Anda di halaman 1dari 24

Imunisasi Dasar sebagai Pencegahan Infeksi pada Anak

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Kepribadian


(MPK) Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Nurbaya, M.Pd.


Disusun oleh: Kelompok 2
Sabrina Sinurat 04111001066
Jim Christover Niq 04111001076
Fadhli Aufar Kasyfi 04111001091
Rio Yus Ramadhani 04111001103
Diva Zuniar Ritonga 04111001108
Tri Nisdian Wardiah 04111001109
Ridhya Rahmayani 04111001111

PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2014

Diagram Pohon Terbalik (Isi)

Kesehatan
Sistem
Tubuh
Masyarakat
dan Komunitas
Anak Usia
Lanjut
Kegawatdaruratan
Infeksi Kelainan
Bawaan
Kelainan
Metabolik
Keganasan
Gangguan
Tumbuh
Kembang
Pencegahan Pengobatan Rehabilitatif
Imunisasi Kebersihan
Personal
Kebersihan
Lingkungan
Nutrisi
Imunisasi
Dasar
Imunisasi
Tambahan
PIRAMIDA TERBALIK






JUDUL
Imunisasi Dasar sebagai Pencegahan Infeksi pada Anak

Kesehatan
Kesehatan Anak
Infeksi
Pencegahan
Imunisasi
Imunisasi
Dasar
KERANGKA KARANGAN

Kerangka Topik
1. Infeksi pada anak
2. Definisi imunisasi
3. Jenis-jenis imunisasi
4. Stigma masyarakat
5. Imunisasi dasar
6. Manfaat imunisasi dasar
7. Program pemerintah


Kerangka Kalimat
1. Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh.
2. Imunisasi adalah pengebalan dengan memasukan mikroorganisme yang
dilemahkan.
3. Imunisasi terbagi atas dua jenis yaitu imunisasi aktif dan pasif.
4. Imunisasi dasar adalah usaha pencegahan infeksi pada bayi.
5. Imunisasi dasar lengkap wajib diberikan pada anak dibawah satu tahun.
6. Imunisasi dasar diberikan bertahap.
7. Pendapat negatif tentang imunisasi harus dihilangkan.
8. Imunisasi mencegah banyak penyakit.
9. Pemerintah berusaha meningkatkan pelayanan imunisasi.

Imunisasi Dasar sebagai Pencegahan Infeksi pada Anak
Sabrina Sinurat, Jim Christover Niq, Fadhli Aufar Kasyfi, Rio Yus Ramadhan,
Diva Zuniar Ritonga, Tri Nisdian Wardiah, Ridhya Rahmayani


