"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar".
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas ra bahwa ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan para wanita: Mengapa dalam Al-Quran disebutkan para laki-laki sementara para wanita tidak? Maka turunlah ayat ini.
Jauh Sebelum mempoklamirkan emansipasi wanita, Islam telah lebih dahulu mengangkat derajad wanita dari masa pencampakan wanita di era jahiliah ke masa kemulaian wanita. Dari ayat di atas kita bisa melihat betapa Islam tidak membedakan antara wanita dan laki-laki. Semua sama di hadapan Allah.swt, dan yang membedakan mereka di hadapan Allah adalah mereka yang paling bertaqwa, taqwa dalam artian menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangnnya.
Sering kita dengar pemahaman emansipasi wanita yang selalu digembar-gemborkan orang-orang barat yang mengatasnamakan hak asasi manusia, bahwa emansipasi wanita adalah menyamakan hak dengan kaum pria, padahal tidak semua hak wanita harus disamakan dengan pria, karena Allah.Swt telah menciptakan masing-masing jenis kelamin dengan latar belakang biologis kodrati yang tidak sama. Persamaan hak untuk dilindungi oleh hukum, mendaptkan gaji yang setara dengan laki laki jika berada di kedudukan atau kemampuan yang sama, dan lain sebagainya adalah segelintir contoh dibolehkannya persamaan hak dengan kaum pria.
Makna emansipasi wanita yang benar, adalah perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasib sendiri. Sampai kini, mayoritas wanita Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan sektor informal belum menyadari makna dari emansipasi wanita itu sendiri, akibat normatif terbelenggu persepsi etika, moral, dan hukum genderisme lingkungan sosio-kultural menjadi serba keliru. Belenggu budaya itulah yang harus didobrak gerakan perjuangan emansipasi wanita demi memperoleh hak asasi untuk memilih dan menentukan nasib sendiri.
Perjuangan R.A. kartini dan R.Dewi Sartika dalam medobrak keterbelengguan peribumi oleh penjajah merupakan pergerakan yang spektakuler bagi wanita Indonesia saat itu. Sebuah perang dengan cara moderat tanpa adu kekuatan fisik, akan tapi adu otak, adu harga diri. Tak berselang lama kebangkitan harga diri pribumi mulai naik hingga kita sebut sebagai jaman Kebangkitan Nasional, tidak hanya bangkit meruncingkan bambu, tapi juga meruncingkan pikiran, mengasah otak melalui kata-kata, baik di forum diskusi maupun di media cetak.
Di hari Kartini ini, mari kita meneropong kebelakang melihat kembali wanita-wanita yang berjaya pada awal-awal berdirinya Islam, mereka adalah Aisyah binti Abu Bakar(wafat 58 H), Hafsah binti Umar (wafat 45 H), Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar (wafat 56 H), Khadijah binti Khuwailid (wafat 3 SH), Maimunah binti Harits (wafat 50 H/670 M), Ummu Salamah (wafat 57 H/676 M), Zainab binti Jahsy (wafat 20 H), Fatimah binti Muhammad (wafat 11 H), Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/639 M), Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.) dan lain sebagainya. Merekalah yang telah memberikan suri tauladan yang sangat mulia untuk keberlangsungan emansipasi wanita, bukan saja hak yang mereka minta akan tetapi kewajiban sebagai seorang wanita, istri,anak atau sahabat mereka ukir dengan begitu mulianya. Seperti telah disinggung di atas, dalam pandangan Islam wanita yang baik adalah wanita yang seoptimal mungkin menurut konsep al-quran dan assunnah. Ialah wanita yang mampu menyelaraskan fungsi, hak dan kewajibannya: - Seorang hamba Allah ( At-Taubah 71 ) - Seorang istri ( An-Nisa 34) - Seorang ibu ( Al-Baqoroh 233 ) - Warga masyarakat (Al-furqan 33) - Daiyah ( Ali Imran104 -110)
