Anda di halaman 1dari 44

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teori
2.1.1. Organ Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah
kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa
yang efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi
secara bergantian. Laju denyut-denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan
secara alami oleh suatu "pengatur irama". Ini terdiri dari sekelompok secara
khusus, disebut nodus sinotrialis, yang terletak didalam dinding serambi kanan.
Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi
membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya di
teruskan ke dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik
berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya
periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek - kira-kira 0,4 detik -
yang disebut diastole, sebelum impuls berikutnya datang. Nodus sinotrialus
menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini setiap menit ketika jantung
sedang santai. Produksi impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian
sistem syaraf yang disebut sistem syaraf otonom, yang bekerja diluar keinginan
kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot
jantung beirama yang disebut denyut jantung. (Limchinyoung, 2010).
Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan oleh organ paru-paru. Hal ini berarti
bahwa fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah
pada manusia. Pada saat itu jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan
dialirkan ke seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh dari hasil metabolisme
(karbondioksida). Sehingga untuk melaksanakan fungsi tersebut jantung
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
7

selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang
kaya akan oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh
manusia.
Bertambahnya usia seseorang, akan sangat berpengaruh terhadap
fungsionalitas jantung itu sendiri. Hal ini berarti karena jantung bekerja secara
terus menerus selama manusia hidup dan akan berpengaruh terhadap kemampuan
fungsi jantung yang secara berangsur akan mengalami penurunan. Hal ini akan
semakin drastis penurunan fungsi jantung apabila terdapat keadaan lain yang
mempengaruhi fungsi jantung itu sendiri. Misalnya terjadi infeksi otot jantung
atau selaput otot miokarditis atau perikarditis, berkurangnya oksigen karena
penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya sering disebut sebagai penyakit
jantung koroner, bertambahnya massa otot karena meningkatnya tekanan, dan
sebagainya.
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan organ Jantung
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain:

Otot jantung yang lemah. Ini adalah kelainan bawaan sejak lahir. Otot
jantung yang lemah membuat pen- derita tak dapat melakukan aktifitas yang
berlebihan, karena pemaksaan kinerja jantung yang berlebihan akan
menimbulkan rasa sakit di bagian dada, dan kadangkala dapat menyebabkan
tubuh menjadi nampak kebiru-biruan. Penderita lemah otot jantung ini
mudah pingsan.
Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak
sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi
saat pen- derita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah
bersih dan darah kotor tercampur. Penyakit ini juga membuat penderita
tidak dapat melakukan aktifitas yang berat, karena aktifitas yang be- rat
hampir dapat dipastikan akan membuat tubuh pen- derita menjadi biru dan
8

sesak nafas, walaupun tidak menyebabkan rasa sakit di dada. Ada pula
variasi dari penyakit ini, yakni penderitanya benar-benar hanya memiliki satu
buah serambi. (Azhar,2009)
Jantung merupakan organ yang mampu memproduksi muatan listrik
karena tubuh adalah konduktor yang baik, maka impuls yang dihasilkan jantung
dapat menjalar ke seluruh tubuh, sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh
jantung dapat diukur dengan galvanometer melalui elektroda-elektroda yang
diletakkan pada berbagai posisi di permukaan tubuh (Juntak, 2011).
2.1.1.1.Permukaan Jantung
Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan tangan seorang laki-
laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan
endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di balik tulang
dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup
oleh selaput ganda yang bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma.
Lapisan pertama menempel sangat erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya
lebih longgar dan berair, untuk menghindari gesekan antar organ dalam tubuh
yang terjadi karena gerakan memompa konstan jantung.
Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi
daerah jantung yang merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis
pembelah (terbentuk dari otot) pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana
dinding pemisah di antara sebelah kiri dan kanan serambi (atrium) & bilik
(ventrikel). (Limchinyoung, 2010).
2.1.1.2. Struktur Internal Jantung
Secara internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua
belah bagian, dari atas ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak
lahir tidak pernah tersambung. Belahan ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan
9

oleh dinding jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari empat
rongga, serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri.
Dinding serambi jauh lebih tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik
harus melawan gaya gravitasi bumi untuk memompa dari bawah ke atas,
khususnya di aorta, untuk memompa ke seluruh bagian tubuh yang memiliki
pembuluh darah. Dua pasang rongga (bilik dan serambi bersamaan) di masing-
masing belahan jantung disambungkan oleh sebuah katup. Katup di antara
serambi kanan dan bilik kanan disebut katup trikuspidalis atau katup berdaun tiga.
Sedangkan katup yang ada di antara serambi kiri dan bilik kiri disebut katup
mitralis atau katup berdaun dua. (Riyana, 2010).
2.1.1.3.Anatomi Organ Jantung
Pengetahuan kita tentang organ jantung akan sangat membantu kita dalam
memahami kesehatan jantung dan dalam memahami adanya gangguan pada organ
jantung.
Pengetahuan akan anatomi jantung dan gambaran organ jantung akan
sangat membantu kita didalam mengatasi dan menangani berbagai masalah
jantung. Pengetahuan ini akan sangat bermanfaat didalam kita menjaga kesehatan
jantung dan kita bisa sedini mungkin untuk bisa mencegah gangguan atau
penyakit jantung.
Di bawah ini sedikit akan kita jelaskan struktur dan bagian-bagian jantung
manusai atau anatomi jantung manusia. Lihat gambar jantung di bawah ini.
10


