yang ada, banyaknya kelas dari perhitungan
6,1358 akan dibulatkan ke atas sehingga diperoleh 7 kelas.
c) Panjang kelas interval p = =
1358 , 6
12
=1,956
dan diambil panjang interval kelas adalah 2.
d) Dengan p =2 dan memulai data terkecil dari data yang ada
diambil 34, maka kelas pertama terbentuk adalah 4 5.
2) Mean, Median dan Modus
Tabel Data Distribusi Frekuensi
Interval Frekuensi
Nilai (f
i
) (x
i
)
1 4 5 4 4,5 20,25 18 81
2 6 7 5 6,5 42,25 32,5 211,25
3 8 9 3 8,5 72,25 25,5 216,75
4 10 11 4 10,5 110,25 42 441
5 12 13 8 12,5 156,25 100 1250
6 14 15 8 14,5 210,25 116 1682
7 16 17 4 16,5 272,25 66 1089
36 400 4971 Jumlah
Kelas
Nilai Tengah
f
i
x
i
f
i

a) Mean
11 , 11
36
400
= = =

i
i i
f
x f
x
J adi mean atau rata-rata dari tes kemampuan spasial adalah 11,11.
b) Median
Dari tabel untuk mencari mean akan digunakan untuk nilai
median dengan menggunakan rumus:


87



|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
f
F n
p b Me
2
1

Setengah dari seluruh data diatas ada 18 siswa. Jadi median akan
di kelas interval kelima. Dari kelas median didapat:
b =11,5, p =2, f =8 dan F =16
12 5 , 0 5 , 11
8
16 ) 36 (
2
1
2 5 , 11 = + =
|
|
|
|
.
|

\
|

+ = Me
J adi, nilai median dari kelas di atas adalah 12.
c) Modus
Untuk mencari nilai modusnya dapat dicari dengan mengunakan
rumus:
|
|
.
|

\
|
+
+ =
2 1
1
b b
b
p b Mo
Dari tabel terdapat dua kelas yang mempunyai frekuensi
terbanyak yaitu kelas kelima dan kelas keenam. Dengan
menggunakan rumus, hasil dari perhitungan keduanya akan
dibandingkan dan dicari mana yang cocok atau mendekati.
Untuk kelas kelima, diketahui b =11,5, b
1
=7, b
2
=3, dan p =2.
Maka modusnya adalah:
94 , 12 44 , 1 5 , 11
3 7
7
2 5 , 11 = + = |
.
|

\
|
+
+ = Mo

Untuk kelas keempat, diketahui b =13,5, b
1
=3, b
2
=7, dan p =2.
Maka modusnya adalah:
88



1 , 14 6 , 0 5 , 13
7 3
3
2 5 , 13 = + = |
.
|

\
|
+
+ = Mo

3) Histogram dan poligon
3
__
-
-
-
-
___ ___
11,5 13,5
8
5
3,5 17,5 5,5
4
9,5 7,5 15,5
Interval
fi
Histogram
Poligon

4) Analisis
Berdasarkan perhitungan skor angket kemampuan spasial di atas,
kelas tersebut memiliki rata-rata (mean) sebesar 11,11 dan median
sebesar 12. Sedangkan untuk modus, pada tabel distribusi frekuensi
terlihat jelas bahwa terdapat dua kelas yang mempunyai frekuensi
sama besar yaitu kelas kelima dan kelas keenam. Setelah melalui
perhitungan untuk kelas kelima menghasilkan nilai modus sebesar
12,94, sedang untuk kelas keenam menghasilkan modus sebesar
14,1. Untuk kelas kelima jika dilihat interval skornya maka nilai
12,94 letaknya mendekati batas atas kelas yaitu di bawah skor 13.
Untuk kelas keenam yang nilai modusnya 14,1 juga terletak persis
pada batas bawah kelas, yaitu mendekati 14. Sehingga jika diambil
salah satunya maka kelas modus yang digunakan adalah kelas kelima
karena lebih mendekati. J ika dilihat pada garis kurva histogram dan
poligonnya menunjukkan bahwa tingkat kemampuan spasial siswa