Islam juga telah mengabadikan nama wanita yang dalam bahasa Arab An-nisa () ke dalam salah satu surat dalam Al-quran, dan islam juga tidak melarang wanita untuk berperang atau berjihad di jalan Allah.Swt melawan orang-orang kafir, dalam hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat wanita terkemuka Ar-Rubayyi binti Muawwidz ra berkata : Kami pernah bersama nabi SAW dalam peperangan, kami bertugas memberi minum para prajurit, melayani mereka, mengobati yang terluka, dan mengantarkan yang terluka kembali ke Madinah. Ummu Haram ra, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra , dimana ia berkata: Nabi SAW bersabda : Sejumlah orang dari ummatku menawarkan dirinya sebagai pasukan mujahid fi sabiliLLAH. Mereka mengarungi permukaan lautan bagaikan raja-raja di atas singgasananya. Lalu tiba-tiba Ummu Haram ra berkata: Ya RasuluLLAH, doakan saya termasuk diantara mereka itu. Lalu Nabi SAW mendoakannya
Sesungguhnya Maha Benar Allah yang dengan tegas bersabda dalam Al- Quran bahwa musuh- musuh Islam akan selalu berupaya dengan berbagai cara agar kita mengikuti millah (sistem hidup) mereka, hingga mereka ridha (QS Al-Baqarah: 120), dan mereka akan selalu memerangi Islam dan segala yang berbau Islam, kalau dapat memurtadkan kita dari Islam (Al-Baqoroh 217 dan Alburuuj 8). Sungguh Maha Benar Allah.
Sesungguhnya fenomena muslimah hari ini (kebanyakan telah menyimpang jauh dari Allah dan RasuINya), dan kehilangan jati dirinya sebagai muslimah adalah hasil dari rekayasa mereka yang menghendaki ajaran Islam itu kabur, sulit difahami dan terkesan kolot (terbelakang) serta menghambat kemajuan.
Untuk mendukung semua itu merekapun merekayasa, para cendekiawan muslim yang lemah iman untuk mendukung program mereka dan menimbulkan keraguraguan ummat.
Para wanita yang dalam Islam sangat dihormati dan dimuliakan digugat. Aturan-aturan Islam yang tinggi dan sempurna dituding sebagai biang keladi terbelakangnya para wanita Islam. Musuh- musuh Allah yang lantang meneriakkan isu hak asasi, kebebasan, modernisasi, dan persamaan inipun menyerang masalah poligami,hak menthalaq, hak warisan, masalah hijab, dan sebagainya sebagai hal-hal yang melemahkan Islam. Islam dikatakan telah merendahkan harkat dan martabat wanita, sedang Barat lah yang mengangkat dan memuliakannya.
Mari kita bandingkan dunia Islam dan dunia Barat, pada satu sisi mereka maju di bidang duniawi yang pernah dimiliki kejayaan islam, tapi kita lihat hubungan hubungan sosial mereka ( hubungan antara masyarakat, suami dan istri orang tua dan anak dan lain sebaginya ) Islam lebih gemilang dengan hal-hal itu.
Pada akhirnya kita sebagai wanita mulimah untuk selalu menyiapkan dan meningkatkan kualitas keislaman kita, agar kita tidak terpengaruh dengan slogan- slogan barat yang akan menghancurkan pilar-pilar Islam dan menyilaukan mata kita. Selamat hari Kartini semoga wanita Indonesia bisa lebih meningkatkan khazanah keislamannya dan menghasilkan karya-karya besar untuk kemajuan Indonesia dan Islam pada umumnya. http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2007/04/islam-dan-emansipasi.html
Banyak orang mengira bahwa factor kemunduran suatu bangsa berasal dari kemunduran mereka di bidang industri atau militer atau lemahnya ekonomi. Bila suatu bangsa dapat menguasai semua itu maka akan menjadi bangsa terdepan dan terkuat dalam memimpin bangsa-bangsa lain. Tetapi bila kita renungkan secara seksama penyataan tersebut sangat keliru dan penuh dengan kabut yang menutupi mata orang yang berpendapat demikian, sehingga tidak mampu memandang secara sempurna. Kelemahan umat yang sebenarnya adlah karena umat mengalami krisis moralitas dan kualitas sebagai sumber daya manusia baik dari segi intelektual, pemahaman dan kadar kemampuan.