Gambar 2.1. Jantung dan bagian-bagiannya
Berdasarkan kajian anatomi, struktur jantung manusia dapat diuraikan
sebagai berikut:
Katub Jantung
Otob Jantung (Myocardium)
Pericardium
Endocardium
Ateri Koroner
Secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung
berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi atas separuh kanan
11

dan kiri serta memiliki empat ruang, bagian atas kanan dan kiri disebut dengan
serambi (atrium), sedangkan bagian bawah kanan dan kiri disebut bilik
(ventrikel).
Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut
dengan vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan
menuju ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh
septumatau sekat, yaitu suatu partisi otot kontinu yang mencegah percampuran
darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh
jantung kanan menerima dan memompa darah beroksigen rendah sedangkan sisi
jantung sebelah kiri memompa darah beroksigen tinggi.
Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi
sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang
dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari
jaringan tubuh, darah ini banyak mengandung CO
2
dan sedikit O
2
sehingga
disebut darah kotor. Darah yang kurang akan oksigen tersebut mengalir dari
atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui
arteri pulmonalis ke paru-paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung
memompa darah yang kekurangan oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru-
paru, darah akan kehilangan CO
2
dan menyerap O
2
segar sebelum dikembalikan
ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke
dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semua
sistem tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya
akan O
2
ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah
menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan
menyebarkan darah ke berbagai jaringan tubuh.
Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot,
otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga
masing-masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah yang berasal dari arteri
12

tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O
2
dari darah
dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel
jaringan akan membentuk CO
2
sebagai produk buangan atau produk sisa yang
ditambahkan ke dalam darah. Darah yang sekarang kekurangan O
2
dan
mengandung CO
2
berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu
siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama setiap saat.
Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama.
Volume darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung
kanan memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa
ke jaringan oleh sisi kiri jantung.
Sirkulasi paru adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi rendah,
sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi
yang tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa
darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena
ia memompa volume darah yang sama ke dalam sistem dengan resistensi tinggi.
Dengan demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi
kanan sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.
Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke
atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah
memastikan darah mengalir satu arah. Katup jantung terletak sedemikian rupa
sehingga mereka membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan gradien
tekanan. Gradien tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka sedangkan
gradien tekanan ke arah belakang mendorong katup menutup.
Dua katup jantung yaitu katup atrioventrikel (AV) terletak di antara
atrium dan ventrikel kanan dan kiri. Katup AV kanan disebut dengan katup
trikuspid karena memiliki tiga daun katup sedangkan katup AV kiri sering
disebut dengan katup bikuspid atau katup mitral karena terdiri atas dua daun
katup. Katup-katup ini mengijinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel
selama pengisian ventrikel (ketika tekanan atrium lebih rendah dari tekanan
13

ventrikel), namun secara alami mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke
atrium ketika pengosongan ventrikel atau ventrikel sedang memompa.
Dua katup jantung lainnya yaitu katup aorta dan katup pulmonalis
terletak pada sambungan dimana tempat arteri besar keluar dari ventrikel.
Keduanya disebut dengan katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup
yang masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan-separuh. Katup ini akan
terbuka setiap kali tekanan di ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta
dan arteri pulmonalis selama ventrikel berkontraksi dan mengosongkan isinya.
Katup ini akan tertutup apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel turun di
bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Katup yang tertutup mencegah aliran
balik dari arteri ke ventrikel.

2.1.1.4.Cara Kerja Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar
dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan.Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak
karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena
berbesar (vena kava) menuju ke dalam serambi kanan. Setelah atrium kanan terisi
darah, dia akan mendorong darah ke dalam bilik kanan.
Darah dari bilik kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam
arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh
yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru,
menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam
vena pulmonalis menuju ke serambi kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan
jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner.Darah dalam
14

serambi kiri akan didorong menuju bilik kiri, yang selanjutnya akan memompa
darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam
tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
Jantung bekerja melalui mekanisme secara berulang dan berlangsung terus
menerus yang juga disebut sebagai sebuah siklus jantung sehingga secara visual
terlihat atau disebut sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme berselang-seling,
jantung berkonstraksi untuk mengosongkan isi jantung dan melakukan relaksasi
guna pengisian darah. Secara siklus, jantung melakukan sebuah periode sistol
yaitu periode saat berkontraksi dan mengosongkan isinya (darah), dan periode
diastol yaitu periode yang melakukan relaksasi dan pengisian darah pada jantung.
Kedua serambi (atrium) mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan
kedua bilik (ventrikel) juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan pula
untuk melakukan mekanisme tersebut.
Sel otot jantung melakukan kontraksi dengan tujuan untuk memompa
darah yang dicetuskan oleh sebuah potensial aksi dan menyebar melalui membran
sel otot. Ketika melakukan kontraksi, jantung menjadi berdenyut secara
berirama, hal ini akibat dari adanya potensial aksi yang ditimbulkan oleh
kegiatan diri jantung itu sendiri. Kejadian tersebut diakibatkan karena jantung
memiliki sebuah mekanisme untuk mengalirkan listrik yang ditimbulkannya
sendiri untuk melakukan kontraksi atau memompa dan melakukan relaksasi.
Mekanisme aliran listrik yang menimbulkan aksi tersebut dipengaruhi oleh
beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca++. Sehingga apabila didalam
tubuh terjadi gangguan pada kadar elektrolit tersebut maka akan menimbulkan
gangguan pula pada mekanisme aliran listrik pada jantung manusia.
Otot jantung menghasilkan arus listrik dan disebarkan ke jaringan sekitar
jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan yang dikandung oleh tubuh.
Sehingga sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai hingga ke permukaan tubuh
misalnya pada permukaan dada, punggung atau pada pergelangan atas tangan.
(Ajimedia, 2011).
15

2.1.2. Elektris Jantung
Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut :
Impuls listrik meninggalkan Sinoatrium Node (SA) menuju atrium kanan
dan kiri. hingga kedua atrium bisa berkontraksi dalam waktu yang sama. Proses
ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat atrium kanan dan kiri berkontraksi,
ventrikel akan terisi darah kemudian kembali mengalir ke Atrioventricular Node
(AV node) yang kemudian disebarkan ke kumpulan serabut yang berada disebalah
kanan dan kiri jantung sampai ke serat Purkinje yang berada di ventrikel kanan
dan kiri jantung hingga membuat kedua ventrikel berkontraksi bersamaan.
Seluruh jaringan listrik pada jantung mampu menghasilkan impuls listrik.
Namun SA node memiliki kemampuan yang paling besar. Apabila SA node gagal
untuk menghasilkan impuls, maka fungsinya bisa saja digantikan oleh jaringan
lainnya, meskipun impulsnya cenderung lebih rendah. Pencetus listrik pada
jantung memang mampu mengakomodir kebutuhan jantung untuk mampu
berkontraksi terus dalam rentang waktu yang panjang. Terdapat serabut saraf yang
mampu mengubah arus listrik yang dihasilkan serta membuat perubahan pada
kekuatan kontraksi jantung. Saraf yang dimaksud adalah bagian dari susunan saraf
otonom. Susunan saraf otonom sendiri terdiri dari 2 bagian : sistem saraf simpatik
dan sistem saraf parasimpatik.
Dalam keadaan istirahat, sel jantung berada dalam keadaan terpolarisasi
secara elektris, yaitu bagian dalamnya bermuatan lebih negatif dibandingkan
bagian luarnya. Polaritas listrik ini dijaga oleh pompa membran yang menjamin
agar ion-ion terutama kalium, natrium klorida, dan kalsium untuk
mempertahankan bagian dalam sel supaya tetap bersifat negatif. Sel jantung dapat
kehilangan negativitas internalnya dalam suatu proses yang dinamakan
depolarisasi. Depolarisasi ini merupakan kejadian yang penting pada jantung.
Depolarisasi berjalan dari satu sel ke sel lain sehingga menghasilkan gelombang
depolarisasi yang dapat berjalan ke seluruh bagian jantung.
16

