Anda di halaman 1dari 31

Dewi Prasetyawati

1102010071
Skenario 2 blok Urin

1. Memahami dan menjelaskan anatomi saluran kemih bagian bawah
1. Makro
Vesika Urinaria


Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke
uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ
reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian
yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal,
sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.

PENDARAHAN
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
PERSYARAFAN
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4,
yang berperan sebagai sensorik dan motorik.


Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu,
Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor
dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari
kandung kemih dan bersifat volunter).
Saluran terakhir dari sistem urinarius
Mulai dari orificium urethra internum sampai orificium urethra externum
Pada laki-laki, urethra terbagi atas 3 daerah :
1. Urethra pars prostatica
2. Urethra pars membranacea
3. Urethra pars cavernosa

Urethra Pars Prostatica
Mulai dari orifisium urethra internum sampai urethra yang ditutupi oleh Glandula
prostat & berada di rongga pelvis.

Uretra Pars Membranacea
Mulai dari urethra pars prostatica sampai bulbus penis pars cavernosa (paling
pendek= 1-2 cm)

Uretra Pars Cavernosa
Mulai dari daerah bulbus penis sampai orifisium urethra externum, berjalan dalam
corpus cavernosa urethra (penis)
12-15 cm.







Sedann uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara
klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di
bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.
























PERDARAHAN


a.dorsalis penis
a.bulbo urethralis

PERSARAFAN
Cabang-cabang n.pudendus

2. Mikro
VesikaUrinaria
Mukosa
Dilapisi epitel transisional, dengan
ketebalan 5-6 lapisan sel, pada saat teregang menjadi 2-3 lapis sel
Pada permukaan terdapat sel payung
Waktu vesika teregang, sel pada lapisan paling atas menjadi gepeng

















Tunika muskularis terdiri dari otot polos tiga lapis, sebelah dalam longitudinal, tengah
sirkular dan sebelah luar longitudinal







Tunika muskularis terdiri dari
otot polos tiga lapis, sebelah
dalam longitudinal, tengah
sirkular dan sebelah luar
longitudinal
Uretra














Pada wanita lebih pendek
Hanya berfungsi membawa urin dari vesika urinaria
Urethra laki2 selain membawa urin juga berfungsi menyalurkan sperma pada
ejakulasi

Uretra Wanita
Pendek, 4-5 cm
Dilapisi epitel berlapis gepeng, dibeberapa
tempat terdapat epitel bertingkat torak
Dipertengahan urethra terdapat sphinter
eksterna (muskular bercorak)




Uretra Laki-Laki
Pars prostatica
Paling dekat ke vesica urinaria
Ductus ejaculatorius bermuara dekat
verumontanum, (tonjolan kedalam lumen),
dimana cairan seminal msk dlm uretra
Dilapisi epitel transitional
Pars membranosa
Dilapisi epitel bertingkat torak
Dibungkus oleh sphincter urethra externa
(voluntary)
Pars bulbosa/spongiosa
Terletak didalam corpus spongiosum penis
Umumnya dilapisi epitel bertingkat torak
dibeberapa tempat terdapat epitel berlapis gepeng
Pars pendulosa
Ujung distal lumen urethra melebar: fossa navicularis
Kelenjar Littre, kelenjar mukosa yang terdapat disepanjang urethra, terutama pada
pars
pendulosa
Uretra Laki-laki


2. Memahami dan menjelaskan fisiologi berkemih (proses berkemih, pengaruh refleks
berkemih, lintasan persyarafan)
PROSES MIKSI
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses di mana
kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah
proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan
(dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi
otot perut yg menambah tekanan intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan
kandung kencing sehigga membantu mengosongkan urine.
Reflex mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom, yg dikendalikan oleh
suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Reflex mikturisi merupakan penyebab dasar
berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk
proses mikturisi sebagai berikut :
1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat
sebagian, kecuali bila mikturisi diinginkan
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi reflex
mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan
kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi
sacral untuk membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat yang sama
menghambat sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.
MEKANISME BERKEMIH
Dalam keadaan normal kandung kemih dan uretra berhubungan secara simultan dalam
penyimpanan dan pengeluaran urin.Selam penyimpanan, leher kandung kemih dan uretra
proksimal menutup, dan tekanan intra uretra berkisar antara 20-50 cmH2O.Sementara itu otot
detrusor berelaksasisehingga tekanan kandung kemih tetap rendah.
Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase, yaitu fase pengisian dan fase pengosongan kandung
kemih
1. Fase pengisian (filling phase)
Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra selamanya harus melebihi
tekanan intra vesikal kecuali pada saat miksi.Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi
sedikit peningkatan tekanan intra vesika, hal ini disebabkan oleh kelenturan dinding vesikal
dan mekanisme neural yang diaktifkan pada saat pengisian vesika urinaria.Mekanisme neural
ini termasuk refelk simpatis spinal yang mengatifkan reseptor pada vesika urinaria dan
menghambat aktifitas parasimpatis. Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada aktivitas
kontraktil involunter pada detrusor.
Tekanan normal intra vesika maksimal adalah 50 cm H2O sedangkan tekanan intrauretra
dalam keadaan istirahat antar 50-100 cm H2O.
Selama pengisian vesika urinaria,tekanan uretra perlahan meningkat. Peningkatan pada saat
pengisian vesika urinaria cenderung kerah peningkatan aktifitas otot lurik spinchter.Refelek
simpatis juga meningkatkan stimulasi reseptor a pada otot polos uretra dan meningkatkan
kontraksi uretra pada saat pengisian vesika urinaria.