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA


I. PENDAHULUAN

Imunitas merupakan pertahanan utama tubuh manusia. Imunitas
berkembang secara bertahap mulai dari bayi hingga dewasa. Sistem ini berperan
penting dalam menghadapi dan melawan berbagai macam pernyakit, termasuk
infeksi.
Infeksi masih menjadi salah satu penyebab terbesar angka kematian dan
angka kesakitan pada anak. Hal ini diperberat dengan daya imunitas anak yang
masih belum sempurna. Dengan imunitas yang masih belum baik, anak-anak
cenderung lebih mudah untuk terkena infeksi. Salah satu upaya preventif dalam
menangani masalah infeksi ini adalah dengan diadakannya imunisasi. Ada lima
imunisasi dasar yang wajib diberikan pada anak usia 0 sampai 1 tahun.
Pentingnya imunisasi ini membuat pemerintah mencanangkan program
pelayanan imunisasi. Program ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat
memperoleh pelayanan imunisasi, terutama imunisasi dasar. Walaupun imunisasi
ini memiliki manfaat yang sangat banyak untuk kesehatan anak, masih banyak
masyarakat yang enggan untuk mengimunisasi anaknya. Hal ini terjadi oleh
karena imunisasi dasar masih mendapat banyak tanggapan negatif dari
masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa imunisasi itu haram, imunisasi campak
dan polio itu tidak penting, dan ada juga yang mengatakan jika imunisasi bisa
menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa perlu
dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai manfaat dan kepentingan imunisasi
dasar.
Karya tulis ini bertujuan umum untuk mengetahui pentingnya imunisasi
dasar sebagai pencegahan infeksi pada anak. Selain itu, secara khusus karya tulis
ini bertujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan imunisasi dasar yang benar,
jenis-jenis imunisasi, manfaat-manfaat imunisasi, stigma-stigma masyarakat
terhadap imunisasi, dan program-program pemerintah terkait imunisasi dasar.
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari karya tulis ini adalah
menjadi sumber informasi mengenai imunisasi dasar sebagai pencegahan infeksi
pada anak. Selain itu, karya tulis ini diharapkan pula dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai imunisasi dasar. Karya tulis ini juga diharapkan
dapat memperbaiki stigma masyarakat terhadap imunisasi. Dengan demikian, hal-
hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan imunisasi
sehingga dapat menurunkan angka kejadian infeksi pada anak.
Metode penulisan yang digunakan pada karya tulis ini adalah metode
penulisan studi pustaka. Metode penulisan ini dilakukan dengan mengumpulkan
bahan, materi, data, dan informasi yang berasal dari buku-buku, jurnal, maupun
sumber internet
II. ISI


2.1 Definisi Infeksi dan Imunisasi
Istilah infeksi dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Salah satu definisi
infeksi yang digunakan hingga saat salah satunya dapat ditemukan dalam kamus
kedokteran Dorland. Definisi infeksi yang terdapat di dalam kamus kedokteran
Dorland (Kamus Kedokteran Dorland 2007, 31 ed, hal. 1090) adalah sebagai
berikut
Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam
jaringan tubuh; secara klinis mungkin tidak tampak (infeksi subklinis) atau
tetap lokalisata dengan cedera selular akibat metabolisme kompetitif,
toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen-antibodi.

Infeksi dapat menyerang siapa saja, baik dewasa, usia lanjut, maupun
anak-anak. Setiap orang memiliki kerentanan yang berbeda-beda dalam melawan
infeksi. Anak-anak memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap sumber-sumber
infeksi karena sistem imun tubuh mereka yang masih belum sempurna. Maka dari
itu, anak-anak sangat membutuhkan imunisasi untuk mencegah terjadinya infeksi.
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia, imunisasi adalah pengimunan; pengebalan (terhadap
penyakit). Kemudian menurut kamus kedokteran Dorland, imunisasi adalah
induksi imunitas yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif, imunisasi adoptif, dan
imunisasi pasif (Dorland, 2007:1069).

2.2 Jenis-jenis Imunisasi
Pada dasarnya, imunisasi terbagi atas dua jenis yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri yang membuat zat anti
yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Adapun tipe vaksin yang dibuat ada
yang hidup dan mati. Vaksin yang hidup mengandung bakteri atau virus (germ)
yang tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan merangsang
pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau virus atau bahan
toksik yang dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid.
Sedangkan imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Biasanya,
imunisasi-imunisasi ini diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan
pada mulut anak. Ada banyak macam imunisasi yang dapat diberikan, seperti
imunisasi BCG, DPT, polio, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya,
imunisasi ini dibagi lagi menjadi imunisasi yang wajib diberikan atau imunisasi
dasar dan imunisasi tambahan atau yang tidak diwajibkan.