WANITA PENYEBANYA ? Wanita, merupakan bagian terbesar dari komunitas masyarakat secara umum. Apabila mereka baik, maka masyarakatpun akan menjadi baik. Sebaliknya apabila mereka rusak, maka rusaklah masyarakat itu. Sungguh, apabila mereka benar-benar memahami agama, menjaga kehormatan, hukum dan syariat Allah, niscaya mereka akan mapu melahirkan generasi-generasi yang tangguh dan berguna untuk memajukan suatu bangsa.
WANITA TERJERAT Sebuah propaganda busuk kaum kafir yang bertajuk emansipasi dengan dalih mengangkat derajat wanita atau dikatakan sebagai pembebasan wanita, justru akan mengeluarkan wanita dari agama dan syariat Nabi-Nya saw, ke jalanyang amat jauh dari jalan yang diridhoi Allah. Mereka hendak mengubah aqidah dan agama Allah menjadi sebuah ideology buatan manusia yang penuh hawa nafsu. Wanita terjajah, terjerat, terekploitasi habis-habisan, dan mudah dinikmati siapa saja. Para penyeru kebebasan wanita berusaha sekuat tenaga menodai kehormatan dan kedudukan para wanita, menyeret wanita agar memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki, agar wanita meninggalkan busana muslimahnya (jilbab), agar wanita berhias secantik mungkin, supel, feminim, tampil menawan bagi kaum laki-laki ketika keluar dari rumahnya. Semuanya nampak manis dan menggiurkan, namun pada hakekatnya pahit dan menghancurkan. Emansipasi hanya akan menghancurkan sendi dan kaidah dasar kehidupan masyarkat untuk menebarkan benih kebebasan dan pemikiran sesat yang membuat hidup egois dan angkuh. Melalui sarana informasi, kaum wanita sangat mudah diekspos, bahkan dikomersialkan. Akhirnya wanita tidak memiliki harapan untuk menjadi seorang istri, ibu, saudara, atau anak yang taat. Tabiat wanita berubah menjadi jalang, beringas dan reaktif seperti laki-laki. Anehnya, mereka malah menyukai, dan merasa bangga bisa seperti laki-laki, amat langka sekali wanita yang membencinya. Benarlah sabda Nabi Muhammad saw : Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada fitnahnya kaum wanita (Muttafaqun alaihi) WANITA KORBAN SEKULERISME Gerakan emansipasi wanita ini sebenarnya tumbuh subur dari akar system sekuler tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan, mengganti dengan pemikiran yang bersumber dari ideology materialisme, rasionalisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme, sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran tersebut berangkat dari sikap penolakan wahyu dan mengingkari adanya Allah sehingga menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Emansipasi wanita sangat giat dalam memutarbalikkan jebenaran dan pemahaman yang dipengaruhi oleh kepentingan materi serta pemikiran social untuk menghilangkan nilai agama dan melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis. Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan rumah tangga, mengabaikan dalam mengasuh anak, karena pekerjaan rumah tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak menghasilkan keuntungan materi, dan merupakan tugas sampingan yang bersifat sukarela dan menyibukkan wanita di rumah akan membunuh kreatifitas dan potensi SDM. Bagaimana bisa mendidik anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan ketenangan jiwa, jika semua itu mereka anggap merugikan dan membunuh kreatifitas? Justru orang yang tidak kreatiflah yang berfikiran seperti itu. Wanita sebagai ibu rumah tangga tetap bisa mengeluarkan kreatifitasnya. Yaitu dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah yang sesuai dengan tabiatnya. Seperti menjahit, memasak, merawat tanaman, dan sebagainya.