89



relatif cukup tinggi. Terbukti dengan banyaknya siswa yang berada
pada skor pertengahan yaitu antara 11 hingga 15.
d. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa
1) Daftar distribusi frekuensi Sturges.
a) Rentang =98 30 =68
b) Banyak kelas interval yang diperlukan dapat menggunakan
aturan Sturges.
Banyak kelas =1 +(3,3) log n
n merupakan banyak data. Banyaknya data responden adalah 36.
Maka banyaknya kelas adalah 1 +(3,3) log 36 =1 +5,1358 =
6,1358. Dari hasil tersebut, banyak kelas dibulatkan ke atas
sehingga terdapat 7 kelas.
c) Panjang kelas interval p = =
7
68
=9,71429
dan diambil panjang interval kelas 10.
d) Dengan p =12 dan memulai data terkecil dari data yang ada
diambil 30 maka kelas pertama terbentuk adalah 30 39.
2) Mean, median, dan modus
Tabel Data Distribusi Frekuensi
Interval Frekuensi Nilai Tengah
Nilai (f
i
) (x
i
)
1 30 - 39 5 39,5 1560,25 197,5 7801,25
2 40 - 49 6 44,5 1980,25 267 11881,5
3 50 - 59 9 54,5 2970,25 490,5 26732,25
4 60 - 69 5 64,5 4160,25 322,5 20801,25
5 70 - 79 3 74,5 5550,25 223,5 16650,75
6 80 - 89 3 84,5 7140,25 253,5 21420,75
7 90 - 99 5 94,5 8930,25 472,5 44651,25
Jumlah 36 2227 149939
Kelas f
i
x
i
f
i

89
90



a) Mean
36
2227
= =

i
i i
f
x f
x =61,86
J adi mean atau rata-rata dari data hasil belajar siswa adalah 61,86.
b) Median
Dari tabel untuk mencari mean akan digunakan untuk nilai
median dengan menggunakan rumus:
|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
f
F n
p b Me
2
1

Setengah dari seluruh data diatas ada 18 siswa. J adi median akan
di kelas interval ketiga. Dari kelas median didapat:
b =49,5, p =10, f =9, dan F =11
|
|
|
|
.
|

\
|

+ =
9
11 ) 36 (
2
1
10 5 , 49 Me

=49,5 +7,78 =57,28
J adi, nilai median dari kelas di atas adalah 57,28.
c) Modus
Untuk mencari nilai modusnya dapat dicari dengan mengunakan
rumus:
|
|
.
|

\
|
+
+ =
2 1
1
b b
b
p b Mo
Dari tabel kelas keempat diketahui b =49,5, b
1
=4, b
2
=5, dan p
=10. Maka modusnya adalah:
91



|
.
|

\
|
+
+ =
5 4
4
10 5 , 49 Mo

=49,5 +4,44 =53,94
J adi, modus data di atas adalah 53,94.
3) Histogram dan poligon
(f
i
)
29,5
-
-
-
-
-
-------
9
6
5
3
39,5 89,5 49,5 59,5 69,5 79,5 99,5 Interval
Histogram
Poligon

4) Analisis
Berdasarkan perhitungan prestasi belajar siswa di atas, kelas tersebut
memiliki rata-rata (mean) sebesar 61,86, median sebesar 57,28, dan
modus sebesar 53,94. Jika dilihat pada garis kurva histogram dan
poligonnya, kurva tersebut termasuk jenis kurva positif yang
menunjukkan bahwa tingkat prestasi kurang. Terbukti lebih banyak
siswa yang berada di bawah skor rata-rata yaitu pada skor 30 hingga
60.
3. Analisis Akhir/ Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Korelasi
1) Uji Koefisien Korelasi Sederhana/ Linier
Rumus yang digunakan untuk analisis korelasi product moment.