2. Fase miksi (Voiding phase)
Selama fase miksi terjadi penurunan tekanan uretra yang mendahului kontraksi otot detrusor.
Terjadi peningkatan intravesika selama peningkatan sensasi distensi untuk miksi.Pusat miksi
terletak pada batang otak.Reflek simpatis dihambat, aktifitas efferent somatic pada oto lurik
spinchter dihambat dan aktifitas parasimpatis pada otot detrusor ditingkatkan.Semua ini
menghasilkan kontraksi yang terkoordinasi dari otot detrusor bersamaan dengan penurunan
resistensi yang melibatkan otot lurik dan polos uretra.Terjadi penurunan leher vesika urinaria
dan terjadi aliran urin. Ketika miksi secara volunter, dasar panggul berkontraksi untuk
meninggikan leher vesika urinaria kearah simfisis pubis,leher vesika tertutup dan tekanan
detrusor menurun.

Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara sebagai berikut : Mula-mula,
orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan
tekanan di dalam kandung kemih dan memunkinkan urin tambahan memasuki leher kandung
kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan, sehingga meregangkan
dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan reflex mikturisi dan secara
bersamaan menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan,
dan menyisakan tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.
Atau dapat dijelaskan melalui skema berikut :
Pertambahan vol urine tek intra vesicalis keregangan dinding vesicalis (m.detrusor)
sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) untuk diteruskan kembali
ke saraf saraf spinal timbul refleks spinal melalui n. Pelvicus timbul perasaan tegang
pada vesica urinaria shg akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih.
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara
volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya
dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan
otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi
spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis
bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.



3. Memahami dan menjelaskan infeksi saluran kemih
1. Definisi
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah ditemukannya bakteri pada urin kandung kemi,
yang umumnya steril

2. Etiologi
Biasanya bakteri enterik, terutama escherichia coli pada wanita. Gejala bervariasi
tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien rumah sakit, 30-40%
disebabkan proteus, stafilokok, dan bahkan pseudomonas. Bola ditemukan, kemungkinan
besar tedapat kelainan saluran kemih. Namun harus diperhitungkan kemungkinan
kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme.



3. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih ( ISK ) tergantung banyak faktor, seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal.
Selama priode usia berapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung
menderita ISK di bandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarag di laporkan, kecuali
disertai faktor predisposisi( pencetus ).
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama priode sekolah (school girls) 1% meningkat mencapai 30% baik laki-laki
maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti di bawah ini :
Litiasis
Obstruksi salarun kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
Diabetes melitus pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit sikle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi

4. Klasifikasi
Infeksi saluran kemih ( ISK ) bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender :
1. Perempuan
- Sistitis. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna
- Sindrom uretra akut ( SUA ). Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sintitis
tanpa ditemukan mikroorganisme ( steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
Penelitian terkini SUA disebabkan MO anaerobik.
2. Laki-laki
Persentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostetitis,
epidimidis dan uretris.

Infeksi saluran kemih ( ISK ) atas
1. Pielonefritis akut ( PNA ) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronik ( PNK ) mungkin akibat lanjut dari infeksi berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan
atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal
yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik kronik pada
orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah mennyebabkan pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal.
Data epidemiologi klinik tidak pernah melaporkan hubungn antara bakteriuria
asimtomatik dengan pielonefritis kronik
5. Patogenesis
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dengan mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila
berlebih.
(1)
Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih.
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau
steril.
Patogenesis ISK sangat kompleks karena melibatkan beberapa faktor seperti
faktor pejamu dan faktor organisme penyebab