2.3 Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi baru lahir
sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan (Depkes RI, 2005). Imunisasi dasar merupakan imunisasi yang
paling tidak harus diterima oleh anan-anak sebelum usia satu tahun. Pemerintah
Indonesia telah mewajibkan pemberian imunisasi dasar terhadap anak dibawah
satu tahun sebagai salah satu perwujudan keikutsertaan Indonesia dalam salah satu
program WHO. Pemberian imunisasi dasar merupakan suatu usaha pencegahan
terhadap berbagai infeksi pada bayi. Pemberian imunisasi dasar merupakan suatu
hal yang sangatlah penting untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh bayi
yang belum sempurna. Dengan imunisasi dasar, angka kesakitan dan kematian
bayi diharapkan bisa menurun.
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) tahun 2014,
imunisasi yang diberikan pada bayi baru lahir hingga usia 12 bulan adalah
Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, Campak, dan
Varisela. Akan tetapi, berdasarkan brosur resmi yang dikeluarkan oleh Depkes
pada tahun 2009, pemerintah mewajibkan lima imunisasi dasar yang diberikan
pada anak usia kurang dari satu tahun dan disebut sebagai lima imunisasi dasar
lengkap. Lima imunisasi dasar lengkap tersebut adalah imunisasi Hepatitis B
sebanyak 4x, BCG sebanyak 1x, DPT sebanyak 3x, dan Campak sebanyak 1x.
Imunisasi Hepatitis B diberikan satu kali pada bayi usia hingga satu
minggu, dan tiga kali diberikan bersama imunisasi DPT. Imunisasi Hepatitis B
dapat mencegah penyakit hepatitis B dan kerusakan hati. Pemberian imunisasi
BCG diberikan satu kali pada usia satu bulan dan bermanfaat untuk mencegah
penyakit tuberkulosis (TBC). Imunisasi DPT-Hepatitis B diberikan tiga kali pada
usia dua, tiga, dan empat bulan. Imunisasi DPT-Hepatitis B dapat mecegah difteri
(salah satu penyebab gangguan pernapasan), pertusis (batuk rejan), tetanus, dan
hepatitis B. Imunisasi selanjutnya atau imunisasi polio merupakan imunisasi yang
dapat mencegah lumpuh layu pada lengan dan tungkai. Imunisasi ini diberikan
empat kali yaitu pada usia satu, dua, tiga, dan empat bulan. Imunisasi terakhir
dalam imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi campak, pencegah penyakit
campak, yang diberikan satu kali pada usia sembilan bulan.

2.4 Stigma Masyarakat terhadap Imunisasi
Banyak masyarakat Indonesia yang masih memiliki stigma negatif
terhadap imunisasi dasar bagi anak-anak. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan
yang diunggah oleh sebuah surat kabar swasta kota Balikpapan, Balikpapan Pos
Online, yang dicantumkan pada jumat 20 maret 2013.
Masyarakat Balikpapan harus segera menghilangkan stigma negatif
terhadap imunisasi. Terutama para orang tua yang kerap menolak anaknya
diimunisasi, padahal imunisasi sangat penting untuk kesehatan. Hal inilah
yang diharapkan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan. Pasalnya,
hingga saat ini masih ada saja masyarakat yang menyebut imunisasi
haram. Adapula yang menilai imunisasi seperti campak dan polio tidak
penting. Masih ada yang menduga imunisasi kerap menyebabkan
kecacatan sehingga imunisasi tidak perlu dilakukan.
Pernyataan tersebut mewakili sebagian pendapat dari masyarakat
Indonesia bahwa tidak semua mengerti dan peduli akan pentingnya imunisasi bagi
anak-anak Indonesia.

2.5 Manfaat Imunisasi
Imunisasi dapat bermanfaat bagi diri sendiri juga orang-orang
disekitarnya. Anak yang mendapat imunisasi dasar lenhkap akan terlindung dari
beberapa penyakit berbahaya dengan meningkatnya kekebalan tubuh. Beberapa
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi adalah hepatitis B,
difteri, pertusis, tetanus, campak, polio, tuberkuloasis paru, kelenjar, tulang, dan
radang otak. Selain itu, juga dapat mencegah penularan penyakit kepada orang-
orang disekitarnya. Hal ini dapat meningkatkan derajat kesehatan nasional dengan
semakin jarangnya penyakit, terutama penyakit menular.

