Anda di halaman 1dari 2

Memangkas Dahan Radikalisme

Proses bangsa ini menjadi Negara kesatuan bagaikan mukjizat dari Tuhan. Bagaimana tidak,
ratusan suku bangsa dan bahasa yang tersebar dari penjuru Sabang sampai Merauke dapat
berkonvensi untuk terbentuknya sebuah entitas bernama Indonesia. Perbedaan yang ada bukan
menjadi pembeda. Melainkan kekayaan bangsa yang terjalin dalam naungan semboyan Bhineka
Tunggal Ika.

Namun, kini keajaiban itu kembali diuji. Ada pihak-pihak yang tidak suka dengan kesatuan, dan
lebih memilih untuk mengedepankan kepentingan kelompok. Peristiwa bom bunuh diri di Masjid
Polresta Cirebon 15-04, seakan memberi pertanda bahwa radikalisme di negeri ini belum usai.
Pasca dilumpuhkannya gembong-gembong teroris Nurdin M Top DKK pun masih menyisakan
keresahan di hati masyarakat.

Menurut mantan kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Hendro Priono , factor penyebab
radikalisme tidak terletak pada masalah ketidakadilan social atau kebijakan pemerintah.
Radikalisme bersumber dari ideology yang terus diindoktrinasi kepada para pengikutnya
memanfaatkan sisi lemah psikologis manusia. Apabila proses cuci otak ini telah terimplementasi,
maka alas an-alasan yang dianggap oleh umum irasional, akan tetap diyakini oleh mereka.

Jika diasosiasikan, radikalisme seperti dahan-dahan liar yang tak terurus dan harus dipangkas.
Namun pemangkasan ini tidak dapat dilakukan secara instant, kemudian ditinggalkan. Perlu ada
perawatan yang baik agar tiap ada potensi dahan menyimpang, dapat segera dipangkas. Dengan
pemangkasan yang teratur, maka lambat laun dahan demi dahan yang tumbuh akan teratur pula.

Tindak itoleran dan ekstrim bukanlah jati diri masyarakat Indonesia. Sejak zaman kuno, bangsa-
bangsa di kepulauan nusantara dikenal toleran terhadap perbedaan. Berbagai pengaruh asing
yang masuk dikembangkan sesuai dengan identitas asli Indonesia. Unsur local, pengaruh Hindu-
Budha, Islam, dan modern berakulturasi untuk memperkaya kasanah budaya bangsa.

Dahan-dahan ini harus dipangkas sejak dini. Mulai dari rumah, ajari anak-anak bangsa untuk
terbiasa dengan perbedaan. Tanamkan pemahaman bahwa perbedaan itu indah dengan warna-
warna yang saling melengkapi. Buat forum-forum inklusif yang melibatkan berbgai elemen
dalam masyarakat. Hindari kegiatan-kegiatan tertutup yang dapat menyuburkan sikap
eksklusivisme dan fanatic sempit.

Di luar semua itu, pemerintah pun harus lebih responsive dalam menyikapi gejala-gejala yang
timbul dalam masyarakat. Pendekatan kepada kelompok-kelompok yang dianggap ekstrim harus
mempertimbangkan sisi sosiologis dan psikologis. Dengarkan apa aspirasi mereka yang sejatinya
masih bagian dari bangsa Indonesia. Namun apabila diperlukan, tindakan tegas tanpa kompromi
patut diberikan bagi mereka yang telah meresahkan masyarakat. Dahan-dahan radikalisme itu
harus dipangkas agar tidak terus tumbuh lebat. Semoga keindahan jiwa toleran bangsa ini tidak
akan pernah tertutupi oleh dahan-dahan liar radikalisme.

Dimas Prasetyo Muharam
Mahasiswa Program Studi Inggris
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

*Pernah diterbitkan oleh kanal Kampus Okezone.com pada Selasa, 3 Mei 2011
http://www.dimasprasetyo.net/memangkas-dahan-radikalisme-1743

Anda mungkin juga menyukai