Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin Alamat Korespondensi: Rusmanto, STIE Nasional Banjarmasin JL. Mayjend Soetoyo S No.126 Banjarmasin E mail: idamentayani@ yahoo. co.id; rusmanto.maman@yahoo.co.id HP: 081351840098/ 081348000055 619 Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin Rusmanto Ida Mentayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nasional Banjarmasin Abstract : The research aims to describe performance measurement model on construction service compa- nies in Banjarmasin. The object are 80 medium scale and small scale companies. Based on the research, it has been known that used as performance measurement based on the financial statement. Types of financial statement that used as performance measurement sources are balance sheet, income statement,statement of changes in equity and cash flow statement. In utilizing the financial statements for the assessment of perfor- mance using ratio analysis of liquidity, solvency, profitability and activity. To declare that the ratio - financial ratios illustrate the performance of construction services company, with a good or bad perfor- mance criteria then the ratio should be compared with the ratio of industry standards. Performance mea- surement model base on financial statements has some weakness, including less relevancy aspect, oriented on past performances, short term oriented, less flexibility, non spuring improvement and ambiguous on cost aspects. Keywords: performance measurement, financial statement, construction service company Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan model pengukuran kinerja pada perusahaan jasa konstruksi di Banjarmasin. Materi yang digunakan adalah 80 skala menengah dan perusahaan skala kecil. Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui bahwa digunakan sebagai pengukuran kinerja berdasarkan laporan keuangan. Jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai sumber pengukuran kinerja neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Dalam memanfaatkan laporan keuangan untuk penilaian kinerja dengan menggunakan analisis rasio likuiditas, profitabilitas solvabilitas, dan aktivitas. Menyatakan bahwa rasio-rasio keuangan menggambarkan kinerja perusahaan jasa konstruksi, dengan kriteria kinerja yang baik atau buruk maka rasio harus dibandingkan dengan rasio standar industri. Pengukuran kinerja model dasar pada laporan keuangan memiliki beberapa kelemahan, termasuk aspek relevansi kurang, berorientasi pada kinerja masa lalu, berorientasi jangka pendek, fleksibilitas kurang, tidak memiliki daya dorong dan ambigu pada aspek biaya. Kata Kunci: pengukuran kinerja, laporan keuangan, perusahaan jasa konstruksi Peran strategis perusahaan jasa konstruksi di Indo- nesia dalam pertumbuhan ekonomi nasional menurut Road Map Konstruksi Indonesia 20092014 meliputi backward dan forword linkages yang luas, daya serap tenaga kerja sangat besar, memberikan sumbangan besar pada Produk Domestik Produk (PDB). Mata rantai suplai yang besar dan mendorong pertumbuhan industri penunjang sektor konstruksi, serta menggerakkan pertumbuhan usaha pengadaan barang dan jasa. Sektor konstruksi nasional berhasil menempati urutan keenam dari sembilan sektor utama penyum- bang PDB nasional. Pada tahun 2009, PDB yang disumbangkan oleh sektor konstruksi tercatat sebesar Rp. 555 triliun, yang merupakan 9,9% dari PDB Rusmanto, Ida Mentayani Nama Orang JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012 620 nasional. Seiring perkembangannya, sumbangan pada tahun 2011 mencapai 10,3%. Apabila dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, PDB triwulan III -2011 sektor konstruksi tumbuh 6,4% dari rata-rata peningkatan PDB sebesar 6,5%. Sementara itu, tenaga kerja yang dapat terserap di sektor kons- truksi nasional tercatat berjumlah 5,4 juta jiwa pada tahun 2009, atau 5,3% dari tenaga kerja nasional. Terus meningkat hingga 5,8 juta jiwa ditahun 2011. Kementerian Pekerjaan Umum memprediksi jumlah tenaga kerja disektor konstruksi setelah 2012 men- capai lebih dari 6 juta orang per tahun. Jumlah perusahaan yang bergerak disektor kons- truksi mencapai 151.537 perusahaan pada tahun 2009, meningkat 8,1 % dari tahun sebelumnya yakni 139.332 perusahaan. Peningkatan jumlah badan usaha tersebut ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerjanya. Hal ini tercermin pada mutu produk, ketepatan waktu pelaksanaan, efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, modal serta tehnologi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi tersebut diantaranya disebabkan oleh persyaratan kualifikasi, tenaga kerja terampil dan ahli yang belum diatur sebagaimana mestinya untuk mewujudkan badan usaha konstruksi yang profesional dan dapat diandalkan. Dengan tingkat kualifikasi dan kinerja tersebut pada umumnya pangsa pasar pekerjaan konstruksi yang bertehnologi tinggi belum sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa konstruksi nasional. Dari seluruh pangsa pasar jasa konstruksi Indonesia (100%) hanya 40% yang dikuasai oleh perusahaan jasa konstruksi nasional yang jumlahnya 90%, sedang- kan 60% lainnya dikuasai oleh pelaku jasa konstruksi asing yang jumlahnya 10%. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika sektor industri konstruksi dalam negeri perlu meningkatkan penguasaan pasar domestik oleh pelaku usaha konstruksi nasional dan meningkatkan daya saingnya terutama pada era pasar bebas. Perkembangan era pasar bebas yang diawali dengan penandatanganan kerjasama dalam AFTA, APEC dan komitmen internasional lainnya menye- babkan proses globalisasi perekonomian dunia sema- kin meningkat. Kerjasama diberbagai bidang yang membuka dan memberi kesempatan bagi para inves- tor asing untuk mengembangkan usahanya di Indonesia, oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan kemampuan perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi agar dapat menghadapi persaingan yang semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan terse- but, maka diperlukan langkah-langkah antisipatif dengan melakukan berbagai macam perbaikan pada perusahaan jasa konstruksi guna meningkatkan kuali- tas kinerja perusahaan. Upaya ini ditujukan agar dapat mengembangkan suatu sistem bisnis perusahaan jasa konstruksi yang ideal dan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing di masa mendatang. Guna mencapai perusahaan jasa konstruksi yang kuat dan mempunyai kemampuan bersaing, diperlukan kondisi yang kondusif seperti tersedianya tenaga manajemen maupun tenaga ahli yang profesional dalam jumlah cukup, bahan baku/material yang distan- darisasi secara nasional dan diproduksi sesuai dengan kebutuhan, peralatan konstruksi harus mudah dan kompetitif, sistem informasi industri jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai dari konsepsi proyek sampai saat-saat pelelangan dan pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan efisien sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional (Kadin, 2002) Kondisi yang kondusif tidak tercipta secara mak- simal terutama pada negara berkembang seperti In- donesia, karena pada umumnya perusahaan jasa konstruksi mengalami masalah yaitu sering terjadinya kekurangan material, pemeliharaan yang buruk terha- dap peralatan, manajemen lapangan yang kurang berkembang, ketidakmampuan untuk mengkoordinasi- kan pelayanan mekanik, kesulitan mencapai alokasi tenaga kerja yang kompeten dan dalam jumlah yang layak dan lain-lain. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan jasa konstruksi harus segera diatasi dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif se- hingga menunjang bagi perkembangan, kemajuan dan keunggulan bersaing. Menurut Sundar, Varadarajan dan John Fahy, 1993 dalam Handawati U ( 2004), perusahaan yang mempunyai keunggulan bersaing berkelanjutan mem- punyai aset, nilai dan kecakapan yang unik sebagai sumber keunggulan bersaing. Dengan strategi keung- gulan bersaing berkelanjutan yang berupa aset, nilai dan kecakapan unik, mampu mengimplementasikan strategi yang unggul dan tidak dapat dihasilkan oleh 621 TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin perusahaan pesaing. Perusahaan seperti ini akan mempunyai kinerja perusahaan yang baik. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapai- an suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat dicerminkan dari produknya berupa prasarana dan sarana yang menunjang kemajuan sebuah daerah sebagaimana yang dirasakan oleh warga kota Banjarmasin. Dibangunnya prasarana seperti gedung- gedung bertingkat, pusat-pusat perbelanjaan, dan men- jamurnya hotel dari yang berbintang sampai berstan- dar melati. Sedangkan untuk sarananya tergambar dari jalan-jalan yang semakin mulus dengan pengas- palan atau maupun semen cor sehingga memperlan- car transportasi. Selain itu, daerah di pinggiran kota, tumbuhnya pemukiman-pemukiman baru yang dileng- kapi dengan sarana jalan yang memadai. Perusahaan jasa kontruksi di kota Banjarmasin yang berperan dalam kemajuan daerahnya, yaitu peru- sahaan yang selalu meningkatkan kinerja dan kualifi- kasinya serta mempunyai keunggulan bersaing. Dengan demikian diperlukan suatu pengukuran dan terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya serta menciptakan keunggulan bersaing. Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Sudarto, dkk. (2008) tentang kinerja perusahaan konstruksi di Indonesia menyatakan bahwa dari 12 indikator kinerja perusahaan yang mewakilli kinerja profitability, growth, sustanaibility dan competitiveness, dan indikator kinerja yang paling berpengaruh pada peru- sahaan jasa konstruksi di Indonesia adalah profitabil- ity dan yang paling kecil pengaruhnya adalah susta- naibility. Penelitian lain dari Sudarto (2007) berkesimpulan bahwa permasalahan pada faktor internal perusahaan yang paling berpengaruh terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi terdiri dari manajer yang tidak kompe- ten, rendahnya kemampuan manajerial dan entrepre- nuerial, rendahnya produktivitas, minimnya pengeta- huan dan kemampuan