2.6 Program Pemerintah terkait Imunisasi
Untuk menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap imunisasi dasar
bagi anak, pemerintah Indonesia telah mencanangkan program pelayanan
imunisasi yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan sebagai badan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Adapun landasan hukum pelayanan imunisasi di Indonesia
adalah Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 pasal 21 (3) Pelayanan imunisasi
dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi Baccile Calmett
Guerin (BCG), difteri pertusis tetanus dan hepatitis-B (DPT-HB), polio, dan
campak. Imunisasi dasar lengkap diberikan kepada balita dengan penyediaan
vaksin oleh pemerinta melalui dinas kesehatan setempat. Fasilitas kesehatan
tingkat pertama melayani balita untuk diberikan imunisasi dasar. Pada tahun 2013,
pemerintah telah menambahkan vaksin Hib (Haemophilus influenza tipe B) yang
digabungkan dengan vaksin DPT-HB menjadi DPT-HB-Hib.
III. PENUTUP

Imunisasi adalah menyuntikkan suspensi mikroorganisme dilemahkan atau
dibunuh, diberikan untuk pencegahan atau pengobatan penyakit menular. Anak-
anak sangat membutuhkan imunisasi untuk mencegah terjadinya infeksi.
Imunisasi terbagi atas dua jenis yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Dalam
pelaksanaannya, imunisasi ini dibagi lagi menjadi imunisasi yang wajib diberikan
atau imunisasi dasar dan imunisasi tambahan atau yang tidak diwajibkan.
Anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari
beberapa penyakit berbahaya dengan meningkatnya kekebalan tubuh. Namun,
banyak masyarakat Indonesia yang masih memiliki stigma negatif terhadap
imunisasi dasar bagi anak-anak.
Pemerintah mewajibkan lima imunisasi dasar yang diberikan pada anak
usia kurang dari satu tahun dan disebut sebagai lima imunisasi dasar lengkap,
yaitu imunisasi Hepatitis B sebanyak 4x, BCG sebanyak 1x, DPT sebanyak 3x,
dan Campak sebanyak 1x.
Adapun landasan hukum pelayanan imunisasi di Indonesia adalah
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 pasal 21 (3) Pelayanan imunisasi dasar
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2014. Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Imunisasi. Jakarta: BPJS Kesehatan.
Balikpapan Pos Online. 22 Maret 2013. Warga Teritip Banyak Menolak.
Banin, U. 2011. Imunisasi Dasar, (Online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22315/4/Chapter%2011.pdf, diakses 1
Mei 2014).
Dorland, W.A Newman. 2007. Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31. Jakarta:
EGC
Komite Website IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi IDAI 2014, (Online).
(http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html, diakses
1 Mei 2014).
Pusat Promosi Kesehatan. 2009. Berikan Imunisasi Dasar Lengkap untuk
Melindungi si Buah Hati. Jakarta: Departemen Kesehatan Rebublik
Indonesia.


LAMPIRAN SUMBER BACAAN
I. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Imunisasi (BPJS
Kesehatan), hal. 4 dan 5