Gelombang depolarisasi ini menggambarkan aliran listrik yakni arus listrik
yang dapat dideteksi dengan elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan
tubuh. Sesudah depolarisasi selesai, sel jantung mampu memulihkan polaritas
istirahatnya melalui sebuah proses yang dinamakan repolarisasi. Proses ini dapat
direkam dengan elektroda-elektroda perekam.
2.1.2.1. Pembentukan Gelombang Depolarisai dan Repolarisasi
Elektroda adalah alat yang dapat merekam hasil aktivitas listrik dalam
jantung. Elektroda hanya dapat ditempatkan pada tempat tertentu pada
permukaan tubuh. Jika hal ini dilakukan, akan segera mendapatkan hasil
bahwa gelombang-gelombang yang direkam oleh elektroda positif pada lengan
kiri akan tampak berbeda dengan gelombang-gelombang yang direkam oleh
elektroda positif pada lengan kanan, begitu pula bila pemasangan elektroda positif
pada tungkai. Hal tersebut dapat terjadi karena gelombang depolarisasi bergerak
mendekati elektroda positif menghasilkan defleksi (lonjakan) positif pada
EKG. Gelombang depolarisasi yang bergerak menjauhi elektroda positif
akan menghasilkan defleksi atau lonjakan negatif.








Gambar 2.2. Gelombang Depolarisasi
17

(A) Gelombang depolarisasi bergerak mendekati elektroda positif menghasilkan
defleksi positif.
(B) Gelombang depolarisasi bergerak menjauhi elektroda positif menghasilkan
defleksi negatif.
Apabila elektroda positif EKG ditempatkan dipertengahan sel, pada
mulanya ketika gelombang mendekati elektroda, EKG merekam defleksi positif
(Gambar 2.3 (A)). Kemudian, tepat pada saat gelombang tersebut mencapai
elektroda, muatan positif dan negatif menjadi seimbang dan pada dasarnya akan
menetralkan satu sama lain. Gambaran EKG kembali ke garis dasar (Gambar2.3
(B)). Ketika gelombang depolarisasi bergerak menjauh, tampak gambaran berupa
defleksi negatif (Gambar 2.3 (C)). Gambaran EKG akhirnya kembali lagi ke garis
dasar ketika seluruh otot telah terdepolarisasi (Gambar 2.3 (D)).











18











Gambar 2.3. Sistem Kerja Depolarisasi
(A) Pada saat depolarisasi mulai, pada EKG timbul defleksi positif.
(B) Muka gelombang mencapai elektroda. Muatan positif dan negatif seimbang,
dan gambaran EKG nya akan kembali ke garis dasar.
(C) Gelombang depolarisasi mulai menyurut dari elektroda, sehingga
menghasilkan defleksi negatif.
(D) Sel telah benar-benar terdepolarisasi dan rekaman EKG nya sekali lagi
kembali ke garis dasar.
Gambaran lengkap gelombang depolarisasi yang bergerak tegak lurus
terhadap sebuah elektroda positif dinamakan gelombang bifasik. Pengaruh
repolarisasi pada EKG sama dengan pengaruh depolarisasi, tetapi muatannya
terbalik. Gelombang repolarisasi yang bergerak mendekati elektroda positif
19

menghasilkan defleksi negatif pada EKG. Gelombang repolarisasi yang bergerak
menjauhi elektroda positif akan menghasilkan defleksi positif pada EKG. Sama
halnya dengan depolarisasi gelombang yang tegak lurus menghasilkan gelombang
bifasik akan tetapi pada gelombang ini defleksi negatif mendahului defleksi
positif (Gambar 2.4).
Elektroda yang ditempatkan pada permukaan tubuh akan merekam
gelombang depolarisasi dan repolarisasi sewaktu kedua peristiwa ini menjalar di
seluruh jantung. Bila gelombang depolarisasi yang menjalar di jantung itu
bergerak menuju ke arah sebuah elektroda di permukaan, elektroda itu akan
merekam defleksi positif (elektroda A). Bila gelombang depolarisasi itu bergerak
menjauhi elektroda, elektroda itu akan merekam defleksi negatif (elektroda B).
Bila gelombang depolarisasi itu bergerak tegak lurus terhadap elektroda, elektroda
itu akan merekam gelombang bifasik (elektroda C). Efek repolarisasi tepat
berlawanan dengan efek depolarisasi (Thaler, 2000).










Gambar 2.4. Sebuah gelombang repolarisasi yang bergerak melalui jaringan otot
direkam dengan tiga buah elektroda positif.
20

(A) Repolarisasi awal.
(B) Repolarisasi akhir.
(C) Repolarisasi selesai.














