Anda di halaman 1dari 7

lAP0RAt PFt0AHuluAt

TFtTAt6
Ftl6tA PR0STAT HYPFRTR0Pl
YAYASAt PFt0l0lKAt SFTlH SFTl0
AKA0FHl KFPFRAwATAt SFTlH SFTl0 HuARA ut60
Ftl6tA PR0STAT HYPFRTR0Pl
1. Pengertian
Benigna Prostat Hyperplasi adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang
dapat menyebakan obstuksi dan ristriksi pada jalan urine (uretra).
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalah
pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak
akibat sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami
laki-laki berusia di atas 50 tahun.
2. Etiologi
Akan ditemukan pada umur kira-kira 45 tahum dan frekuensi makin bertambah
sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kirakira 80%
menderita penyakit ini. Etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin
testosteron dianggap mempengaruhi akan tepi prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh
kelenjar adrenal mempengaruhi bagina tengah prostat).
3. Patofisiologi
BPH terjadi pada umur yang semakin tua ( >45 tahun) dimana fungsi testis sudah
menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan hormon
testosteron dan dehidrotestosteron sehingga memacu pertumbuhan/pembesaran prostat.
Maskrokospik dapat mencapai 60-100 gram dan kadang-kadang lebih besar lagi
sehingga 200 gram atau lebih.
Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak
mengenai bagian posterior daripada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai
lobus posterior, yang gsering merupakan tempat berkembangya karsinoma (Moore).
Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah,
atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan suatu polip
yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra.
Pada penampang, tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang
masih baik. Warnanya bermacam2 tergantung kepada unsur yang bertambah. Apabila
yg bertambah terutama unsur kelenjar, maka warnnya kuning kemerahan, berkonsistensi
lunak dan terbatas tegas dengan jaringan prostat yang terdesak, yang berwarna putih
keabu-abuan & padat. Apabila tonjolan itu ditekan maka akan keluar cairan seperti susu.
Apabila unsur fibromuskuler, yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu
padat dan tidak mengeluarkan cairan seperti halnya jaingan prostat yang terdesak
sehingga batasnya tidak jelas. Gambaran mikrokopik juga bermacam-macam tergantung
pada unsur yang berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur
kelenjar sehingga terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista2 yang dilapisi epitel
torak/koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil2 ke dalam lemen.
Membran basalis masih utuh.
Kadang- kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga menyerupai
dengan karsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret granuler, epitel yang terlepas
dan corpora anylcea. Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah, maka terjadi
gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar
yang letaknya saling berjauhan.
4. Tanda dan gejala
Gejala Klinis
Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi dua kelompok.
a. gejala iritatif, terdiri dari sering buang air kecil, tergesa-gesa untuk buang air
kecil, buang air kecil malam hari lebih dari satu kali, dan sulit menahan buang
air kecil.
b. gejala obstruksi, terdiri dari pancaran melemah, akhir buang air kecil belum
terasa kosong, menunggu lama pada permulaan buang air kecil, harus mengedan
saat buang air kecil, buang air kecil terputus-putus, dan waktu buang air kecil
memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi inkontinen karena
overflow.
Tanda Klinis
Tanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada
pemeriksaan colok dubur/digital rectal examination (DRE). Pada BPH, prostat teraba
membesar dg konsistensi kenyal .
5. Komplikasi
Urinary traktus infection
Retensi urin akut
Obstruksi dengan dilatasi uretra, hydronefrosis
Bila operasi bisa terjadi :
Impotensi (kerusakan nevron pudendes)
Hemoragic paska bedah
Fistula
Struktur paska bedah
Inkontinensia urin
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin
b) Radiologis Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen.
c) Prostatektomi Retro Pubis Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi
kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat
diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
d) Prostatektomi Parineal Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang
melalui perineum.
7. Penatalaksanaan
a) Konservatif
b) Obat-obatan
Antibioktik jika perlu
c) Self care
Kencing dan minum teratur
Rendam hangat, seksual interconrse
d) Pembedahan
Retopubic prostatectomy
Perineal prostatectomy
Suprapubik / open prostatectomy
Trans urethral resectio (TUR), yaitu suatu tindakan untuk menghilang
ostruksi prostat dengan menggunakan cyctoscope melalui melalui uretra.
Tindakan ini dilakukan pada BPH grade I
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah (efek lebih lanjut pada gejala)
Elininasi
a) Penurunana kekuatan kateter berkemih.
b) Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih
c) Nokturia, disuria, hemaaturia
d) Duduk dalam mengosongkan kandung kemih
e) Kekambungan UTL riwaya batu (urinary stage I)
f) Konstepasi (penonjolan prostat ke rektum)
Makanan cairan
a) Anoreksia, nausea, vomiting
b) Kehilangan BB mendadak
Nyeri nyaman
a) Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada
prostatitis akut)
b) Rasa nyaman : demam
Seksualitas
a) Perhatikan pada efek dari kondisinya/ tetapi kemampuan seksual.
b) Takut beser kencing selama kegiatan intim.
c) Penurunan kontraksi ejakulasi
d) Pembesaran prostat.
Pengetahuan / pendidikan :
a) Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit gula.
b) Penggunaan obat antihipertensi atau antidepressan, antibiotika/ antibacterial
untuk saluran kencing, obat alergi.
b. Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyamam, nyeri berhubungan dengan spasme otot spinter.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu
mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil: - Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang,
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi
Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi)
Beri kompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)
Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi
Lakukan perawatan aseptik terapeutik
Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi
sekunder.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami
retensi urin
Kriteria hasil: Pasien dapat BAK teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi:
Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab,
takikardi, dispnea)
Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah
menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah / jaringan
Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari
kedua post operasi)
Ukur intake output cairan
Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra
indikasi
Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu,
anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran
ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu memper-
tahankan fungsi seksualnya.
Kriteria hasil: Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual
dan aktivitas secara optimal.
Intervensi:
Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan
perubahannya
Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek
prostatektomi dalam fungsi seksual
Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual
Beri penjelasan penting tentang Impoten terjadi pada prosedur radikal, Adanya
kemungkinan fungsi seksual kembali normal dan Adanya kemunduran ejakulasi
Anjurkan pasien u/ menghindari hubungan seksual selama 1 bulan post operasi
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre ikroorganisme
melalui kateterisasi.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria hasil: - Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
- Luka insisi semakin sembuh dengan baik
Intervensi:
Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
Observasi insisi, adanya indurasi drainage & kateter, adanya sumbatan, kebocoran
Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter & drainage
Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal u/ menjamin dressing
Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,
dan cara perawatannya
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari klien mengerti tentang
keadaannya.
Kriteria hasil: Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan
mendemonstrasikan perawatan
Intervensi:
Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit,
dan perawatannya.
Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang
o Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
o Perawatan di rumah
o Adanya tanda-tanda hemoragi, infeksi
c. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan dan
intervensi.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi dan
implementasi.
0AFTAR PuSTAKA
Smeltzer, suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC,
jakarta
Arif, Mansjoer, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius,
jakarta
Brunner & Suddart, 2001. Buku Ajar Medikal keperawatan vol 3. EGC, jakarta
Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC
Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC, jakarta
www.google.com/ Askep tentang Benigna Prostat Hypertropi/akses 17 Okt. 09

Anda mungkin juga menyukai