II. Warga Teritip Banyak Menolak (Balikpapan Pos Online)

Jum'at, 08 Maret 2013 , 10:59:00
Warga Teritip Banyak Menolak
Imunisasi di Balikpapan Tak Capai 100 Persen
BALIKPAPAN- Masyarakat Balikpapan harus segera menghilangkan stigma negatif
terhadap imunisasi. Terutama para orang tua yang kerap menolak anaknya diimunisasi.
Padahal, imunisasi sangat penting untuk kesehatan. Hal inilah yang diharapkan Dinas
Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan.
Pasalnya, hingga saat ini masih ada saja masyarakat yang menyebut imunisasi haram.
Ada pula yang menilai imunisasi seperti campak dan polio tidak penting. Malah ada yang
menduga, imunisasi kerap menyebabkan kecacatan sehingga imunisasi tidak perlu
dilakukan.
Padahal, Kepala DKK Balikpapan, drg Hj Dyah Muryani mengatakan bahwa anggapan-
anggapan tersebut salah besar. Imunisasi, tegas Dyah-akrabnya disapa, justru berfungsi
sebaliknya. Mencegah penyakit, kecacatan maupun kematian manusia sejak usia dini.
"Saat ini, angka imunisasi di Balikpapan sudah mencapai 95 persen. Belum mencapai
100 persen karena masih ada masyarakat di beberapa kelurahan dan sekolah yang
menolak untuk diimunisasi," kata Dyah-akrabnya disapa.
Makanya, untuk memberikan pemahaman berbagai elemen masyarakat terkait, pihaknya
menggelar raodshow. Sosialisasi terkait pentingnya imunisasi, sekaligus menjawab
keragu-raguan masyarakat. Mulai dari proses pembuatan vaksin imunisasi, sisi manfaat
dan risiko penggunaan vaksin.
Narasumber yang diundang dalam roadshow pun benar-benar kompeten. Masih-masing
memberi penjelasan secara terpirinci. Seperti Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) Pusat, Piprim B Yanuarso SpA (K). Kemudian Dr Amirsyah dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat dan Muhammad Rahmat dari PT Bio Farma Bandung, produsen
pembuatan vaksin di Indonesia.
Semua sudah jelas, bahkan dijelaskan dengan rinci dari narasumber berkompeten.
Bahwa, vaksin tidak haram dan diperbolehkan," terang Dyah.
Ditanya mengenai angka imunisasi di Balikpapan, wanita berjilbab ini membeberkan
bahwa pihaknya memasang target harus tercapai 100 persen. Terutama cakupan
imunisasi kelurahan Universal Child Immunisation (UCI). Mengenai masih adanya warga
Balikpapan yang menolak imunisasi, Dyah mengakuakan berupaya maksimal melakukan
sosialisasi dan penyampaian informasi untuk menghilangkan keragu-raguan masyarakat
tersebut.
"Yang paling banyak menolak adalah warga di Kecamatan Balikpapan Timur, di wilayah
Teritip. Nanti, kita coba sosialisasikan lagi di sana. Di wilayah lain juga ada yang menolak
seperti warga di Balikpapan Tengah. Kalau di wilayah lainnya rutin imunisasi," ungkap
mantan Kepala Puskesmas 24 Jam Klandasan Ilir ini.
Dia juga menjelaskan, mengenai alasan belum tercapainya UCI lantaran selain keraguan
masyarakat atas kehalalan vaksin yang diduga mengandung enzim babi. Juga
dikarenakan efek samping dari pemberian imunisasi seperti autism dan kesterilan alat.
"Tahun 2013 ini, target UCI harus 100 persen. Kalau tahun lalu hanya 92,6 persen dan
cakupan imunisasi BIAS mencapai 95 persen," terang Dyah.
Sementara Kabid P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, dr Achlia MKes mengatakan
bahwa di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) maupun Dinkes Provinsi Kaltim maupun
DKK Balikpapan ada lima jenis imunisasi dasar bagi bayi, yakni imunisasi HB, BCG,
Polio, DPT/HB dan Campak. "Ada lima jenis imunisasi itu saja yang digratiskan
pemerintah berdasarkan alokasi anggaran," jelas dr Achlia.
Dia menambahkan, selain imunisasi dasar juga ada imunisasi lanjutan pada anak
sekolah (BIAS) dengan vaksin DT dan campak untuk kelas I Sekolah Dasar (SD) dan TD
untuk kelas II dan III. Dilanjutkan, imunisasi lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
yakni bagi calon pengantin dan ibu hamil, berupa suntik TT.
"Kalau imunisasi tambahan sendiri seperti kampanye campak, Pekan Imunisasi Nasional
(PIN) Polio dan Backlog Fighting. Sedangkan, imunisasi khusus calon jemaah haji
menggunakan vaksin meningitis," pungkas Achlia.(rus)