2.1.3. EKG
Elektrokardiografi merupakan salah satu alat yang digunakan dalam
pemeriksaan jantung. Hasil pengamatan elektrokardiografi berupa grafik
Elektrokardiogram yang memberikan informasi mengenai ukuran, bentuk,
kapasitas, dan kelainan yang terjadi pada jantung. Informasi tersebut tidak dapat
langsung dibaca oleh orang awam. Elektrokardiogram menghasilkan citra grafik
dan pernyataan tentang normal atau abnormalnya kondisi jantung.
Gambar 2.5. Sebuah gelombang depolarisasi yang bergerak di jantung (lihat
panah). Elektroda A akan merekam defleksi positif, elektroda B
merekam defleksi negatif, dan elektroda C merekam gelombang
bifasik.
21

Secara harfiah didefinisikan : elektro berkaitan dengan elektronika, dan
kardio berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian gram
berarti tulis / menulis, dan grafi berarti alat. Elektrokardiogram ini merupakan
rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan elektrokardiograf yang
ditampilkan melalui monitor atau dicetak pada kertas. Rekaman EKG ini
digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi jantung dari pasien.
2.1.3.1.Prinsip Kerja EKG
Elektrokardiografi bekerja dengan prinsip mengukur perbedaan potensial
listrik. Tubuh manusia menghasilkan listrik walaupun dengan jumlah yang sangat
kecil. Apabila ada listrik, maka pasti ada perbedaan potensial atau tegangan
listrik. Tegangan listrik ini dapat menggambarkan atau mengilustrasikan keadaan
denyut jantung manusia.








Gambar 2.6. Sinyal listrik yang dihasilkan aktivitas kelistrikan
Cara merekam denyut jantung menggunakan EKG tidaklah sembarang.
Sensor atau dalam hal ini elektroda, harus diletakkan pada tempat-tempat tertentu.
Biasanya ditempatkan pada lengan tangan dan kaki. Karena pada bagian-bagian
22

tersebutlah pulsa tegangan menggambarkan kerja denyut jantung mendekati
keadaan sebenarnya. Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas
dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering
digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm. Dengan kecepatan 25
mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil
menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5
kotak besar per detik. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan
sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal "kalibrasi" harus
dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum
1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG (Sika, 2009).

2.1.3.2.Bentuk Gelombang EKG Normal
Sinyal bioelektrik adalah sinyal elektrik yang dihasilkan oleh tubuh.
Dengan adanya aktivitas tubuh baik secara periodik maupun non periodik, yang
membangkitkan sinyal elektrik dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Salah
satu alat untuk mengukur bioelektrik tubuh adalah elektrokardiografi (EKG)
(Ahmad, n.d).
Sinyal EKG adalah sinyal listrik yang dihasilkan oleh aktifitas kelistrikan
jantung. Kelainan dari fungsi jantung seseorang dapat dilihat dari rekaman sinyal
EKG ini. Seorang ahli jantung menilai rekaman sinyal EKG dari bentuk
gelombang, durasi, orientasi sinyal, dan irama sinyal.
Sebuah sinyal yang didapat dari EKG normal adalah seperti pada
gambar2.7.




23








Gambar 2.7. Gelombang EKG Normal
Sinyal EKG terdiri dari 4 jenis:
Gelombang P
Gelombang P merupakan rekaman depolarisasi di miokardium atrium
sejak dari awal sampai akhir. Oleh karena SA (sinoatrium) node terletak di atrium
kanan, otomatis atrium kanan lebih dulu terdepolarisasi daripada atrium kiri.
Sehingga bagian gelombang P pertama menunjukkan depolarisasi atrium kanan,
dan bagian yang kedua menunjukkan depolarisasi atrium kiri.
Kondisi normal pada gelombang P:
Mempunyai amplitudo kurang dari 0,3 mV.
Durasi gelombang P (diukur sejak permulaan gelombang P hingga akhir
gelombang P) normalny sekitar 0,08-0,11 dtk atatu 80-110 mdtk.
Gelombang P normalnya monofasik dan ukuran maupun bentuknya
seragam.
24

Gelombang P mendahului kompleks QRS, yang berarti satu gelombang P
harus diikuti oleh satu kompleks QRS.
Kondisi abnormal pada gelombang P:
Tidak ada gelombang P pada EKG.
Gelombang P tidak mendahului setiap kompleks QRS.
Gelombang P tidak mencerminkan kontraksi atrium
Bentuk dan ukuran gelombang P berbeda dengan gelombang P sinus
normal
Kompleks QRS
Kompleks QRS mencerminkan kontraksi vertikel setelah serat Purkinje
mentransmisikan impuls listrik. Kompleks QRS dihitung sejak permulaan Q
hingga akhir S. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar dari gelombang P,
sebab ventrikel jauh lebih besar daripada atrium.
Bagian-bagian kompleks QRS :
Penamaannya:
o Jika defleksi (letupan) pertama ke bawah, disebut gelombang Q,
Gelombang Q mempunyai amplitudo sebesar minus 25% dari amplituda
gekombang R.
o Jika defleksi pertama ke atas, disebut gelombang R,
Gelombang R mempunyai amplitudo maksimum 3 mV.
o Jika ada defleksi ke atas kedua, disebut gelombang R (R-pelengkap = R-
prime)
25

o Defleksi ke bawah pertama setelah defleksi ke atas, disebut gelombang S,
Gelombang S merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R.
Arti penamaan:
Kompleks QRS biasanya digambarkan dalam EKG sebanyak 3 defleksi, namun
ada juga yang 2 defleksi saja.
o Defleksi pertama menggambarkan peristiwa depolarisasi septum
interventrikulare oleh fasikulus septal dari cabang kiri berkas.
o Defleksi kedua dan ketiga menggambarkan depolarisasi ventrikel kiri dan
kanan.
Kondisi normal kompleks QRS:
Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,08 hingga <0,12 mdtk atau 80
hingga <120 dtk. Kompleks yang lebih besar atau sama dengan 0,12 dtk
atau 120 mdtk merupakan kompleks QRS yang melebar secara abnormal.
Kompleks QRS muncul setelah setiap gelombang P.
Kompleks QRS harus seragam dalam bentuk maupun ukurannya.
Kondisi abnormal kompleks QRS:
Tidak ada kompleks QRS pada kompleks EKG.
Tidak ada kompleks QRS setelah setiap gelombang P.
Kompleks QRS tidak sinkron dengan gelombang P.
Kompleks QRS tidak berhubungan dengan kontraksi ventrikel.
Gelombang T
26