tehnik sumber daya manusia, masalah finansial yang kurang baik dan pembayaran terlambat. Permasalahan pada internal perusahaan yang paling mempengaruhi penurunan kinerja disebabkan oleh faktor manajemen dan sumber daya manusia. Berdasarkan hasil penelitian Utomo Handawati ( 2004) diketahui bahawa strategi time based, strategi keunggulan bersaing berkelanjutan yang dibentuk dari variabel diferensiasi dan inovasi, serta komimen mana- jer adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan jasa konstruksi di Kota Semarang. Dari fenomena tentang peran dan permasalahan perusahaan jasa konstruksi dan didukung dengan penelitian terdahulu, maka penelitian ini bertujuan mengungkapkan serta mengeksplorasi proses pengu- kuran kinerja perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin kemudian mendeskripsikannya dalam sebuah model. Pengukuran dan Penilaian Kinerja Istilah kinerja atau performance seringkali di- kaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam me- ngelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta stakeholder lainnya. Pengukuran kinerja sering- kali hanya menjadi sebuah aktivitas rutin tanpa adanya penekanan untuk menindaklanjuti hasil pengukuran yang didapatkan. Sedangkan penilaian kinerja adalah proses perbandingan antara rencana atau standar- standar yang telah disepakati. Standarnya berupa standar dari rata-rata industri sejenis, perusahaan ter- baik pada sektor tersebut, kinerja terbaik yang pernah dicapai, dan lain-lain( Wibisono D, 2006) Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertu- juan untuk (1). Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepen- tingan perusahaan.(2). Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabi- litas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hal ini. Informasi kinerja bermanfaat Rusmanto, Ida Mentayani Nama Orang JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012 622 untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan perimbangan tentang efektifitas perusa- haan dalam memanfaatkan sumber daya (IAI, 2009). Laporan Keuangan sebagai Informasi dalam Mengukur Kinerja Perusahaan Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya meru- pakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomu- nikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahan tersebut. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyedia- kan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengam- bilan keputusan ekonomi (IAI, 2007 dalam Kartikahadi Hans, Rosita Uli, 2012). Posisi keuangan suatu entitas menggambarkan sumber daya yang dikuasainya pada suatu waktu ter- tentu. Komposisi dan jumlah sumber daya yang dimili- ki dan kewajiban yang ada pada suatu waktu mencer- minkan kemampuan entitas dalam membelanjai usahanya. Paramater untuk mengevaluasi kemam- puan tersebut dikenal dengan menghitung likuiditas dan solvabilitas. Likuiditas merupakan ketersediaan kas jangka pendek di masa depan setelah memperhi- tungkan komitmen yang ada. Informasi kinerja entitas terutama profitabilitas menunjukkan berapa efektif dan efisien entitas dalam mendayagunakan sumberdaya entitas. Informasi ter- sebut diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di kemudian hari serta kemampuan entitas untuk meng- hasilkan arus kasa dan sumber daya. Informasi tentang kinerja dilaporkan dalam laporan laba rugi dan laporan arus kas. Adapun pihak yang berkepentingan atau pema- kai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, terdiri dari pemilik perusahaan, manajer, kreditur, investor, pemerintah dan karyawan. Menurut Hanafi, Mamduh dan Halim (2005), ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yaitu Neraca, Laporan Laba rugi dan Laporan Aliran Kas. Neraca/Balance Sheet digunakan untuk menggam- barkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada waktu/tanggal tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva (assets), hutang/kewajiban (liabilities) dan modal (capital). Laporan Rugi Laba merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode waktu (jangka waktu) tertentu. Laporan Aliran Kas menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar pada suatu periode yang merupakan hasil dari kegiatan pokok perusahaan, yaitu operasi, investasi dan pendanaan. Kegiatan ope- rasi meliputi transaksi yang melibatkan produksi, pen- jualan, penerimaan barang dan jasa. Kegiatan inves- tasi meliputi pembelian atau penjualan investasi bangunan, pabrik dan peralatan. Aktivitas pendanaan meliputi transaksi untuk memperoleh dana dari obligasi, emisi saham dan pelunasan hutang Model Pengukuran Kinerja Berbasis Laporan Keuangan Perusahaan Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga sering kali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tersebut tidak mengalami pening- katan dan bahkan menurun. Untuk mengukur kinerja keuangan dengan meng- gunakan rasio keuangan, dapat digunakan beberapa rasio keuangan. Dimana setiap rasio keuangan memi- liki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian setiap hasil dari rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Menurut (J. Fred Weston dalam Kasmir, 2008), bentuk rasio-rasio keuangan sebagai berikut: Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusa- haan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kinerja- nya yaitu rasio lancar (current ratio), rasio cepat 623 TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin (Quick Ratio) Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) Inventory To Net Working Capital. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-Jenis Rasio solvabilitas terdiri dari Debt to Asset Ratio (Debt Ratio), Debt to Equity Ra- tio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned, Fixed Charge Cover- age Rasio Aktivitas (Activity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengu- kur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Jenis-Jenis Rasio Akti- vitas terdiri dari Perputaran Piutang (Receivable TurnOver) Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over), Perputaran Modal Kerja (Working Capi- tal Turn Over), Perputaran Aktiva Tetap ( Fixed Assets Turn Over), Perputaran Total Aktiva (To- tal Assets Turn Over) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) meru- pakan rasio untuk menilai kemampuan perusa- haan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektvitas manaje- men suatu perusahaan. Jenis-Jenis Rasio Profita- bilitas terdiri dari Profit Margin,Return On Invesment (ROI), Return On Equity (ROE), Earning Per share of Common Stock (Laba Per Lembar saham), Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over), Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Hasil pengukuran kinerja diperoleh dari perban- dingan antara rasio keuangan sebuah perusahaan dengan standar rata-rata industri perusahaan sejenis. Sebagai contoh rasio profitabilitas sebuah perusahaan dikatakan berkinerja baik apabila memenuhi standar rata-rata industri atau nilainya berada di atas standar rata-rata industri dan sebaliknya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah kuali- tatif dan data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif yaitu analisis dengan menda- sarkan pada data primer dan sekunder, kemudian dari pembahasan diambil kesimpulan dan rekomendasi. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin, dengan tehnik penarikan porpusive sampling dengan kriteria sampel yaitu perusahaan sebagai anggota induk organisasi perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin, menyatakan kesediaan sebagai obyek penelitian dan menyediakan data yang diperlukan untuk proses penelitian. Berdasarkan kriteria sampel yang ditetapkan maka yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa konstruksi yang tergabung dalam induk organisasi Gabungan Kontrak- tor Indonesia (GAKINDO) dan Gabungan Perusa- haan Konstruksi Nasional Indonesia (GAPEKSINDO) Cabang Propinsi Kalimantan Selatan dengan perincian 10 buah perusahaan jasa konstruksi kualifikasi usaha skala menengah dan 70 buah perusahaan jasa kons- truksi kualifikasi usaha skala kecil. Prosedur Pengumpulan Data Dalam upaya mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, maka peneliti menggunakan strategi pengumpulan data dilakukan secara bertahap, mulai dari survey sampai dengan wawancara orang per- orangan secara intensif dan terfokus. Proses pengum- pulan data meliputi pengumpulan data secara primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara di lapangan yang dilakukan dengan direk- tur atau manager dan karyawan yang berkompeten. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan ketua maupun pengurus induk organisasi perusahaan jasa konstruksi. Sedangkan data sekunder diperoleh Lem- baga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah Pro- pinsi Kalsel, Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang akan dikumpukan dalam penelitian ini menggunakan tehnik dokumentasi, observasi, wawan- cara dan Focus Group Discussion (FGD). Metode Analisis Data Analisis Data dilakukan dengan deskriptif analitis, yaitu menggambarkan bagaimana penilaian kinerja yang telah dilaksanakan oleh perusahaan jasa kons- truksi. Luaran dari hasil penelitian ini adalah dirumus- kannya sebuah model yang menggambarkan elemen - Rusmanto, Ida Mentayani Nama Orang JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012 624 elemen yang merupakan indikator penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin HASIL PENELITIAN Model Pengukuran Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Kota Banjarmasin Tujuan dari laporan keuangan adalah menyedia- kan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengam- bilan keputusan ekonomi. Model pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi digambarkan dengan indikator jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja, rasio-rasio keuangan untuk menilai kondisi dan kinerja perusahaan, dimensi dari rasio-rasio keuangan dan kriteria pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi serta pihak-pihak pengguna laporan keuangan. Jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai sumber informasi pengukuran kinerja. Laporan keuangan umumnya dibuat beberapa je- nis tergantung dari maksud dan tujuan perusa- haan. Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan peru- sahaan baik secara bagian maupun keseluruhan. Penyusunan laporan keuangan terkadang dise- suaikan juga kondisi perubahan kebutuhan peru- sahaan. Artinya jika tidak ada perubahan dalam laporan tersebut, tidak perlu dibuat sebagai con- toh laporan perubahan ekuitas atau laporan catat- an atas laporan keuangan. Laporan keuangan yang digunakan oleh perusa- haan jasa konstruski di kota Banjarmasin, terdiri dari (a) Neraca adalah salah satu jenis laporan keuangan yang memberikan informasi dan menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan adalah posisi dan jumlah jenis aktiva (harta ) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas). (b) Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu. Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. (c).Laporan perubahan ekuitas atau modal juga merupakan laporan keuangan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki peru- sahaan pada saat ini, perubahan modal dan sebab-sebab berubahnya modal. (4). Laporan arus kas menunjukkan arus kas masuk dan kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedang- kan arus keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Salah satu kegunaan dari laporan keuangan ada- lah untuk menyediakan informasi kinerja perusa- haan jasa konstruksi terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan perusahaan, informasi kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan da- lam pengambilan keputusan. Analisis keuangan sangat tergantung pada infor- masi yang diberikan oleh laporan keuangan peru- sahaan. Laporan keuangan perusahaan merupa- kan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi indus- tri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusa- haan, kualitas manajemen dan lainnya. Rasio-rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dengan melakukan observasi pada perusahaan jasa konstruksi yang menjadi obyek penelitian diketahui bahwa alat analisis untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja pada perusahaan terdiri dari rasio-rasio keuangan. Adapun rasio-rasio ke- uangan yang dipergunakan terdiri dari: - Rasio likuiditas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka pendek - Rasio solvabilitas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka panjang - Rasio profitabilitas adalah rasio yang ber- guna untuk mengukur kemampuan perusa- haan untuk memperoleh laba/keuntungan. 625 TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin - Rasio Aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam meman- faatkan aktiva yang dimilikinya atau perpu- taran (turnover) dari aktiva-aktiva. Indikator rasio-rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada pihak yang berkompeten pada perusahaan jasa konstruksi diketahui bahwa indikator-indikator rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan adalah Rasio Likuiditas terdiri dari: - Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar - Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan anta- ra aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang Lancar Rasio Solvabilitas terdiri dari: - Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset - Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perban- dingan antara jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri Rasio Profitabilitas - Profit Margin (PM) yaitu perbandingan an- tara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan total penjualan. - Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah aktiva. - Return on Equity (ROE) yaitu perbanding- an antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri. Rasio Aktivitas terdiri dari: - Total Asset Turnover (TAT) yaitu perban- dingan antara penjualan bersih dengan jum- lah aktiva - Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terha- dap modal kerja. Kriteria Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Pengukuran kinerja merupakan hal penting dalam proses evaluasi dan pengendalian. Pengukuran- peng- ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada bagaimana suatu organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada manajemen strategis dengan memperhatikan profitabilitas, pangsa pasar, biaya dan mutu harus betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Dalam upaya untuk mengetahui kinerja perusa- haan jasa konstruksi maka perlu ditetapkan kriteria atau standar tertentu sehingga dapat dinyatakan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik atau buruk. Adapun kriteria dari pengukuran kinerja perusa- haan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin sebagai berikut: Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator likuiditas dinyatakan dengan kriteria berkinerja BAIK bila rasio likuiditas
dari standar rata -