91
92



( )( )
( ) | | ( ) | |
2 2 2 2
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
E E E E
E E E
=

a) Hubungan minat belajar (X
1
) dengan prestasi belajar matematika
siswa (Y)
Dari hasil perhitungan pada lampiran 34 dan 35, didapat
indeks korelasi antara minat belajar dan prestasi belajar sebesar
r
hitung
= 0,688. Selanjutnya harga r
hitung
yang diperoleh
dikonsultasikan dengan r
tabel
dengan N = 36 dan tingkat
signifikansi () = 0,05 diperoleh r
tabel
=0,329, karena r
hitung
>r
tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara minat belajar dan prestasi belajar siswa
kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran
2011/2012.

b) Hubungan antara kecerdasan emosional (X
2
) dengan prestasi
belajar matematika siswa (Y)
Dari hasil perhitungan pada lampiran 34 dan 36, didapat
nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dan prestasi
belajar sebesar r
hitung
= 0,764. Selanjutnya harga r
hitung
yang
diperoleh dikonsultasikan dengan r
tabel
dengan N =36 dan tingkat
signifikansi () = 0,05 diperoleh r
tabel
=0,329, karena r
hitung
>r
tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar
93



siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran
2011/2012.

c) Hubungan antara kemampuan spasial (X
3
) dengan prestasi belajar
matematika siswa (Y)
Dari hasil perhitungan pada lampiran 34 dan 37 didapat
nilai koefisien korelasi antara kemampuan spasial dan prestasi
belajar sebesar r
hitung
= 0,336. Selanjutnya harga r
hitung
yang
diperoleh dikonsultasikan dengan r
tabel
dengan N =36 dan tingkat
signifikansi () = 0,05 diperoleh r
tabel
=0,329, karena r
hitung
>r
tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara kemampuan spasial dan prestasi belajar
siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran
2011/2012.
2) Uji Koefisien Korelasi Parsial
Dari perhitungan pada lampiran 41 didapat nilai koefisien
korelasi parsial yang akan digunakan dalam menentukan nilai
koefisien korelasi ganda.
Rumus yang digunakan adalah:

Dengan rumus yang serupa juga didapat r
y2.1
yaitu 0,131 untuk r
y3.1

dan 0,519 untuk r
y2.1
.

93
94



3) Uji Koefisien Korelasi Ganda
Hubungan antara minat belajar matematika (X
1
), dan kecerdasan
emosional (X
2
), serta kemampuan spasial (X
3
) terhadap prestasi
belajar matematika siswa (Y).
Rumus yang digunakan adalah:
( )( )( )
2
Y3.12
2
Y2.1
2
y1
2
y12.3
r 1 r 1 r 1 R 1 =

Dari hasil perhitungan pada lampiran 34 41 didapat nilai
koefisien korelasi ganda antara minat belajar matematika kecerdasan
emosional, dan kemampuan spasial secara bersama dengan prestasi
belajar sebesar r
hitung
=0,786. Selanjutnya harga r
hitung
yang diperoleh
dikonsultasikan dengan r
tabel
dengan N =36 diperoleh r
tabel
=0,329,
karena r
hitung
>r
tabel
maka Ho ditolak. Ini berarti Ha diterima yaitu
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (minat
belajar, kecerdasan emisional, dan kemampuan spasial) dan variabel
terikat (prestasi belajar).
b. Uji Regresi
1) Uji Regresi Linier
Uji regresi linier digunakan untuk mengetahui hubungan
antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.
a) Regresi X
1
(minat belajar) dengan Y (prestasi belajar
matematika)
Berdasarkan perhitungan pada lampiran 42 diperoleh
persamaan regresi X
1
dengan Y yaitu = 1,547 X
1
39,388.
95



Maka 1,547 berarti perubahan rata-rata Y untuk setiap
perubahan satuan dalam variabel X
1
.
Adapun diagram pencarnya:

b) Regresi X
2
(kecerdasan emosional) dengan Y (prestasi belajar
matematika)
Berdasarkan perhitungan pada lampiran 42 diperoleh
persamaan regresi X
2
dengan Y yaitu = 2,443 X
2
14,587.
Maka 2,443 berarti perubahan rata-rata Y untuk setiap
perubahan satuan dalam variabel X
2
.
Adapun diagram pencarnya:

X
1

X
1

X
2
X
2
96



c) Regresi X
3
(kemampuan spasial) dengan Y (prestasi belajar
matematika)
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh persamaan
regresi X
3
dengan Y yaitu = 42,3004 +1,77572X
3
. Maka
1,77572 berarti perubahan rata-rata Y untuk setiap perubahan
satuan dalam variabel X
3
.
Adapun diagram pencarnya:

2) Uji Regresi Ganda
Uji regresi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan
antara semua variabel bebas dengan variabel terikat, persamaan
garis untuk tiga variabel bebas (X
1
, X
2
, dan X
3
). Dari perhitungan
pada lampiran 44 dan 45 didapatkan koefisien-koefisien regresi
0

=-34,011,
1
=0,557,
2
= 0,788, dan
3
=0,312 maka diperoleh
persamaan regresi linier ganda = 0,557 X
1
+0,788 X
2
+0,312 X
3
34,011. Maka
1
=0,557 berarti perubahan rata-rata Y untuk
setiap perubahan satuan dalam variabel X
1
apabila X
2
dan X
3

X
3
X
3
97



dianggap tetap,
2
=0,788 menyatakan perubahan rata-rata Y untuk
setiap perubahan satuan dalam variabel X
2
apabila X
1
dan X
3
tetap,

3
= 0,312 menyatakan perubahan rata-rata Y untuk setiap
perubahan satuan dalam variabel X
3
apabila X
1
dan X
2
tetap.
c. Harga Koefesien Determinasi (r
2
)
Koefisien determinasi dicari untuk mengetahui besarnya
presentase variabel bergantung Y yang dapat dijelaskan oleh variabel X,
besarnya koefisien determinasi adalah r
2
dan rumus koefisien
determinasi =r
2
x 100%.
1) Untuk korelasi Y dengan X
1

r
y1
=0,6878
koefisien determinasi =(0,6878)
2
x 100%
=0,4731 x 100%
=47,31%
2) Untuk korelasi Y dengan X
2

r
y2
=0,7645
koefisien determinasi =(0,7645)
2
x 100%
=0,5844 x 100%
=58,44%
3) Untuk korelasi Y dengan X
3

r
y3
=0,3360
koefisien determinasi =(0,3360)
2
x 100%
=0,1129 x 100%
98



=11,29%
4) Untuk korelasi antara Y dengan X
1
, X
2
, dan X
3

R
2
y.123
= 0,6177

koefisien determinasi =0,6177 x 100%
=61,77%
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat
belajar, dan kecerdasan emosional, serta kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika pada siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
Sebelum data dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi dan
regresi terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji linieritas. Setelah diperoleh sampel yang berdistribusi
normal dan terbukti bahwa masing-masing variabel bebas dan terikatnya
signifikan atau nyata maka dilanjutkan dengan uji deskripsi, uji korelasi, dan
regresi.
Hasil analisis dari koefisien korelasi r
y1,
dimana r
y1
= 0,6878,
388 , 39 547 , 1
1
=
.
X Y dan uji signifikan dengan uji F, maka hipotesis yang
berbunyi Terdapat Hubungan antara Minat Belajar Matematika dan Prestasi
Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Tawangsari tahun
ajaran 2011/ 2012 diterima. Hal ini terbukti dengan r
hitung
>r
tabel
yaitu
0,6878 >0,329.
99



Hasil penelitian ini mendukung pendapat Slameto yang menegaskan
bahwa siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
sesuatu aktivitas.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Wa Ode
Sarliati dalam skripsinya yang bejudul Hubungan Minat Belajar Matematika
Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3
Wangi-Wangi Selatan, dengan menghasilkan t
hitung
=3,2196 lebih besar dari
t
tabel
sebesar 1,67. Ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara
minat belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar
mempengaruhi prestasi seseorang. Siswa yang mempunyai minat belajar
tinggi pada suatu bidang akan lebih berhasil meraih prestasi dibidang tersebut
daripada siswa yang mempunyai minat belajar yang rendah.
Untuk perhitungan koefisien korelasi r
y2,
dimana r
y2
= 0,7845,
587 , 14 443 , 2
2
=
.
X Y dan uji signifikan dengan uji F, maka hipotesis yang
berbunyi Terdapat Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Prestasi
Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012 diterima. Hal ini terbukti dengan r
hitung
>r
tabel
yaitu
0,7845 >0,329.
100