Gelombang T mereprentasikan repolarisasi serabut miokardium atau
keadaan istirahat dari kerja miokardium, gelombang T harus selalu ada.
Gelombang T normal tidak boleh lebih dari 5 mm pada semua lead, kecuali lead
precordial (V1-V6), dimana disini dapat setinggi 10 mm, mempunyai amplitudo
0,1-0,5 mV.
Gelombang U
Gelombang U merupakan perpanjangan gelombang T yang menunjukkan
repolarisasi ventrikel dari awal sampai akhir. Gelombang ini kadang ada kadang
tidak. Hanya muncul sewaktu waktu dan tidak memberikan kelainan klinis,
namun bisa terdapat pada keadaan patologis.
Garis EKG
Ada 2 jenis penamaan yaitu:
interval : paling sedikit mencakup satu gelombang ditambah garis lurus
penghubungnya.
segmen : garis lurus yang menghubungkan 2 gelombang.
Interval PR/PQ
Mencerminkan interval, waktu sejak awal gelombang P hingga awal
kompleks QRS, yang turut mencerminkan perjalanan impuls listrik dari nodus
sinoatrium (nodus SA), melalui nodus atrioventrikular (nodus AV), turun ke
berkas His, cabang berkas, dan berkas Purkinje. Fungsi : mengukur waktu dari
permulaan depolarisasi atrium sampai pada mulai depolarisasi ventrikel.
Kondisi normal interval P-R:
Interval P-R normalnya mempunyai durasi 0,12-0,20 dtk atau 120-200
mdtk dan sejajar dengan garis isoelektrik. Garis isoelektrik adalah garis
27

horizontal pada EKG yang bertindak sebagai garis dasar pengukuran
aktivitas listrik jantung.
Kondisi abnormal interval P-R:
Interval P-R disebut memanjang bila durasinya >0.20 dtk atau 200mdtk.
Interval P-R disebut memendek bila durasinya <0,12 dtk atau 200mdtk.
Interval P-R yang terletak diatas atau dibawah garis isoelektrik
Segmen PR/PQ
Garis di antara gelombang P dengan kompleks QRS, menunjukkan waktu akhir
depolarisasi atrium sampai mulainya depolarisasi ventrikel (ventrikel aktif).
Segmen ST
Garis lurus dari akhir kompleks QRS dengan bagian awal gelombang T. Fungsi :
mengukur waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya
repolarisasi ventrikel.
Garis Isoelektrik
Garis lurus yang sejajar dengan segmen PQ dengan segmen ST. Jika Segmen ST
di atas garis isoelektrik disebut ST elevasi, jika di bawah disebut ST depresi.
Interval QT
Meliputi kompleks QRS, segmen ST dan gelombang T yang mempresentasikan
aktivitas ventrikel yang berdurasi 0,35-0,44dtk. Fungsi : mengukur waktu dari
permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel.


28


Interval QU
Meliputi kompleks QRS, segmen ST, gelombang T dan U. Fungsi : mengukur
waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel
(akhir gelombang U).











2.1.3.3.Teknik-teknik Elektrografi
Pada dasarnya ada tiga teknik yang digunakan dalam elektrokardiografi, yaitu:
a. Standard clinical EKG.
Teknik ini menggunakan 10 elektroda (12 lead) yang ditempatkan pada
titik-titik tubuh tertentu. Teknik ini dipakai untuk menganalisa pasien.
Gambar 2.8. Interpretasi EKG Normal
29

b. Vectorcardiogram.
Teknik ini menggunakan 3 elektroda yang ditempatkan pada titik-titik
tubuh tertentu. Teknik ini menggunakan pemodelan potensial tubuh
sebagai vektor tiga dimensi dengan menggunakan sandapan baku bipolar
(Einthoven). Dari sini akan dihasilkan gambar grafis dari eksistensi
jantung.
c. Monitoring EKG.
Teknik ini menggunakan 1 atau 2 elektroda yang ditempatkan pada titik-
titik tubuh tertentu. Teknik ini digunakan untuk memonitor pasien dalam
jangka panjang.








Gambar 2.9. EKG Normal dengan 12 leads



30

2.1.4. Sistem Load Monitoring EKG
Sinyal EKG yang dianalisis adalah sinyal yang diambil menggunakan 3
lead sesuai dengan segitiga Einthoven. Pada sistem ini sinyal EKG tiap lead
merupakan beda potensial antar anggota tubuh antara lain :
Lead I : beda potensial antara LA (left arm) dengan RA (right arm)
Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif.
Lead II : beda potensial antara LL (left leg) dengan RA (right arm)
Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif.
Lead III : beda potensial antara LL (left leg) dengan LA (left arm)
Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif.






Gambar 2.10. Segitiga Einthoven



31

2.1.5. Desain EKG Berbantuan PC
Karakteristik sinyal dari tubuh manusia berbeda dengan karakteristik
sinyal yang dapat diolah sound card pada PC. Sinyal dari tubuh manusia masih
berupa potensial listrik. Selain itu sinyal ini hanya mempunyai amplitudo
maksimum 3 mV. Amplitudo ini merupakan amplitudo dari gelombang tertinggi
sinyal EKG yaitu gelombang R. Di sisi lain, sound card membutuhkan sinyal
listrik dengan amplitudo maksimum 3 volt. Hal ini merupakan perbedaan yang
paling penting dari karekteristik masing-masing sinyal.
Elektroda diperlukan untuk mengubah energi ionis dari sinyal jantung
menjadi energi elektris. Elektroda dapat digunakan melalui dua cara yaitu dengan
cara dimasukan ke tubuh (invasif) dan ditempelkan pada permukaan tubuh (non
invasif). Untuk kenyamanan pasien, maka cara yang sering digunakan adalah cara
non invasif. Elektroda yang digunakan pada cara ini berupa lempengan bahan
logam yang dilapisi larutan elektrolit.
Penguat diperlukan untuk memperbesar amplitudo sinyal. Agar dapat
diolah sound card maka sinyal EKG dari tubuh harus diperkuat sehingga
amplitudo sinyal akan menjadi maksimal 3 volt. Dengan demikian penguatan
yang harus diberikan adalah sebesar 1000 kali.
Ada dua jenis noise yang paling mempengaruhi sinyal EKG yaitu notch
noise dan random noise (berasal dari alat). Notch noise berasal dari sumber AC
dan memiliki frekuensi 50 Hz atau 60 Hz. Hal ini tergantung pada sumber
tegangan yang dipakai. Noise ini tersebar merata diseluruh tubuh. Noise yang
kedua merupakan random noise dengan frekuensi yang tidak terbatas. Untuk
meredam noise diperlukan filter. Filter berfungsi untuk meredam frekuensi yang
tidak diinginkan dan melewatkan frekuensi yang diinginkan.
Sound card merupakan interface yang menghubungkan hardware dengan
software. Sound card berfungsi untuk menghubungkan elektroda, penguat dan
filter dengan PC. Sound card berfungsi sebagai ADC (Analog to Digital
32

Converter) yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog yang berasal dari
elektroda, penguat dan filter menjadi sinyal digital. Pada saat ini sebagian besar
sound card dapat menguantisasi sinyal sebesar 16 bit dan dapat mencuplik sinyal
sampai 44,1 kHz (Rizal, n.d)
PC berfungsi untuk mengolah sinyal. Sinyal yang masuk ke sound card
akan diubah menjadi sinyal digital yang direpresentasikan oleh software dalam
bentuk bilangan. Selanjutnya bilangan tersebut akan diolah sehingga dapat
ditampilkan oleh monitor dan dicetak oleh printer.