Ada empat macam cara masuknya kuman ke dalam saluran kemih (Bahnson,1992;
Schaeffer,1998; Purnomo,2000).
1. Infeksi Aesenden (Ascending Infection)
Kuman masuk melalui uretra adalah penyebab paling sering dari infeksi
saluran kemih, baik pada pria maupun wanita. Pada keadaan normal bakteri dalam
urine kandung kemih biasanya akan dikeluarkan sewaktu berkemih, tetapi keadaan
ini tidak akan dijumpai bila ada urine stasis. Kuman yang berasal dari flora normal
usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, preputium penis, kulit
perineum dan sekitar anus cenderung lebih sering menyebabkan infeksi saluran kemih
asenden. Pubertas, hubungan seksual sebagaimana ada istilah honeymoon cystitis
dan melahirkan juga mempertinggi resiko terjadinya infeksi saluran kemih pada
wanita. Pada pria aktifitas seksual juga mempertinggi terjadi infeksi saluran kemih.
2. Melalui Aliran Darah (Hematogenous Spred)
Penyebaran melalui aliran darah jarang terjadi, pada kasus-kasus
tuberkulosis, abses ginjal dan abses perinefrik. Sebaliknya bakteri sering masuk
kealiran darah pada penderita infeksi akut, ginjal dan prostat. Bakteriemia karena
komplikasi infeksi saluran kemih ini lebih sering terjadi.
3. Melalui Aliran Lymph (Lymphatogenous Spread)
Infeksi saluran kemih melalui lymph, walau sangat jarang namun dapat terjadi.
Kemungkinan bakteri patogen masuk melalui aliran lymph rektum atau koloni
menuju prostat atau kandung kemih, dapat juga melalui aliran lymph peri-uterina
pada wanita.
4. Penyebaran Langsung dari Organ Sekitarnya

(Direct Extension From Other Organ) Abses intra peritoneum khususnya yang
disebabkan oleh peradangan usus halus, radang pelvik yang berat pada wanita, abses
para vesikal dan fistel saluran kemih (khususnya fistel vesikovagina dan vesiko
intestinal) dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dengan cara penyebaran
langsung.

5. Faktor Yang Mempermudah Terjadinya Infeksi Saluran Kemih
Walaupun telah diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi saluran kemih
paling sering berasal dari daerah perineum (faecal origin) tetapi faktor yang
menyebabkan bakteri ini dapat menginvasi saluran kemih dan menimbulkan infeksi
masih belum diketahui sepenuhnya. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
infeksi saluran kemih dimulai dengan melekatnya bakteri pada sel epitel saluran
kemih. Sekarang diyakini bahwa infeksi saluran kemih adalah suatu proses dinamika
yang menyertai perubahan pada sel bakteri dan pada sel penderita (Purnomo,2000).
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari
kedua cara ini ascendinglah yang paling sering terjadi.

Kuman penyebab ISK pada
umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara
komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar
anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostate vas
deferens testis (pada pria) buli-buli ureter, dan sampai ke ginjal.

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antar
mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai
host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host
yang menurun atau karena virulensi agent meningkat.
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. pertahanan lokal dari host
2. peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan humoral
maupun imunitas seluler.
Faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap ISK
GENETIK BIOLOGIS PERILAKU LAINNYA
Status
nonsekretorik
Kelainan
kongenital
Senggama Operasi Urogenital
Antigen Golongan
darah ABO
Riwayat infeksi
saluran kemih
Penggunaan
Diafragma
Terapi Estrogen
sebelumnya
Diabetes
Inkontinesi

kondom,
Spermisida
Penggunaan
antibiotic terkini

6, Patofisiologi
Pada individual normal biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat
kolonisasi miroorganisme nonpatogen fastidious gram (+) dan gram (-).Hampir semua
ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung
kemih.Pada beberapa pasien tertentu invasi MO dapat mencapai ginjal.proses ini
dipermudah refluks Vesioureter.Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai
akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat stafilokokus aureus.Dikenal Nephritis
Lohlein PNA sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi sistemik gram
negative.

7. Manifestasi klinis
Manifestas klinis dari penyakit infeksi saluran kemih umumnya adalah sebagai
berikut:

rasa sakit pada punggung
adanya darah pada urin (hematuria)
adanya protein pada urin (proteinuria)
urin yang keruh
ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
demam
dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
tidak nafsu makan
lemah dan lesu (malaise)
rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

Gejala dan tanda ISK ATAS : seperti Pielonefritis dapat berupa demam , menggigil
, malaise umum , anoreksia , mual , muntah , dan nyeri atau rasa sakit pada pinggul
atau sudut Costovertebra.
Gejala dan tanda ISK BAWAH : seperti Sistitis yang klasik adalah disuria ,
frekuensi atau sering berkemih , Urgensi (kadang-kadang ada inkontinensia ringan),
Nokturia (sering kencing pada malam hari) , Nyeri suprasimpisis , nyeri pada pinggul
bawah , peranakan terasa turun , dan hematuria pada akhir berkemih (urin merah).
Gejala dan tanda diatas ditemukan pada ISK simtomatik , tetapi banyak pula
ditemukan ISK yang tidak memperlihatkan gejala (bakteriuria asimtomatik). Pada
wanita hamil dengan ISK asimtomatik sering dapat menjadi ISK simtomatik seperti
sistitis atau Pielonefritis . Bila ini terjadi dapat menimbulkan kejadian abortus atau
partus prematurus.