Hasil penelitian ini mendukung pendapat Gardner bahwa bahwa
bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih
sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar
dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/ logika, spasial,
kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan
oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Goleman disebut sebagai
kecerdasan emosional. Dan juga pendapat Hamzah bahwa keterampilan
kecerdasan emosi ini bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif,
orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks
pekerjaan, makin penting kecerdasan emosi. Emosi yang lepas kendali dapat
membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak
akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan
potensi maksimum.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Dian Pertiwi dengan skripsi yang berjudul Hubungan
Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Rowosari Kabupaten
Kendal Tahun Ajaran 2009/ 2010, dengan hasil menghasilkan koefisien
korelasi sederhana sebesar 0,711. Kemudian dari tabel korelasi menghasilkan
nilai SIG sebesar 0,00 <0,005 yang berarti besarnya nilai koefisien korelasi
signifikan. Jadi terdapat hubungan antar kecerdasan emosional dengan hasil
belajar siswa.
101



Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
mempengaruhi prestasi seseorang, baik dalam bidang pendidikan maupun
bidang pekerjaan. Seseorang yang hanya mengasah IQ nya saja tanpa
dibarengi EQ maka hasil usaha yang diperolehnya akan kurang maksimum.
Untuk perhitungan koefisien korelasi r
y3,
dimana r
y3
= 0,336,
3
776 , 1 301 , 42 X Y + =
.
dan uji signifikan dengan uji F, maka hipotesis yang
berbunyi Terdapat Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi
Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Semester 1 N 2 Tawangsari
Tahun Ajaran 2011/ 2012 diterima. Hal ini terbukti dengan r
hitung
>r
tabel

yaitu 0,336 >0,329.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Hills yang menyatakan
bahwa ditemukan ada korelasi yang tinggi antara kemampuan spasial dengn
nilai matematika, jika dibandingkan dengan tes verbal dan penalaran. Begitu
juga dengan study Bishop yang menemukan adanya hubungan antara
pemecahan masalah matematika dengan kemampuan visuospasial. Tambunan
dalam penelitiannya juga menemukan hubungan yang positif antara
kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Siti Marliah
Tambunan yang berjudul Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan
Prestasi Belajar Matematika. Penelitian ini di lakukan pada tahun 2006
dengan sampel sebanyak 220 anak SD, dan menghasilkan koefisien korelasi
tunggal sebesar 0,422. Kemudian dari tabel korelasi menghasilkan nilai Sig
sebesar 0,00 <0,005 yang berarti besarnya nilai koefisien korelasi signifikan.
102



J adi terdapat hubungan antar kemampuan spasial dengan prestasi belajar
siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara kemampuan spasial siswa dengan prestasi belajar matematika. J ika
siswa mempunyai tingkat kemampuan spasial yang tinggi, maka prestasi
belajarnya akan tinggi, begitu pula sebaliknya.
Untuk perhitungan koefisien korelasi ganda, dimana R
y.123
=0,786
dan teruji signifikan maka hipotesis yang berbunyi Terdapat Hubungan
antara Minat Belajar dan Kecerdasan Emosional serta Kemampuan Spasial
dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP
N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012 diterima. Hal ini dikarenakan
r
hitung
>r
tabel
yaitu 0,786 >0,329.
Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan bahwa persamaan
regresinya adalah = 0,557 X
1
+0,788 X
2
+0,312 X
3
34,011 maka a
1
=
0,557 berarti perubahan rata-rata Y (prestasi belajar matematika) untuk setiap
perubahan satuan dalam variabel X
1
(minat belajar) apabila X
2
(kecerdasan
emosional) dan X
3
(kemampuan spasial) dianggap tetap, a
2
= 0,788
menyatakan perubahan rata-rata Y (prestasi belajar matematika) untuk setiap
perubahan satuan dalam variabel X
2
(kecerdasan emosional) apabila X
1