2.1.6. Block Rangkaian

2.1.6.1. Penguat Instrumentasi
Penguat instrumentasi yang digunakan sebagai penguat tegangan sinyal
dari rangkaian penguat depan muatan karena penguat instrumentasi memiliki
karakteristik yang baik, yakni impedansi masukan tinggi, impedansi keluaran
rendah, CMRR cukup tinggi dan penguatannya dapat diatur dengan sebuah
potensiometer P
1
, sehingga penguat ini cocok untuk memperkuat tegangan dengan
level rendah sekali seperti yang diperlukan oleh sinyal dari penguat depan muatan.


33

+
-
+
-
+
-
-15V
11
10
9
12
13
14
IC1b
IC1c
IC1d
5
6
7
R
6
R
5
10 k 10 k
10 k
10 k
R
8
R
7
R
3
R
4
R
2
P
1
15 k
15 k 1 k
5 k
v
o
v
in
8
IC1 = LF444

Gambar 2.11. Penguat instrumentasi dari alat.
Penguat instrumentasi yang digunakan ditunjukkan oleh Gambar 3. dimana
IC op-amp yang dipakai adalah
4
3
tingkat LF 444.

2.1.6.2. Filter
Pada rangkaian dibagian listrik sering disebut rangkaian seleksi frekuensi
untuk melewatkan band frekunsi tersentu dan menahannya dari frekuensi diluar
band itu. Filter dapat diklafisikasikan dengan arahan :
1. Analog atau digital
2. Pasif atau aktif
3. Audio (AF) atau radio frekuensi (RF)
Filter analog dirancang untuk memproses sinyal analog, sedang filter
digital memproses sinyal analog dengan menggunakan teknik digital. Filter
tergantung dari tipe elemn yang digunakan pada rangkaiannya, filterakan
dibedakan pada filter aktif dan filter pasif. Elemen pasif adalah tahanan, kapasitor
dan induktor. Filter aktif dilengkapi dengan transistor atau op-amp selain tahanan
dan kapasitor. Tipe elemen ditentukan oleh pengoperasian range frekuensi kerja
34

rangkaian . Misal RC filter umumnya digunakan untuk audio atau operasi
frekuensi rendah dan filter LC atau kristal lebih sering digunakan pada frekuensi
tinggi. Pertama tama pada bagian ini menganalisa dan merancang filter analog
aktif RC menggunakan op-amp. Pada frekunsi audio, induktor tidak sering
digunakan karenabadannya besar dan mahal serta menyerab banyak daya.
Induktor juga menghasilkan medan magnit.
Filter aktif mempunyai keuntungan dibandingkan filter pasif yaitu :
1. Penguatan dan frekuensinya mudah diatur, selama op-amp masih
memberikan penguatan dan sinyal input tidak sekaku seperti pada filter
pasif. Pada dasarnya filter aktif lebih gampang diatur.
2. Tidak ada masalah beban, karena tahanan inputtinggi dan tahanan output
rendah. Filter aktif tidak membebani sumber input.
3. Harga, umumnya filter aktif lebih ekonomis dari pada filter pasif, karena
pemilihan variasai dari op-amp yang murah dan tanpa induktor yang
biasanya harganya mahal.

Filter aktif sangat handal digunakan pada komunikasi dan sinyal prosesing,
tapi juga sangat baik dan sering digunakan pada rangkaian elektronika seperti
radio, televisi, telepon ,radar, satelit ruang angkasa dan peralatan biomedik.
Umumnya filter aktif digolongkan menjadi :
1. Low Pass Filter (LPF)
2. High Pass Filter (HPF)
3. Band Pass Filter (BPF)
4. Band Reject Filter (BPF)
35

5. All Pass Filter (APF)
Pada masing masing filter aktif menggunakan op-amp sebagai elemen
aktifnya dan tahanan , kapasitor sebagai elemen pasifnya. Biasanya dan pada
umumnya IC 741 ckup baik untuk rangkaian filter aktif, namun op-amp dengan
high speed seperti LM301, LM318 dan lain lainnya dapat juga digunakan pada
rangkaian filter aktif untuk mendapatkan slew rate yang cepat dan penguatan serta
bandwidth bidang kerja lebih baik.Gambar output dari filter aktif seperti tampak
pada gambar berikut ini, sebagai karakteristik responsi frekuensi dari 5 filter aktif.
Responsi idealnya ditunjukkan dengan garis terputus putus. Low Pass Filter
mempunyai penguatan tetap dari 0 Hz sampai menjelang frekuensi cut off fH.
Pada fH penguatan akan turun dengan 3dB, artinya frekuensi dari 0 Hz sampai
fH dinamakan pass band frekuensi dengan batas 0,707 tegangan output. Sedang
frekuensi yang diredam dibawah 3dB atau 0,707 Vo dinamakan stop band
frekuensi. Perubahan naik turunnya grafik karakteristik tersebut tergantung dari
kualitas komponen selain bentuk rangkaiannya. Pada gambar b terlihat
karakteristik dari high pass filter, artinya adalah frekuensi yang rendah diredam
sampai pada frekuensi cut on yang dianggap sebagai batas frekuensi rendahnya
sehingga diberi nama fL. Batasan stop band adalah 0 < f <fL dan untuk pass
bandnya adalah f > fL. Untuk menghasilkan bad pass filter dan band reject filter
adalah kombinasi antara LPF dan HPF. Bila HPF dirangkai serie dengan LPF
maka akan mendapatkan BPF (Band Pass Filter). Sedangkan kombinasi paralel
antara LPF dan HPF akan mendapatkan BRF (Band Reject Filter). Gambar
rangkaian bias dilihat dibagian BPF dan BRF untuk pembahasan lebih lanjut.
2.1.6.3. Low Pass Filter (LPF)
Low Pass Filter adalah filter yang akan meloloskan frekuensi yang berada
dibawah frekuensi cut off (fc) dan meredam frekuensi diatas fc. Frekuensi cut off
dari low pass filter RC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
............................ 2.1