Tanda-tanda ISK
tidak khas
, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala. Biasanya, keluhan yang sering dijumpai
antara lain:
Nyeri saat kencing (disuria)
Kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria) * bhs jawa: anyang-anyangen
Nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah (suprapubik)Tanda-tanda
tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan bagian saluran kencing yang terinfeksi.
1.ISK bagian bawah
: biasanya ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa panas saat kencing, kencing
sedikit-sedikit dan sering, rasa tidak nyaman di atas tulang kemaluan (suprapubik)
2.ISK bagian atas
: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di pinggang, mual, muntah,
lemah, demam, menggigil, sakit kepala

8. Diagnosis
Anamnesis
ISK bawah frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik. ISK atas: nyeri
pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria. Pemeriksaan fisik: febris, nyeri
tekan suprapubik, nyeri ketok sudut kostovertebra. Laboratorium: lekositosis, lekosituria,
kultur urin (+): bakteriuria > 10
5
/ml urin.
Pemeriksaan penunjang
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin, serta jumlah
kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan
dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protocol yang
dianjurkan. (Sukandar, E., 2004)
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus berdasarkan
indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Renal imaging procedures untuk
investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos
perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning. (Sukandar, E., 2004)

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ISK
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
Analisa Urin (urinalisis)
Urinalisa merupakan test yang mengevaluasi sample urin, yang bertujuan untuk mendeteksi
kelainan pada traktus urinarius, kelainan ginjal, dan diabetes. Pada pemeriksaan urin rutin,
jika ditemukan leukosit yang jumlahnya >10/LPB (Lapangan Pandang Besar) dengan
mikroskop, maka hal ini merupakan tanda tidak normal. Piuria merupakan tanda yang penting
pada ISK. Oleh karena itu, leukosit >10 kemungkinan menandakan adanya ISK.
Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin
dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan
urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin
porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
a. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari
kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang
penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang
akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu
dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
b. Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini
juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung
kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh
dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
c. Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang
paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan
tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan
menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina
dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua
potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi
dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan
potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari
depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa
yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap
pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh
muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah
tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah
dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang
beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran
urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau
setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan
dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita
pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering.
Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan
selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung
penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi
sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang
beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar
berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh
pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat
pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus
sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah
pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan
sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus
disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.

d. Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat
porsi yaitu :
1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi
buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.

Pemeriksaan laboratorium
1. Analisa Urin (urinalisis)
Pemeriksaan urinalisis meliputi:
- Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per
lapangan pandang dalam sedimen urin.
- Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin)
Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit
(sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa
juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan
penyakit ginjal lainnya.
2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
- Mikroskopis.
Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).
Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
- Biakan bakteri.
Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.
3. Pemeriksaan kimia
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes
reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan: ditemukan
lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas
99%.

