Anda di halaman 1dari 2

KEMANA PERGINYA PENDIDIKAN MORAL?

Oleh;

AHYANI, S. Ag
Guru MTsN 1 Gambut

Manuasia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa, laksana kertas putih tanpa ada tulisan di
dalamnya. Dalam prosesnya, manusia hidup dan berkembang serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya,
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan watak serta kepribadiannya. Apabila lingkungan tempat
tinggalnya baik, maka ada harapan ia akan menjadi baik, sebaliknya apabila ia tinggal di lingkungan orang-orang
jahat, maka kemungkinan ia akan mempunyai watak jahat.

Namun, hal ini tidak semuanya terjadi, karena ada saja orang yang tinggal di lingkungan orang baik,
malah ia menjadi orang yang jahat dan sebaliknya ada orang yang baik di lingkungan orang-orang yang jahat.
Artinya lingkungan tidak menjadi jaminan orang akan baik atau jahat.

Karakter manusia di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor internal (keluarga) dan faktor
eksternal (masyarakat). Pada kenyataannya, faktor keluargalah yang sangat penting dan berperan terhadap
pendidikannya, disamping lingkungan sekitarnya.

Pendidikan itu sendiri ada yang bersifat formal dan non formal. Pendidikan formal di peroleh dari
sekolah penyelengga pendidikan, sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah seperti
berbagai kegiatan atau perkumpulan yang ada di masyarakat.

Dewasa ini pendidikan dasar sangat diharapkan minimal 9 tahun, yaitu paling tidak ia bersekolah
sampai tingkat SMP/MTs, akan lebih baik lagi kalau sampai tingkat perguruan tinggi (institut/universitas). Hal ini
sangat diharapkan oleh pemerintah agar masyarakat Indonesia cerdas dalam segala hal.

Melihat kenyataan yang ada sering kita lihat di Koran dan televisi, banyaknya tawuran antar pelajar,
pemerkosaan, pembunuhan, pembegalan dan masih banyak lagi kejadian kriminal yang dilakukan oleh anak-
anak sekolah yang semestinya mereka adalah orang yang terpelajar yang tidak seharusnya melakukan tindakan
yang negatif. Hal ini sangat memprihatinkan, karena pada waktu dulu kita tidak atau jarang mendengar para
pelajar melakukan tindakan yang kurang baik.

Melihat kondisi demikian, terasa ada sesuatu yang kurang pada pendidikan kita. Kemana perginya
pendidikan moral kita? Khusus di sekolah, dampak yang sering di rasakan langsung oleh guru adalah tidak ada
lagi rasa hormat terhadaap guru, kurangnya perhatian siswa terhadap nasehat guru, mereka tidak lagi merasa
takut terhadap sanksi dari aturan sekolah. Apakah karena mereka mengetahui adanya bantuan nilai dari sekolah
terhadap UN, atau bantuan nilai selalu diberikan untuk kenaikan kelas. Guru tidak dapat lagi melakukan
tugasnya dengan baik terutama dalam hal pemberian teguran, apalagi yang mengarah kepada hukuman fisik.
Kalau dulu orang tua sepenuhnya menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah, mereka tidak
mempermasalahkan peraturan sekolah meski guru harus memukul “ (pukulan untuk mendidik)” demi mendidik
anaknya agar menjadi orang yang berguna di kemudian hari.

Tapi kalau sekarang, jangankan berkata (menegur) dengan cara yang benar, itu bisa saja disalah artikan.
Guru menegur dengan cara mencubit sedikit saja karena siswa tersebut tidak melaksanakan shalat misalnya,
sudah di penjara, katanya melanggar HAM. Karena orang tua siswa tidak terima anaknya diperlakukan
demikian, hingga sampai terjadi kasus pemukulan terhadap guru oleh siswa dan orang tuanya yang kebetulan
juga murid dari guru tersebut. Mendengar berita ini sangat miris hati rasanya dengan kejadian tersebut.
Sehingga yang terjadi sekarang adalah guru terkesan enggan menasehati karena takut kejadian serupa juga
terjadi. Ada baiknya kita tinjau kembali peraturan HAM untuk tingkat pendidikan khususnya di sekolah.

Kurangnya perhatian di lingkungan keluarganya sendiri, kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan dan perkembangan anaknya karena orang tua sibuk bekerja atau pekerjaan lain guna pemenuhan
kehidupan keluarga, juga dapat menjadi indikasi terhadap perkembangan jiwa dan moral anak.

Kita selalu berharap pendidikan di sekolah agar lebih memperhatikan dan lebih menekankan
pendidikan kepada mata pelajaran tentang akhlak, budi pekerti dan sopan santun kepada orang yang lebih
muda, orang yang lebih tua, guru-guru dan orang tua. Dan juga kepada para orang tua agar selalu
memperhatikan perkembangan dan pendidikan anaknya, baik itu berangkat dan pulang sekolah kemudian
pergaulan di masyarakat, sehingga dengan demikian anak-anak selalu merasa diawasi dan diperhatikan orang
tuanya.

Penanaman sikap kasih sayang juga dirasa perlu untuk membentuk kepribadian seseorang, baik itu
dilakukan oleh guru ataupun orang tua, sehingga anak merasa lebih terayomi dan tersayangi.

Apabila harapan di atas dapat dilakukan, maka ada harapan kita dapat membentuk kepribadian anak
menjadi lebih baik dan lebih berbudi pekerti luhur, sesuai dengan pernyataan bahwa masyarakat Indonesia
terkenal dengan masyarakat yang ramah, sopan dan santun terhadap sesama.

Anda mungkin juga menyukai