(minat belajar) dan X
3
(kemampuan spasial) tetap, a
3
=0,312 menyatakan
perubahan rata-rata Y (prestasi belajar matematika) untuk setiap perubahan
satuan dalam variabel X
3
(kemampuan spasial) apabila X
1
(minat belajar) dan
X
2
(kecerdasan emosional) tetap.
103



Berdasarkan hasil perhitungan terhadap koefisien determinasi
menunjukkan sumbangan efektif variabel bebas dengan variabel terikat
benar-benar merupakan sumbangan yang murni tanpa dipengaruhi oleh
variabel lain. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012 dapat
diramalkan dari masing-masing variabel yaitu oleh minat belajar sebesar
47,31%, kecerdasan emosional sebesar 58,44%, kemampuan spasial sebesar
11,29%, dan sumbangan yang diberikan secara bersama-sama antara minat
belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika sebesar 61,77%. Sumbangan dikategorikan cukup,
sehingga dikatakan bahwa minat belajar, kecerdasan emosional, dan
kemampuan spasial saling mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran
2011/ 2012.
Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini sebagian ditentukan
oleh faktor minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial
yaitu 61,77%, sedangkan faktor-faktor yang lain sekitar 38,23%.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Maslow yang menyatakan
bahwa orang yang sehat mental, yang bebas dari hambatan-hambatan dapat
mewujudkan diri sepenuhnya. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia
meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan
perilaku kreatif yang dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya
menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu menghasilkan pengetahuan
104



baru, tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan
baru (Munandar, 1992: 45).
Jadi dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial
dengan prestasi belajar siswa. J ika kejiwaannya bagus maka seseorang akan
bisa mengontrol emosinya, dan emosi yang baik akan menunjang seseorang
untuk dapat lebih berfikir kreatif dan bersikap positif, sehingga akan mampu
meningkatkan minat belajar dan kemampuan berfikir spasialnya.















105



BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan landasan teori, kerangka berfikir, hipotesis, dan bab di
atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan antara minat belajar dan kecerdasan emosional serta
kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas
VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
2. Terdapat hubungan minat belajar dengan prestasi belajar matematika pada
siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
3. Terdapat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar
matematika pada siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun
ajaran 2011/ 2012.
4. Terdapat hubungan kemampuan spasial dengan prestasi belajar
matematika pada siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun
ajaran 2011/ 2012.
5. Karena besar hubungannya positif maka dapat disimpulkan bahwa makin
tinggi skor minat belajar, kecerdasan emosi, dan kemampuan spasial, maka
makin tinggi pula prestasi belajar matematikanya.



105
106



B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas disarankan:
1. Seorang siswa tidak hanya dituntut untuk mampu mengasah kecerdasan
intelektualnya saja, tetapi harus diseimbangkan juga dengan kecerdasan
emosi agar keduanya dapat berjalan dan saling mendukung guna
perbaiakan kualitas hidup. Dari kecerdasan emosi siswa bisa melahirkan
kreativitas dan mampu merealisasikannya melalui sikap dalam proses
belajar di kelas.
2. Kreativitas guru dalam mengajar juga dapat mempengaruhi tingkat minat
belajar siswa
3. Bagi seorang guru matematika diharapkan mampu memperhatikan kondisi
siswa baik minat belajar maupun kecerdasan emosinya, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
4. Dengan mengasah kemampuan spasial siswa diharapkan mampu
mendukung prestasi siswa khususnya dalam bidang matematika.
5. Untuk hasil yang lebih akurat lagi, sebaiknya dalam penelitian berikutnya
soal tes kecerdasan emosional disajikan dalam bentuk uraian.
6. Untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini berlaku secara umum maka
perlu adanya penelitian kembali dengan mengambil populasi yang lebih
besar.

Anda mungkin juga menyukai