4. Tes Dip slide (tes plat-celup)
Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak mampu
mengetahui jenis bakteri.
5. Pemeriksaan penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning.
Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu
atau kelainan lainnya.
Pemeriksaan penunjang dari infeksi saluran kemih terkomplikasi:
1. Bakteriologi / biakan urin
Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
- Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
- Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
- Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca
keteterisasi urin.
- Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan.
- Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum dilakukan
Beberapa metode biakan urin antara lain ialah dengan plat agar konvensional, proper plating
technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods relatif praktis digunakan
dan memiliki ambang sensitivitas sekitar 104 sampai 105 CFU (colony forming unit) kuman.
1. Interpretasi hasil biakan urin
Setelah diperoleh biakan urin, maka dilakukan interpretasi. Pada biakan urin dinilai
jenis mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan CFU), serta tes sensitivitas terhadap
antimikroba (dalam satuan millimeter luas zona hambatan). Pada uretra bagian distal, daerah
perianal, rambut kemaluan, dan sekitar vagina adalah habitat sejumlah flora normal seperti
laktobasilus, dan streptokokus epidermis. Untuk membedakan infeksi saluran kemih yang
sebenarnya dengan mikroorganisme kontaminan tersebut, maka hal yang sangat penting
adalah jumlah CFU. Sering terdapat kesulitan dalam mengumpulkan sampel urin yang murni
tanpa kontaminasi dan kerap kali terdapat bakteriuria bermakna tanpa gejala, yang
menyulitkan penegakkan diagnosis infeksi saluran kemih. Berdasarkan jumlah CFU, maka
interpretasi dari biakan urin adalah sebagai berikut:
a. Pada hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin kateterisasi.
- Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah disebut dengan bakteriuria
bermakna
- Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala klinis disebut
bakteriuria asimtomatik
- Bila terdapat mikroba 102 103 CFU/ml urin kateter pada wanita muda
asimtomatik yang disertai dengan piuria disebut infeksi saluran kemih.
b. Hitung koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi supra pubik
adalah infeksi saluran kemih.
Interpretasi praktis biakan urin oleh Marsh tahun 1976, ialah sebagai berikut:
Kriteria praktis diagnosis bakteriuria. Hitung bakteri positif bila didapatkan:
- > 100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang dilakukan seara
berturut turut.
- > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah dengan leukosit >
10/ml urin segar.
- > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah disertai gejala klinis
infeksi saluran kemih.
- > 10.000 CFU/ml urin kateter.
- Berapapun CFU dari urin aspirasi suprapubik.
Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah bakteri biakan urin pada infeksi
saluran kemih:
a. Faktor fisiologis
- Diuresis yang berlebihan
- Biakan yang diambil pada waktu yang tidak tepat
- Biakan yang diambil pada infeksi saluran kemih dini (early state)
- Infeksi disebabkan bakteri bermultiplikasi lambat
- Terdapat bakteriofag dalam urin
b. Faktor iatrogenic
- Penggunaan antiseptic pada waktu membersihkan genitalia
- Penderita yang telah mendapatkan antimikroba sebelumnya
c. Cara biakan yang tidak tepat:
- Media tertentu yang bersifat selektif dan menginhibisi
- Infeksi E. coli (tergantung strain), baketri anaerob, bentuk K, dan basil tahan
asam
- Jumlah koloni mikroba berkurang karena bertumpuk.
2. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari piuria
a. Urin tidak disentrifus (urin segar)
Piuria apabila terdapat 10 leukosit/mm3 urin dengan menggunakan kamar
hitung.
b. Urin sentrifus
Terdapatnya leukosit > 10/Lapangan Pandang Besar (LPB) disebut sebagai
piuria. Pada pemeriksaan urin porsi tengah dengan menggunakan mikroskop
fase kontras, jika terdapat leukosit >2000/ml, eritrosit >8000/ml, dan casts
leukosit >1000/ml, maka disebut sebagai infeksi saluran kemih.
c. Urin hasil aspirasi suprapubik
Disebut piuria jika didapatkan >800 leukosit/ml urin aspirasi supra pubik.
Keadaan piuria bukan merupakan indikator yang sensitif terhadap adanya
infeksi saluran kemih, tetapi sensitif terhadap adanya inflamasi saluran
kemih.
3. Tes Biokimia
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit (Griess test),
dan memakai glukosa (oksidasi). Nilai positif palsu prediktif tes ini hanya <5%. Kegunaan
tes ini terutama untuk infeksi saluran kemih rekurens yang simtomatik. Pada infeksi saluran
kemih juga sering terdapat proteinuria yang biasanya < 1 gram/24 jam. Membedakan
bakteriuria dan infeksi saluran kemih yaitu, jika hanya terdapat piuria berarti inflamasi, bila
hanya terdapat bakteriuria berarti kolonisasi, sedangkan piuria dengan bakteriuria disertai tes
nitrit yang positif adalah infeksi saluran kemih.

4. Lokalisasi infeksi
Tes ini dilakukan dengan indikasi:
a. Setiap infeksi saluran kemih akut (pria atau wanita) dengan tanda tanda
sepsis.
b. Setiap episode infeksi saluran kemih (I kali) pada penderita pria.
c. Wanita dengan infeksi rekurens yang disertai hipertensi dan penurunan
faal ginjal.
Biakan urin menunjukkan bakteriuria pathogen polimikrobal.
Penentuan lokasi infeksi merupakan pendekatan empiris untuk mengetahui etiologi infeksi
saluran kemih berdasarkan pola bakteriuria, sekaligus memperkirakan prognosis, dan untuk
panduan terapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa infeksi saluran kemih atas lebih mudah
menjadi infeksi saluran kemih terkomplikasi. Suatu tes noninvasif pembeda infeksi saluran
kemih atas dan bawah adalah dengan ACB (Antibody-Coated Bacteria). Pemeriksaan ini
berdasarkan data bahwa bakteri yang berasal dari saluran kemih atas umumnya diselubungi
antibody, sementara bakteri dari infeksi saluran kemih bawah tidak. Pemeriksaan ini lebih
dianjurkan untuk studi epidemiologi, karena kurang spesifik dan sensitif.
Diagnosa banding

Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Ingat akan pielonefritis
apabila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor
predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap antibiotik kurang baik.


10. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Obat Tepat Indikasi untuk Infeksi Saluran Kemih
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila
sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.
(5)
Antibiotika yang diberikan
berdasarkan atas kultur kuman dan test kepekaan antibiotika.
(1)

Tujuan pengobatan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan
mengobati bakteriemia, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang
mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek
samping yang minimal.
(6)

Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam urin.
Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan efek sistemik
dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.
(7)

Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri di dalam urin. Indikasi yang
paling penting dalam pengobatan dan pemilihan antibiotik yang tepat adalah mengetahui
jenis bakteri apa yang menyebabkan ISK.
(8)
Biasanya yang paling sering menyebabkan ISK
adalah bakteri gram negatif Escherichia coli. Selain itu diperlukan pemeriksaan penunjang
pada ISK untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK sehingga mampu menganalisa penggunaan obat serta memilih obat yang
tepat.
(1)

Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain :
- pengobatan dosis tunggal
- pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
- pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
- pengobatan profilaksis dosis rendah
- pengobatan supresif
(1)

Berikut obat yang tepat untuk ISK :
Sulfonamide :
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktur
analog dengan asam p-amino benzoat (PABA).
(7)
Biasanya diberikan per oral, dapat
dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal.
Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan bisa terjadi resisten
karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA berlebihan.
(9)

Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash, fotosensitivitas), gangguan
pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity (granulositopenia, (thrombositopenia,
aplastik anemia) dan lain-lain.
(9,10)
Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu paruhnya :
- Short acting
- Intermediate acting
- Long acting
(9)
Trimethoprim :
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat enzim
dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari folic
acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan ekskresi
dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk
pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg
setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut
(7,11)

Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.
(9)

Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat, mencegah
resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran
kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus influenza
dan Moraxella catarrhalis.
(7,9,10)
Karena Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid
daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume distribusi yang lebih besar
dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg +
Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang
pada saluran kemih bagian atas atau bawah.
(7)
Dua tablet per hari mungkin cukup untuk
menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa
diberikan 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih
yang berulang-ulang pada beberapa wanita.
(7)

Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam,
kemerahan, leukopenia dan diare.
(9)

Fluoroquinolones :
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat
topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah
relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi normal.
(9)

Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif termasuk enterobacteriaceae,
Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral, Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik
dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang
berbeda-beda.
(7)
Fluoroquinolon terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan
dengan filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
(7)

Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare. Fluoroquinolon dapat
merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah
umur 18 tahun.
- Norfloxacin :
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk
infeksi saluran kemih.
(9)

- Ciprofloxacin :
Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam
melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk
Mycoplasma pneumoniae.
(9)

- Levofloxacin
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi
kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.
(9)

Nitrofurantoin :
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif.
Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi dan
diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik.
(12)
Obat
ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada
orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari setelah makan.
(7)

Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama. Neuropati dan
anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
(7)

Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam eliminasi berbagai obat sehingga
gangguan yang terjadi pada fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan eliminasi dan
mempermudah terjadinya akumulasi dan intoksikasi obat.
(1)

Faktor penting dalam pemberian obat dengan kelainan fungsi ginjal adalah menentukan dosis
obat agar dosis terapeutik dicapai dan menghindari terjadinya efek toksik.
(13)
Pada gagal
ginjal, farmakokinetik dan farmakodinamik obat akan terganggu sehingga diperlukan
penyesuaian dosis obat yang efektif dan aman bagi tubuh. Bagi pasien gagal ginjal yang
menjalani dialisis, beberapa obat dapat mudah terdialisis, sehingga diperlukan dosis obat
yang lebih tinggi untuk mencapai dosis terapeutik.
(1)
Gagal ginjal akan menurunkan absorpsi
dan menganggu kerja obat yang diberikan secara oral oleh karena waktu pengosongan
lambung yang memanjang, perubahan PH lambung, berkurangnya absorpsi usus dan
gangguan metabolisme di hati.
(1)
Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai upaya
antara lain dengan mengganti cara pemberian, memberikan obat yang merangsang motilitas
lambung dan menghindari pemberian bersama dengan obat yang menggangu absorpsi dan
motilitas.
(1)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan fungsi ginjal
adalah :
- penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat
-
pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida,
Amphotericine B, Siklosporin.
(1)

Bentuk dan dosis obat yang tepat untuk diberikan kepada pasien ISK dengan kelainan
fungsi ginjal
Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan kelainan fungsi
ginjal adalah dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme di ginjal. Beberapa jurnal
dan text book dikatakan penggunaan Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX)
mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal gangguan fungsi ginjal. Hanya saja
penggunaanya memerlukan dosis yang lebih kecil dan waktu yang lebih lama.
(9)

Pada ekskresi obat perlu diperhatikan fungsi ginjal, yang diikuti dengan penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG), terutama obat yang diberi dengan jangka panjang harus selalu
memperhitungkan fungsi ginjal pasien. Secara praktis dapat diukur dengan creatine
clearance test.
(1)
LFG sangat berguna untuk menilai fungsi ginjal karena kreatinin merupakan
zat yang secara prima difiltrasi dengan jumlah yang cuma sedikit akan tetap bervariasi
terhadap bahan yang disekresi.
(1)

Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX) :
Dosis yang diberikan pada pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal haruslah lebih rendah.
Pada pasien dengan creatine clearance 15 hingga 30 ml/menit, dosis yang diberikan adalah
setengah dari dosis Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12
jam.
(9)
Cara pemberiannya dapat dilakukan secara oral maupun intravena.
(7,9)

Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 umur) x berat badan
72 x kreatinin serum
Pencegahan
1. Minum banyak air putih (8-10 gelas per hari)
2. Konsumsi suplemen vitamin C secara teratur menurunkan jumlah bakteri
dalam urin
3. Jangan menahan kecing (sering buang air kecil)
4. Pada wanita membilas dari depan ke belakang untuk mengihndari kontaminasi
lubang uretra atau bakteri feses
5. Berkemih (miksi) setelah berhubungan kelamin untuk mekanisme wash out
6. Untuk yang sudah pernah mengalami ISK => antiseptik
7. Profilaksis (malam pasca senggama) dosis : Nitrofurantonin 50-100 mg,
trimetropim (150-300 mg), cotrimoksazol 40 mg/200 mg

11. Komplikasi
1. Pembentukan abses ginjal, abses perirenal, abses pararenal
Abses ginjal : abses pada parenkim ginjal
-Abses kortes ginjal : secara hematogen oleh stafilokokus aureus
-Abses kortikomedular : secara ascending oleh E.coli, proteus,
Klebsiella
Abses perirenal : abses pada rongga perirenal = terjadi akibat pecahnya abses
renal ke dalam rongga perirenal
Abses pararenal
Terjadi karena : 1. Pecahnya abses perirenal yang mengalir ke rongga
pararenal
2. Karena penjalaran infeksi dr usus, pankreas, atau dari
kavum pleura ke rongga pararenal
2. Gagal ginjal

Glomerulonefritis kronik sebagai kelanjutan dari glomerulonefritis akut yang tidak
mendapat pengobatan secara tuntas.
Gagal ginjal akut dengan manifestasi oliguria sampai anuria yang dapat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufiiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama
jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialysis (bila
perlu).
Enselopati hipertensi merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopnea, terdapatnya ronkhi basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang buka saja disebabkan
spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume
plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di miokardium.
Anemia yang timbul karena adanya hipovolemia disamping sintesis eritropoetik
yang menurun.
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau
anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka
dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.

12. Prognosis
ISK simpleks : baik
ISK kompleks : tergantung kelainan anatomik, potensial : ISK berulang,
hipertensi, gagal ginjal kronik.
Kalau segera terapi umumnya baik
Dapat terjadi gagal ginjal
Pada sistitis (saluran kemih bagian bawah) hamper selalu rerinfeksi, bukan
relaps
Pada saluran kemih bagian atas lebih banyak terjadi relaps dari pada rerinfeksi
Penyembuhan sempurna dapat terjadi pada 95% anak dengan glomerulonefritis
pasca streptococcus akut. Tidak adabukti bahwa terjadi pemburukan menjadi
glomerulonefritis kronik. Mortalitas dapat dihindarkan dengan manajemen yang tepat
pada gagal ginjal. Kekambuhan sangat jarang terjadi.
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% diantaranya mengalami perjalanan
penyakit yang memburuk dengan cepat. Diuresis akan menjadi normal kembali pada
hari ke 7-10 Fungsi ginjal(ureum dan kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan
menjadi normal dalam waktu 3-4 minggu. kimia darah menjadi normal pada minggu
ke 2 dan hematuria mikroskopik atau makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu.
LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan, protein sedikit dalam urine dan dapat
menetap untuk beberapa bulan. Penderita yang tetap menunjukkan kelainan urine
selama 1 tahun dianggap menderita penyakit glomerulonefritis kronik, walaupun
dapat terjadi penyembuhan sempurna. LED digunakan untuk mengukur progresivitas
penyakit ini, karena umumnya tetap tinggi pada kasus-kasus yang menjadi kronis.
Diperkirakan 95 % akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari
penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis kronis.

4. Memahami dan menjelaskan bagi penderita salasil baul
Bersuci (thaharah: wudhu, tayammum atau mandi) merupakan syarat sah
ibadah yang mewajibkan dalam keadaan suci, seperti shalat. Sehingga ibadah tersebut
tidak dikatakan sah tanpa thaharah. Namun kewajiban tersebut bisa jatuh ketika
seseorang dalam keadaan tertentu yang menghalangi seseorang melakukan thaharah
sebagaimana firman Allah Swt.

"Dan Dia tidak menjadikan bagimu kesulitan dalam agama Islam.

Salah satu contoh adalah penyakit kencing yang terus-menerus atau dalam istilah para
fuqaha dinamakan salisul-baul.
Pengertian salisul-baul

Menurut mazhab Hanafi, salisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan keluarnya
air kencing secara kontinyu, atau keluar angin(kentut) secara kontinyu, darah
istihadhah,mencret yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Hanbali, salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa
air kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Maliki, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit
seperti keluar air kencing secara kontinyu.
Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang
diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain
atau sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga
agar air kencing tersebut tidak jatuh ke tempat shalat.