WANITA TETAP MERUGI Semua orang yang berakal sehat pasti paham bahwa cita-cita pembebasan wanita dari dalam rumahnya hanya akan berujung pada kerusakan. Meskipun mereka benar-benar telah memberi kebebasan dan mengadakan pembelaan tetapi tetap saja mereka meletakkan wanita pada barisan yang paling belakang dalam tingkat kemampuan, jabatan dan SDM, walaupun wanita telah menguras keringat dan banting tulang siang malam. Apabila wanita sudah gandrung keluar rumah, dampak yang timbl adalah kehancuran social, dan tatanan masyarakat yang porak poranda. Wanita dengan terpaksa (atau dengan senang hati) melepas prinsip dan nilai dasar kehidupan untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemudian dia harus melangkahi naluri untuk mendapatkan peluang kerja dan usaha serra untuk mempertahankan hidupnya, kemudian wanita harus bertopeng seram dengan model pakaian yang melawan fitrahnya untuk bisa bersaing dan menarik perhatian. Mereka yang berkoar tentang emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab : pertama, karena itu semua mereka lakukan hanya untuk memberi kepuasan pada diri mereka sendiri, memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat anggota badan yang terbuka dan kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Kedua, karena mereka adalah para makmum bangsa Eropa, manjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari Paris, Itali, London, New York dan Negara kaum kafir lainnya. Sekalipun berupa dansa, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan, telanjang di kolam renang atau pantai. Bagi mereka kebatilan adalah segala yang datang dari timur, sekolah-sekolah Islam, dan masjid-masjid walaupun berupa kehormatan, kemuliaan, kesucian dan petunjuk. Seperti perkataan bahwa orang arab yang poligami itu karena libido mereka tinggi, dan dengan pergaulan bebas dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan menekan libido.
WANITA MERAMBAH KEHIDUPAN Emansipasi berasal dari bahasa latin emancipatio yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan seorang anak yang belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan mengangkat hak dan derajatnya. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke 14 M, dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum laki-laki (Kamus ilmiah Populer hal 74-75). Jadi para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria di segala bidang kehidupan. Emansipasi Pendidikan Mereka menyerukan agar para wanita menuntut ilmu di bangku-bangku perguruan tinggi, sekalipun harus mengorbankan nilai-nilai agamanya. Seperti ikhtilath, bepergian tanpa mahram, pergaulan bebas, bersikap toleran terhadap kemungkaran yang ada di depan mata, yang penting dapat ijazah dan bergelar.
Emansipasi Pekerjaan Jika telah menyelesaikan pendidikan, wanita dituntut bekerja di lingkungan luar dan kasar mengingkari kodratnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita memasuki sector-sektor pekerjaan kaum laki-laki, bercampur baur dengan mereka. Semestinya kaum wanita menjadikan rumahnya seperti istananya, karena memang rumah adalah medan kerja mereka. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orangorang jahiliah yang dahulu (Al-Ahzab:33). Rasulullah bersabda : Dan wanita adalah penanggung jawab di dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban atas tugasnya (HR. Bukhari Muslim). Pada hakekatnya Allah tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf (baik) (Al-Baqarah:233). Emansipasi Pemerintahan dan Politik Hal ini terjadi disebabkan antusiasnya kaum hawa untuk terjun dalam kancah politik. Bahkan kalau perlu dan bisa (dengan memaksa) ketuanya adalah wanita. Padahal anggota (yang dipimpinnya) mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Ada sebuah partai politik (yang membawa bendera Islam) dalam negeri yang memasang slogan bahwa para wanita dijamin mendapatkan jabatan dalam pemerintahannya hingga 30 % dari anggota pemerintah. Lagi-lagi dengan dalih pemberdayaan wanita. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah swt: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) (An-Nisa:34) Dan orang laki-laki tidaklah sama seperti orang perempuan (Ali Imron:36)