36

Keterangan :
fc = frekuensi cut off
R = hambatan
C = kapasitas
Rangkaian low pass filter RC dan karakteristiknya dapat dilihat pada gambar 2.12
berikut ini :

Gambar 2.12. Rangkaian dan karkteristik frekuensi dari LPF
Rangkaian low pass filter RC memiliki penguatan yang konstan hingga pada
frekuensi pole tertentu. Penguatan mulai menurun seiring dengan naiknya
frekuensi. Pada saat penguatan menurun, rangkaian ini memiliki karakteristik
sebagai integrator. Pada gambar berikut ini memperlihatkan frekuensi responnya
dan kurva fasa naik.
Persamaan fungsi transfer untuk respon frekuensi low pass filter adalah :

......................... 2.2


( )

37

Fungsi transfer ini berbagai atas tiga bagian:
1. Bila f << 1/2 RC, Vo/Vi = 1 atau 0 dB dan sudut phasa 0
o
2. Bila f = 1/2 RC, Vo/Vi = 0,707 < 45
o
atau -3 dB
3. Bila f >> 1/2 RC, Vo/= (1/2 RC) (1/1) <90
o
, dimana
Penguatan menurun bersamaan dengan kenaikan frekuensi, pada bagian ini low
pass filter ini berindak sebagai integrator.
2.1.6.4. High Pass Filter
Seperti halnya pada LPF order kedua, HPF order kedua ini cirinya sama,
maka persamaan yang terjadi adalah :

.......................... 2.3
Dan persamaan untuk penguatan tegangan absolut adalah :

......................... 2.4

dengan ketentuan A
F
= 1.586
Gambar rangkaiannya adalah sebagai berikut :


38


Gambar 2.13. High Pass Filter

2.1.7. Komponen-komponen Pendukung
2.1.7.1. Resistor
Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus
listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed
Resistor dan Variable Resistor, umumnya terbuat dari karbon film atau metal film,
tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain. Pada
dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan tembaga
perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.
Bahanbahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan
konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet,
gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan
disebut sebagai insulator. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Fixed Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi
jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor
bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum
berbentuk tabung porselen kecil dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada
badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan
pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohm meter.
39

Kode warna tersebut adalah standar menufaktur yang dikeluarkan oleh ELA
(Electronic Industries Association).

Gambar 2.14. Resistor Karbon
Tabel 2.1. Gelang Resistor












Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang
toleransi berwarna coklat, emas, atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini
berada pada bahan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih
menonjol, sedangkan warna gelang yang keempat agak sedikit ke dalam. Dengan
demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resitor
40

tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang pertama selanjutnya
adalah membaca nilai resistansinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10%
atau 20% memiliki gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor
dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk
gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan
besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor penggalinya.
2. Variable Resistor
Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama dinamakan
variable resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah dan
sering digunakan untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang
kedua adalah semi-fixed resistor. Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah
pada kondisi tertentu saja. Contoh penggunaan dari semi-fixed resistor adalah
tegangan referensi yang digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada
beberapa model pengaturan nilai variable resistor, yang sering digunakan adalah
dengan cara terbatas sampai 300 derajat putaran. Ada beberapa model variable
resistor yang harus diputar berkali kali untuk mendapatkan semua nilai resistor.
Model ini dinamakan Potentiometres atau Trimmer Potentiometres.

Gambar 2.15. Potensiometer
Pada gambar 2.18. di atas untuk bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume
kontrol. Bentuk yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang
pada PCB (Printed Circuit Board). Sedangkan bentuk 1 potentiometres. Ada 3
41

tipe didalam perubahan nilai dari resistor variabel, perubahan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.16. Grafik Perubahan nilai pada potensiometer
Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi
lambat tetapi ketika putarannya mencapai setengah atau lebih nilai perubahannya
menjadi sangat cepat. Tipe ini sangat cocok dengan karakteristik telinga manusia.
Karena telinga sangat peka ketika membedakan suara dengan volume yang lemah,
tetapi tidak terlalu sensitif untuk membedakan perubahan suara yang keras.
Biasanya tipe A ini juga disebut sebagai Audio Taper potensiometer. Untuk tipe B
perubahan resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk Aplikasi
Balance Control, resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe
C perubahan resistansinya kebalikan dati tipe A.
2.1.7.2. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki elektroda metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke
ujung kutub positif karena terpisah oleh bahan elektrik yang non-konduktif.
42

Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduktif pada ujung- ujung
kakinya. Di alam bebas fenomena kapasitor terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif diawan.

Gambar 2.17. Skema Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai
didalam merancang suatu sistem yang berfungsi untuk memblok arus DC, Filter,
dan penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling
berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang
digunakan sebagai insulator dinamakan dielektrik. Aliran arus tersebut akan
berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang membedakan tiap - tiap kapasitor adalah
dielektriknya. Berikut ini adalah jenis jenis kapasitor yang dipergunakan dalam
perancangan ini.
1. Electrolytic Capacitor (ELCO)

Gambar 2.18. Electrolytic Capacitor (ELCO)

43

Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan membrane
oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah
perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus
berhati hati di dalam pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik.
Bila polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak bahkan meledak. Biasanya
jenis kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply. Kapasitor ini tidak
bias digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari
kapasitor dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2.
Misalnya kapasitor akan diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti
kapasitor yang dipilih harus memiliki tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.
2. Ceramic Capacitor
Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya.
Karena tidak dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada
rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal
frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk
rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini tidak
mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil
dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas.