Dalil tentang salisul-baul


"Ubad bin Basyar menderita penyakit mencret dan dia tetap melanjutkan shalatnya
(dalam keadaan mencret tersebut)."

Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai penyakit
mencret, keluar kentut/air kencing secara kontinyu tidak memiliki kewajiban untuk
mengulang-ulang wudhunya, namun tetap meneruskan shalat dalam keadaan tersebut.

Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam
keadaan salisul-baul:
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan
semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar
hadas tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat
seusai wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika
seseorang berwudhu di rumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan
tidak menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika
melakukannya sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di
waktu shalat.

Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian
keluar air kencing atau kentut dan lainnya aka dia tidak mempunyai kewajiban untuk
melakukan istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia
lakukan di awal.

Berapa kali seseorang bisa melakukan shalat dalam keadaan salisul-baul?

Seseorang yang memiliki penyakit seperti salisul-baul tersebut hanya diperbolehkan
melakukan ibadah shalat fardhu sekali saja, adapun shalat sunnah bisa dikerjakan
seberapa kali pun.



Niat apa yang dilafalkan oleh seseorang yang mempunyai penyakit salisul-baul?

Seperti disebutkan dalam "Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah" bahwa orang yang
mempunyai
penyakit salisul-baul ini berniat 'li istibahah' (agar diperbolehkan shalat) dan tidak
melafalkan niat 'li raf'il hadas'. Hal tersebut dilandaskan bahwa wudhu dalam
keadaan seperti ini adalah bukan wudhu hakiki akan tetapi wudhu semacam ini adalah
batal karena keluar air kencing atau lainnya namun syariat telah memberikan toleransi
dan keringanan kepada orang yang mengalami penyakit seperti ini.
Pembagian Jenis Thaharah
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar.
1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakain dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara
hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seorang yang shalat dengan memakai
pakaian yang ada noda darah atau air kencing, tidak sah shalatnya. Karena dia tidak
terbebas dari ketidaksucian secara hakiki.Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan
menghilangkan najis yang menempel, baik pada badan, pakaian atau tempat untuk
melakukan ibadah ritual. Caranya bermacam-macam tergantung level kenajisannya.
Bila najis itu ringan, cukup dengan memercikkan air saja, maka najis itu dianggap
telah lenyap. Bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya
dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara mencucinya dengan
air biasa, hingga hilang warna najisnya. Dan juga hilang bau najisnya. Dan juga
hilang rasa najisnya.
2. Thaharah Hukmi
Thaharah secara hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats, baik hadats
kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah secara hukmi tidak terlihat
kotornya secara pisik. Bahkan boleh jadi secara pisik tidak ada kotoran pada diri kita.
Namun tidak adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum tentu dipandang
bersih secara hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian secara ritual. Seorang
yang tertidur batal wudhu-nya, boleh jadi secara pisik tidak ada kotoran yang
menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara berwudhu bila ingin
melakukan ibadah ritual tertentu seperti shalat, thawaf dan lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah mencuci maninya
dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap belum dikatakan
suci dari hadats besar hingga selesai dari mandi janabah. Jadi secara thaharah secara
hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara pisik memang tidak ada kotoran
yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk melakukan ritual ibadah.
Thaharah secara hukmi dilakukan dengan berwudhu atau mandi janabah.


DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC
Ganda Soebrata,(2008). Penuntun Laboratorium Klinik.Dian Rakyat, Jakarta
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC
Gartner, Leslie P. & James L. Hiatt. 2007. Color Atlas of Histology, Fourth Edition.
Baltimore, Maryland: Lippincott Williams & Wilkins
Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan IPD FKUI
Jawetz., Melnick., dan Adelberg,.(2007). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. EGC,
Jakarata
Junqueira C.L.,Carneiro, L,. (2007) Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10.EGC,
Jakarta

Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V. Jakarta: EGC
Mansjoer Akan.,Suprohaita.,Wardhani,W.I.,,Setiowulan,W.,(2001). Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta
Ramayani,.R.,(2002). Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta
Snell, S.R.,(2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa kedokteran. Edisi 6. EGC,
Jakarta
Sukandar,E.,(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih Pasien
Dewasa. Edisi 5. Jilid 2. Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta

(Prevalensi, karakteristik dan faktor-faktor yang terkait dengan Infeksi saluran kemih
Pada penderita DM yang rawat inap, Made Ariwijaya, Ketut Suwitra
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RS Sanglah, Denpasar)

(Evaluasi biakan urin pada penderita BPH setelah pemasangan kateter menetap:
pertama kali dan berulang, Furqon , Bagian Ilmu Bedah, FKUSU)
(http://www.alislam.com)
(http://www.terbitfajar.com/salisul-baul)
(http://cme.med.umich.edu/pdf/guideline/uti05.pdf)
(http://www.docstoc.com/docs/4824982/Infeksi-Saluran-Kemih

Anda mungkin juga menyukai