WANITA MEMANG SALAH Apabila wanita (ibu) sudah suka keluar rumah, bahkan itu dianggap sebagai kewajiban maka tak heran jika timbul berbagai dampak yang mengerikan. 1 Timbulnya pengangguran bagi kaum laki-laki. Sebab lapangan pekerjaan telah dibanjiri oleh kebanyakan kaum wanita. 2 pecahnya keharmonisan rumah tangga. Sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas utamanya dalam rumah seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, melayani suami dan anggota keluarga. Akibatnya rumah berantakan tak terurus. 3 Keadaan perkembangan anak jadi kurang terkontrol. Lantaran ayah dan ibu sibuk bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya muncul dengan subur kenakalan anak-anak dan remaja. 4 Terjadinya percekcokan dan perseteruan antara suami-istri, karena ketika suami menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya, si istri merasa capek dan lelah, lantaran seharian kerja di luar rumah. 5 Terjadinya perselingkuhan, karena suburnya budaya ikhtilath dan tabarruj. Perselingkuhan bisa juga disebabkan dari sisi dalam rumah, jika ketika suami ada di rumah dan istri sering tidak ada di rumah, tak jarang terjadi perselingkuhan antara pembantu dengan tuannya. 6 Jika wanita itu masih gadis, maka ia akan menjadi gadis yang liar dan doyan kelayapan. Menjadi santapan para laki-laki jalanan. Suka bersuara keras di jalan dengan berteriak dan suka tertawa terkekeh-kekeh untuk mencari perhatian laki-laki. Sehingga jauhlah dia dari nilai wanita dan anak yang sholehah. Dan masih banyak lagi dampak negative yang ditimbulkan dari adanya emansipasi ini. Akhirnya, wahai para ibu, para gadis, pulanglah kalian ke rumah. Rumah adalh sebaik-baik hijab bagimu. Jangan menjadi wanita jalanan. Emansipasi hanyalah propaganda kaum kafir untuk menghancurkan Islam. Sadarlah bahwa diri kalian berbeda dengan kaum laki-laki. Kalian bertanggung jawab terhadap rumah tangga. Kalian banyak sekali kelemahan. Kalian harus haid setiap bulan, harus hamil, nifas, menyususi dan mengasuh anak. Lakukanlah pekerjaan yang sesuai dengan tabiatmu. Kalian tak bakalan sanggup menandingi kaum pria dalam segala pekerjaan. Ingatlah anak-anak di rumah, siapa yang mendidik mereka agar menjadi generasi Islam yang tangguh yang menolong agama Allah. Sumber : 1. Syaikh Shalih bin Abdullah bin Humaid, EMANSIPASI WANITA, Ditjen Kelembagaan Agama Islam Dept. Agama RI, 2002 (penerjemah Zaenal Abidin, Lc) 2. Majalah Al Furqon, Edisi 2 tahun I 3 Ali Thanthawi, JDC Series on Islam : WAHAI PUTRIKU, Jeddah Dawah Center (tidak disebutkan penerjemahnya) 4http://arifardiyansah.wordpress.com/2007/06/16/emansipasi-wanita-di-mata-islam/ 5
Seputar Dunia Islam 3
Sifat Islam sebagai agama fitrah yang hadir berupa panduan untuk seluruh manusia, baik lelaki maupun perempuan menunjukan bukti yang nyata wujud dari sebuah tanggungjawab kekhalifahan di muka bumi ini. Petunjuk tersebut dapat kita temukan dalam kitab suci Al-Quran bahwa Mayoritas dari setiap perintah keagamaan bersifat ijmaly (umum) yang merangkum kaum lelaki dan perempuan, seperti halnya Islam pun tidak sama sekali membedakan antara mereka dari segi tanggungjawab di atas bumi juga pembalasan di akhirat nanti. Kontribusi muslimah di dalam gerakan dakwah menjadi sesuatu yang tidak dapat dinafikan lagi. Contoh ini telah dibuktikan oleh para muslimah terdahulu seperti Khadijah binti Khuwailid sebagai perempuan pertama yang menyambut seruan Iman dan Islam, Aisyah binti Abu Bakar sebagai salah satu gudang ilmu, Ummu Ammarah Nusaibah binti Kaab yang mati-matian di medan Uhud dan beberapa kali terlibat dalam peperangan khususnya bagian logistik dan medis , Sumaiyah binti khubath, orang pertama yang mendapat gelar syahidah seorang budak perempuan dari Mekkah yang dinikahi oleh seorang Yasir bin Amir bin Malik. Sumayyah menjadi syahidah ketika ia menentang umpatan dan sumpah serapah Abu Jahal yang mengolok-olok Rasulullah saw, sejarah diatas adalah bukti konkret