Gambar 2.19. Kapasitor Keramik
44


Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat
angka/kode yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis
elektrolit memang mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas
pada tubuhnya. Sedangkan untuk kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain
nilainya dikodekan. Biasanya kode tersebut terdiri dari 4 digit, dimana 3 digit
pertama merupakan angka dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan
toleransinya. Untuk 3 digit pertama angka yang terakhir berfungsi untuk
menentukan 10n, nilai n dapat dilihat pada table dibawah.
Tabel 2.2. Nilai Kapasitor Keramik

Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai
kapasitansinya adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47F sedangkan toleransinya
5%. Yang harus diingat didalam mencari nilai kapasitor adalah satuannya dalam
pF (Pico Farad).
2.1.8. Operational Amplifier
Op-Amp IC adalah peranti solid state yang mampu memperkuat sinyal
baik DC maupun AC. Op-Amp IC yang khas terdiri atas tiga rangkaian dasar,
yakni penguat difernsial impedansi masukan tinggi, penguat tegangan penguatan
tinggi dan penguat keluaran impesansi rendah. Simbol Op-Amp pada Gambar
45

menunjukkan teradapat dua terminal masukan, yang satu disebut masukan tidak
membalik (Non Inverting) dengan tanda positif (+) dan yang lain adalah masukan
membalik (Inverting) dengan tanda negative (-).

Gambar 2.20. Op-Amp
Karakteristik Op-Amp adalah :
1. Impedansi masukan sangat tinggi sehingga arus masukan praktis dapat
diabaikan.
2. Penguatan loop terbuka amat tinggi
3. Impedansi keluaran amat rendah, sehigga keluaran penguat tidak
terpengaruh oleh beban.
2.1.9. Elektroda
2.1.9.1. Sensor EKG
Fungsi dasar dari elektroda adalah mendeteksi sinyal kelistrikan jantung.
Fungsi dari transducer adalah untuk mengkonversi informasi biologis menjadi
sinyal elektrik yang dapat diukur. Transducer ini dipakai dengan menggunakan
interface jelly electrode-electrolyte. Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl
mengurangi noise dengan frekuensi rendah pada sinyal EKG yang terjadi karena
pergerakan. Gambar di bawah memperlihatkan beberapa contoh sensor EKG
sedangkan gambar kedua memperlihatkan salah satu teknik monitoring EKG
dalam penempatan elektroda. (Tube,2012)
46



Elektroda digunakan keperluan ECG karena mempunyai lapisan pasta elektrolit
dan bahan Ag-AgCl. Pada Gambar 2.21 :
A. Struktur Elektroda bagian atas
B. Irisan Melintang
C. Pasta di taruh diatas Metal (Fajar, Andi. n.d)

Gambar 2.22. Electroda Ag/AgCl


Gambar 2.21. Elektroda Floating
47

Keterangan Gambar :
Nama Produk: ECG Nomor Electrode
Model: 988T50Place
Asal: Buatan China
Bahan: PE busa, logam gesper, Ag / AgCl elektroda, jelly konduksi listrik
Penggunaan: ini berlaku untuk pemeriksaan elektrokardiogram dan pemantauan
elektrokardiogram dinamis dan statis bagi pasien yang menderita penyakit
jantung.
Elektroda ini termasuk elektroda logam-garam tak larut berisi logam M
yang berada dalam kesetimbangan dengan garam sangat sedikit larutnya M
+
X

-

dan larutan yang jenuh dengan M
+
X

- serta mengandung garam atau asam


terlarut dengan anion X
z-
. Potensial Elektroda Ag/AgCl pada suhu 25
o
C memiliki
E
0
sebesar 0,2224 Volt. (Anonim,2014)
2.1.9.2. Teknik monitoring EKG
Saat ini 4 macam teknik monitoring EKG yang sering digunakan yaitu :
1. Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard
limb leads
Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni
A. Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut
orientasi 0
B. Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut
orientasi 60
48

C. Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda
positif dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi
120
2. Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads Dalam
menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :
A. aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif.
Sudut orientasi -30
B. aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm)
elektroda positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda
negatif. Sudut orientasi -150
C. aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut
orientasi +90 monitoring EKG prekordial/ dada atau standard chest
leads monitoring EKG. (Tube,2012)

2.1.10. SoftwareSoundcard Scope
Software ini merupakan salah satu aplikasi pada komputer berbasis
windows menjadi dual trace osiloscope/oscilloscope yang terinstal pada sebuah
soundcard yang ditampilkan dalam layar monitor komputer layaknya osiloskop.
Software ini memanfaatkan port mic yang ada pada komputer ataupun laptop
dengan menjadikan Jack Mic komputer sebagai probe/input. (Setiawan,
Afrizal.n.d)
Fitur Software
- Responsive real-time display, up to 50 fps refresh
- Single trace, dual trace, dan XY (Lissajous) Modes
- Bandwith : 10 Hz-20KHz, AC coupling
- Timebase : 10s-5s
49

- 8-bit and 16-bit acquisition, 11 KHz to 44KHz sampling Rate
- Spectrum analyzer : amplitude dan atau fase
System Minimum
- 300 MHz atau faster PC, 64MB RAM, 1MB of disk space
- Windows XP, 7 dan 8
- Soundcard

2.2. Kerangka Konsep
Pemanfaatan elektroda Ag/AgCl untuk mendeteksi elektris jantung
menggunakan Rangkaian Penguat Instrumentasi, Band Pass Filter dan notch filter
berbasiskan Personal Computer merupakan salah satu alternatif instrument EKG
yang sederhana dan mudah digunakan.
Perancangan detektor elektris jantung ini merupakan pengembangan dari
penelitian sebelumnya dan dirancang untuk memperkecil nilai perbandingan
dengan EKG Medis. Rangkaian yang terdapat pada detektor denyut jantung ini
sangat mudah didapatkan di toko elektronik dengan harga yang terjangkau.
Rangkaian ini disusun untuk mengurangi noise dan gangguan pada jala-jala listrik.
Detektor ini dirancang tanpa memakai penyusunan bahasa pemograman untuk
menjalankan rangkaian. Dengan menggunakan Software Soundcard Scope yang
dapat di download melalui media internet, sehingga memudahkan dalam melihat
grafik elektris jantung.Alat ini dibuat dalam bentuk kemasan yang praktis, efektif
dan sederhana.

Anda mungkin juga menyukai