rata industri Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator solvabilitas dinyatakan dengan kriteria berkinerja BAIK bila rasio solvabilitas
dari standar rata-
rata industri. Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator profitabilitas dinyatakan dengan kriteria berki- nerja BAIK bila rasio profitabilitas
dari standar rata-rata industri. Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator aktivitas dinyatakan dengan kriteria berkinerja BAIK bila rasio aktivitas
dari standar rata-
rata industri Pihak Pengguna Laporan Keuangan Adapun pihak pengguna laporan keuangan dari perusahaan jasa konstruksi adalah: Pemilik perusahaan memerlukan laporan ke- uangan untuk menilai kinerja manajer dalam me- mimpin perusahaannya. Manajer, bagi manajer laporan keuangan meru- pakan alat pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Kreditur, baginya laporan keuangan diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang, beban bunga, juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan tersebut. Rusmanto, Ida Mentayani Nama Orang JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012 626 Pihak Pemberi Kerja, berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan sebagai pe- nentuan apakah perusahaan mampu menyelesai- kan proyek yang dipercayakan kepadanya. Pemerintah, berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusa- haan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin dengan berlan- daskan pada teori yang relevan, maka model pengu- kuran kinerja yang dihasilan sebagaimana terlihat pada gambar 1. PEMBAHASAN Kelemahan Model Pengukuran Kinerja Berba- sis Laporan Keuangan Sistem pengukuran kinerja berbasis laporan keuangan atau berbasis finansial disebut sistem peni- laian kinerja konvensional atau tradisional. Seperti diketahui, laporan keuangan yang sampai saat ini digunakan oleh perusahaan seperti neraca, laporan laba rugi, aliran kas dan sebagainya diciptakan pada tahun 1800 an, dimana sistem pengelolaan usaha masih sangat tradisional dan perkembangan tehnologi belum sepesat saat ini. Gambar 1. Model Pengukuran Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Kota Banjarmasin
JENIS LAPORAN KEUANGAN
NERACA
LAPORAN LABA RUGI
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
LAPORAN ARUS KAS RASIO RASIO KEUANGAN
RASIO LIKUIDITAS
RASIO SOLVABILITAS
RASIO PROFITABILITAS
RASIO AKTIVITAS
HASIL PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN Kinerja BAIK Rasio Likuiditas = Standar Industri
Kinerja BAIK Rasio Solvabilitas = Standar Industri
Kinerja BAIK Rasio Profitabilitas = standar Industri
Kinerja BAIK Rasio Akt ivitas = standar Industri
PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI KOTA BANJARMASIN PIHAK PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN PEMILIK PERUSAHAAN MANAJER KREDITUR PIHAK PEMBERI KERJA PEMERINTAH 627 TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin Dalam penelitiannya Skinner ( 1992, dalam Wibisono D,2005 ) menyimpulkan: Manajemen konvensional melalui pende- katan yang sepotong-sepotong, eksploitasi kinerja jangka pendek, usaha optimasi pada hampir setiap dimensi dengan fokus utama pada pengurangan ongkos dan peningkatan produk- tivitas tidak lagi memadai. Kebutuhan perusa- haan untuk mengembangkan strategi manufaktur yang konsisten dengan keseluruhan starategi bisnis adalah mutlak. Dari kesimpulan tersebut, tampak jelas bahwa era penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis kinerja perusahaan tidak lagi mencukupi. Penelitian- penelitian mengenai kelemahan sistem penilaian kiner- ja finansial telah marak dilakukan. Tema utamanya adalah ketidakmampuan penilaian yang didasarkan atas sistem akuntansi tersebut dalam menampung kebutuhan sistem operasi perusahaan saat ini. Keter- batasan atau kelemahan sistem penilaian finansial/ laporan keuangan ini dengan sangat baik oleh Kaplan, 1983 dan Cooper dkk, 1992 ( dalam Wibisono D, 2005) yang meliputi Kurang relevan Sistem penilaian kinerja konvensional dianggap kurang relevan jika variabel ukuran kinerja kon- vensional yang didasarkan atas sistem akuntansi tersebut diberlakukan untuk seluruh level, mulai dari level korporasi, level unit bisnis, level mana- jemen operasi dan level operasional. Kekurang- relevanan tersebut terutama muncul jika pengu- kuran finansial pada dua level terbawah. Sistem ukurannya cenderung melaporkan kinerja masa lalu. Laporan-laporan finansial yang diberikan perusa- haan merupakan laporan periode waktu yang sudah lewat, karena laporan keuangan tersebut merupakan laporan kinerja keuangan satu tahun yang lalu, umpan balik yang didapatkan seringkali terlalu jauh ke belakang, sehingga pihak manaje- men tidak lagi dapat mengambil langkah emerjen- si. Berorientasi Jangka Pendek Orientasi pada keuntungan finansial jangka pen- dek dipandang sudah tidak lagi menjadi fokus uta- ma bagi perusahaan-perusahaan tingkat dunia. Fokus perusahaan beralih menjadi tumbuh, ber- kembang dan lestari. Oleh karena itu fokus pada pengurangan biaya tidak lagi menjadi populer. Biaya dipandang sebagai konsekuensi logis dari kualitas, fleksibilitas dan pengiriman yang andal. Jadi ketiga variabel tersebut kompetitif dibanding- kan perusahaan lain, dengan sendirinya biaya jangka panjang akan menurun. Namun ketiga variabel tersebut yaitu kualitas, fleksibilitas dan pengiriman tidak dapat diakomodasi dalam lapor- an keuangan. Kurang fleksibel Pengukuran kinerja konvensional dirancang ber- dasarkan variabel-variabel pengukuran yang su- dah standar dan tetap ( fixed). Hal ini tidak sesuai lagi dengan lingkungan persaingan yang dinamis. Sulit bagi perusahaan untuk dapat bersaing pada semua aspek atau variabel kompetisi dan dalam keseluruhan dimensi kompetensi. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki aspek atau varia- bel yang akan dipilih sebagai prioritas keunggulan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Tidak memacu proses perbaikan Karena tidak adanya kaji banding (bench- marking) baik pada proses perbaikan internal maupun dengan pihak kompetitor, sistem pengu- kuran kinerja konvensional tidak dapat menjadi kompas bagi proses perbaikan yang diinginkan pihak manajemen. Raasio-rasio yang ada hanya merupakan angka-angka mati, tidak menurun ke arah proses perbaikan yang harus dilakukan dan tidak menyatakan program-pprogram seperti apa yang dapat meningkatkan kinerja masa lalu tersebut. Sering rancu pada aspek biaya. Sistem pengukuran kinerja konvensional cende- rung mengukur segala aspek berdasarkan perhi- tungan biaya semata, sehingga sering tidak aku- rat dalam proses pemanfaatan hasill pengukuran, analisis, dan tindakan ikutannya (cost distor- tion). Hal ini sering kali menimbulkan distorsi, karena nilai uang bersifat relatif bagi setiap orang. Kerugian sebesar Rp. 1 juta dapat berarti keru- gian besar, kecil atau tidak berarti apa-apa, ter- gantung dari jenis usaha, lingkungan persaingan, pelaku bisnis dan berbagai hal yang bersifat sangat relatif. Konversi biaya bermakna pada level tertentu namun tidak harus dilakukan pada semua level dan variabel. Rusmanto, Ida Mentayani Nama Orang JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012 628 Keterbatasan rasio-rasio keuangan untuk me- ngukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang diguanakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin penuh kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi seperti hasil perhitungan yang dibuat. Walaupun demikian, berdasarkan hasil rasio yang diperoleh gambaran yang sesungguhnya terjadi. Adapun keterbatasan atau kelemahan rasio- rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan menurut J Fred Weston dalam Kasmir (2009), sebagai berikut: Data keuangan disusun dari data akuntansi, ke- mudian data tersebut ditafsirkan dari berbagai macam cara, misalnya masing-masing perusaha- an menggunakan: - metode penyusutan yang berbeda untuk me- nentukan nilai penyusutan terhadap aktiva- nya sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode yang berbeda. - penilaian sediaan yang berbeda. Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibat- kan laba yang dilaporkan berbeda pula, tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyu- sun data, pihak penyusun tidak jujur dalam mema- sukkan angka-angka dalam laporan keuangan yang mereka buat. Akhirnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil yang sesungguhnya Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya ber- beda. Misalnya biaya riset dan pengembangan, biaya perencanaan pensiun, merger, jaminan kualitas barang jadi dan cadangan kredit macet. Penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan. Pengaruh musiman mengakibatkan rasio kom- paratif akan ikut berpengaruh. Kelemahan kriteria pengukuran kinerja keuangan perusahaan Dalam upaya mengukur kinerja keuangan peru- sahaan dengan pernyataan bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan dalam kategori baik atau buruk, maka nilai dari rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas maupun aktivitas harus diperbandingkan dengan standar rata-rata indus- tri dari perusahaan sejenis. Sebagai contoh untuk me- nyatakan bahwa rasio likuiditas perusahaan jasa kons- truksi berkinerja baik maka nilainya harus memenuhi standar rata-rata indutri atau berada di atas nilai terse- but dan sebaliknya dinyatakan likuitasnya buruk bila nilainya berada di bawah standar rata-rata industri. Standar rata-rata industri diperoleh dari nilai rasio- rasio keuangan dari beberapa perusahaan jasa kons- truksi, kemudian dicari nilai rata-ratanya. Sebagaimana diketahui, untuk menilai standar rata-rata industri diperoleh dari nilai rata-rata rasio keuangan dari beberapa perusahaan sejenis, sehingga untuk mendapatkan nilai tersebut perlu dilakukan pe- nelitian kepada sebagian besar perusahaan yang seje- nis. Dengan perkataan lain data untuk menentukan nilai rata-rata standar industri tidak tersedia dengan lengkap pada saat diperlukan. Oleh karena itu pem- berian kriteria kinerja baik atau buruk tidak dapat dideskripsikan bila pembandingnya yaitu standar rata- rata industri tidak menyediakan data yang memadai. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kemudian dianalisis dengan landasan teori yang relevan sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya, maka ditarik kesimpulan mengenai model pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi di kota Banjarmasin sebagai berikut: Model pengukuran kinerja pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin dengan kualifikasi menengah dan kecil berbasis pada laporan keuangan. Model pengukuran ini dideskripsikan dengan indikator jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar penilaian kinerja, rasio- rasio keuangan untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan dan kriteria penilaian kinerja keuangan sertapihak pengguna laporan keuangannya. Jenis laporan keuangan yang menjadi sumber pengukuran kinerja adalah neraca untuk meng- gambarkan harta dan sumber harta yang dimiliki perusahaan, laporan laba rugi untuk menilai ke- mampuan perusahaan dalam memperoleh laba 629 TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin atau menderita kerugian, dan laporan perubahan ekuitas menggambarkan perubahan ekuitas yang dimiliki perusahaan dan laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan terdiri dari - Rasio likuiditas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka pendek, dengan variabel rasio Cur- rent ratio dan Working Capital to Total Asset. - Rasio solvabilitas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka panjang, dengan variabel rasio Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio - Rasio profitabilitas adalah rasio yang ber- guna untuk mengukur kemampuan perusa- haan untuk memperoleh laba/keuntungan, dengan variabel Net Profit Margin, Return On Asset dan Return On Invesment. - Rasio Aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam meman- faatkan aktiva yang dimilikinya atau perpu- taran (turnover) dari aktiva-aktiva, dengan variabel rasio Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover (WCT). Kriteria pengukuran kinerja keuangan perusa- haan dengan pernyataan bahwa kinerja keuangan perusahaan jasa konstruksi dalam kategori baik atau buruk, maka nilai dari rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas maupun aktivitas harus diperbandingkan dengan standar rata-rata industri dari perusahaan sejenis. Pihak pengguna laporan keuangan perusahaan jasa konstruksi terdiri dari pemilik perusahaan, manajer, kreditur, pihak pemberi kerja dan peme- rintah. Model penilaian kinerja berbasis laporan keuang- an mempunyai kelemahan yang meliputi aspek- aspek yaitu kurang relevan, berorientasi pada kinerja masa lalu, berorientasi jangka pendek, kurang fleksibel, tidak memacu perbaikan dan rancu pada aspek biaya. Saran Berpijak dari kelemahan dan keterbatasan dari penilaian kinerja berbasis laporan keuangan, maka sebaiknya perusahaan jasa konstruksi lebih memperluas lagi aspek pengukuran kinerjanya dengan model pengukuran yang lebih komprehen- sif. Dengan demikian pengukuran kinerja dilaku- kan secara optimal, sehingga diketahui aspek- aspek yang dapat meningkatkan kinerja dan akhirnya perusahaan mempunyai keunggulan ber- saing. Selain itu penilaian kinerja yang kompre- hensif menghasilkan informasi yang berkualitas sehingga dapat dijadikan sebagai dasar yang berkualitas pula untuk pengambilan keputusan. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pe- ngembangan model pengukuran kinerja pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin yang berlandaskan pengukuran kinerja secara komprehensif yang meliputi indikator Profitabil- ity, Growth, Sustanaibility dan Competitive- ness. Selain itu, penetapan standar kinerja rata- rata industri untuk perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin, merupakan variabel yang direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya. Obyek penelitian diperluas pada semua skala perusahaan, yang meliputi kualifikasi usaha skala besar, menengah dan kecil. DAFTAR RUJUKAN Hanafi, M.M., dan Abdul, H. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Handawati, U. 2004, Analisis Beberapa Faktor yang Mem- pengaruhi Kinerja Industri Jasa Konstruksi (Studi Empiris Pada Perusahaan Kontraktor Kecil Dan Mene- ngah Di Kota Semarang, Tesis, UNDIP, Semarang. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir, 2009, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, Rajawali Pres. Kartikahadi, H., dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat. Sudarto. 2007. Identifikasi Permasalahan Pada Faktor In- ternal Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Indonesia. Jurnal Teknologi, Edisi No.2, Tahun XX1. Juni 2007. Sudarto. 2008. Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia. Makalah. Rusmanto, Ida Mentayani Nama Orang JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012 630 Wibisono, D. 2006. Manajemen Kinerja, Konsep, Desain dan Tehnik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Erlangga. http://id.scribd.com.doc/78725587/Peraturan Jasa Konstruski di Indonesia 2012, 15 Sept 2012.