bahwa peran muslimah memiliki cakupan jauh lebih luas dari hanya sekadar beroperasi di dalam rumahnya. Namun legalitas tersebut bukan sebagai dalih atas ideologi baru seputar dunia wanita, jika kita mereview kembali muslimah pada era kekinian, tidak sedikit yang telah terkontaminasi oleh corak globalisasi yang tidak terfilter dengan baik, corak ini terlihat dari munculnya ide-ide emansipasi dan feminisme negatif yang demikian santer di dunia bagian barat, erat kaitannya dengan Women Liberation movement ( gerakan pembebasan wanita ). Gerakan ini dikenal dengan sebutan Womens Lib ( WL ) kedua ideologi tersebut seringkali membuyarkan peran strategis wanita muslim sebagai aset dakwah yang tidak melulu harus dikolerasikan dengan ragam aktifitas yang ingin disejajarkan dengan laki-laki saja, tapi lebih dari itu yakni kembali kepada diri muslimah sendiri, kesadaran akan kodratnya sehingga gerak-gerik yang ia hasilkan selalu berlandaskan islam. Lazimnya perempuan=perempuan muslim tidak perlu resah, karena islam sejatinya sangat memuliakan wanita serta memberikan hak-haknya di ranah keagamaan, intelektual juga sosial. Ada beherapa pilar yang dapat dijadikan sandaran bagi muslimah untuk berkiprah dalam lapangan dakwah di masyarakat: Pertama, Pria dan wanita memiliki derajat hak dan tanggung jawab yang sama disisi Allah Taala. Namun jangan beranggapan bahwa persamaaan ini juga mcnuntut tugas yang sama. kcduanya bagaikan dua bintang yang berada dalam orbit berbeda. namun saling melengkapi. Untuk itu, keduanya pun harus memiliki bekal yang cukup sehingga tugas yang diletakkan pada pundaknya dapat terlaksana. Kedua, pria dan wanita diberi bekal fitrah dan potensi yang sama. Saat Allah Taala menciptakan manusia, tak pernah dibedakan apakah ia perempuan atau laki-laki. Karena itu, peluang perempuan untuk berprestasi terbuka sama lebarnya dengan lakilaki. Tinggal sekali lagi, tentu keduanya berada pada orbit masing-masing. Maka tak heran jika Rasulullah saw memuji wanita Anshar yang giat bertanya: ,,Allah akan merahmati wanita Anshar, mereka tidak malu-malu lagi mempelajari agama. Ketiga, wanita islam haruslah wanita yang penuh dengan vitalitas dan kerja nyata. Rasulullah saw menganjurkan agar kaum wanita selalu berkarya,Sebaikbaik canda seorang mukminah di rumahnya adalah bertenun. (Asadul Ghabah, jilid 1 hal.241) Qailah Al-Anmariyah, seorang sahabiyah yang juga pedagang, pernah bertanya pada Rasul: ,,Ya Rasulullah, saya ini seorang pedagang. Apabila saya mau menjual barang, saya tinggikan harganya di atas yang diinginkan, dan apabila saya membeli saya tawar ia di bawah yang ingin saya bayar. Maka Rasul menjawab, Ya, Qailah! Janganlah kau berbuat begitu. kalau mau beli, tawarlah yang wajar sesuai yang kau inginkan. dikasih atau ditolak. Islam tidak melarang seorang wanita menjadi dokter, guru sekolah, tokoh masyarakat, perawat, peneliti dalam berbagal bidang ilmu, penulis, penjahit serta profesi lain sepanjang itu tidak bertentangan dcngan kodrat kewanitaanya. Keempat, hendaknya aktivitas di berbagai bidang itu tidak melupakan tugas utama seorang wanita sebagai penanggung-jawab masalah kerumah-tanggaan Jika keserasian ini terjaga, maka tak hanya ummat Islam yang heruntung karena mendapat tambahan tenaga dan partner baru dalam berjuang, di samping itu pula kita menyadari bahwa tanggungjawab yang kita pikul lebih besar dari kapasitas kemampuan yang kita miliki, oleh karenanya posisi manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup secara individualis menunjukan perlunya kerjasama dan kebersamaan (jamaah) dalam upaya mendukung ruang gerak dakwah kita, agar senantiasa mengantarkan kepada clta-cita menegakkan kalimat Allah, begitupun cita-cita Islam tidak akan tercapai jika kita hanya menyatakan bahwa Islam itu benar, indah dan sempurna tetapi kebenaran, keindahan dan kesempurnaan itu tidak kita perjuangkan dan kita dakwahkan. Semoga Allah Taala selalu menyertai langkah kita semua. 3http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/arsip/pentas-muslimah-sebagai-aset-dakwah.html