III. Imunisasi Dasar (Banin, U, hal 1-5)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Imunisasi Dasar
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling
efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir
sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.
(Depkes RI, 2005).
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika
masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat
anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat
anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.
Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk
antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody
tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk
ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Satgas IDAI, 2008).
2.1.1 Tujuan Imunisasi
Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai
cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra
sekolah. Adapun tujuan program imunisasi dimaksud bertujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain,
Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio dan Tuberculosis.
2. Tujuan Khusus, antara lain :
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa
Kelurahan pada tahun 2010.
b. Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di
Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada
tahun 2008.
c. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus
TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada tahun 2008.
d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak
turun pada tahun 2006.

2.1.2 Sasaran Program Imunisasi
Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :
1. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT,
Polio, Campak dan Hepatitis-B.
2. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin)
untuk mendapatkan imunisasi TT.
3. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan
imunisasi DPT.
4. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk
mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-
anak SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI,
2005).
2.1.3 Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit;
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit;
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Depkes RI, 2001).

2.2 Jenis Imunisasi
2.2.1 Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan
selama bertahun-tahun (A.H Markum, 2002).
Adapun tipe vaksin yang dibuat hidup dan mati. Vaksin yang hidup
mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi
tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri
atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan
disebut toxoid. (A.H Markum, 2002).
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah :
- BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
- DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
- Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
- Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).
- Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.
2.2.2 Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk
memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif
tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk upaya
pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun
virus (Satgas IDAI, 2008).
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan antibodi
tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan
jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah immunoglobulin G (LgG).
Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis
yang ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif
secara didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung
antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama,
sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil
produksi tubuh sendiri, melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari luar
tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Inmunoglobulin yang dapat
mencegah anak dari penyakit campak (measles). (AH, Markum, 2002)

2.2.3 Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi
a. Vaksin BCG ( Bacillius Calmette Guerine )
Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang
lebih luas, Departemen Kesehatan Menganjurkan pemberian BCG pada umur
antara 0-12 bulan.
b. Hepatitis B
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan
upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan
melalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya.
c. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT tidak boleh diberikan sebelum
umur 6 minggu ) dengan interval 4-8 minggu.
d. Polio
Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program pengembangan
imunisasi ( PPI ) sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan yang tinggi.
e. Campak
Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur
9 bulan.

IV. Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31 (Definisi Infeksi dan
Imunisasi)
Infection: Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau
parasit dalam jaringan tubuh; secara klinis mungkin tidak tampak
(infeksi subklinis) atau tetap lokalisata dengan cedera selular akibat
metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen-
antibodi. Infeksi dapat tetap lokalisata, subklinis, dan bersifat
sementara jika mekanisme pertahanan tubuh efektif. Namun, infeksi
dapat menetap, menjadi simtomatik, atau menyebar luas untuk
kemudian menjadi penyakit yang bersifat akut, subakut, atau kronik.
Infeksi lokal dapat menjadi sistemik ketika mikroorganisme penyebab
mendapatkan akses untuk memasuki sistem limfatik atau aliran darah.
Immunization: induksi imunitas; lihat active i. dan passive i.
active i. stimulasi sistem imun untuk membentuk pertahanan
melawan penyakit, e.g., dengan pemberian vaksin atau toksoid.
adoptive i. imunisasi pasif dengan transfer limfosit yang
tersensitisasi dari donor imun ke resipien yang sebelumnya
nonimun.
passive i. timbulnya reaktivitas imun spesifik pada individu yang
sebelumnya nonimun melalui pemberian sel limfoid tersensitisasi
atau serum dari individu yang imun.

V. Jadwal Imunisasi IDAI 2014 (Komite Website IDAI)
Keluhan Anak
Imunisasi
ASI
Review
Seputar Kesehatan Anak
Imunisasi
22 April 2014
Jadwal Imunisasi IDAI 2014



Tabel Jadwal Imunisasi 2014


Keterangan:
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
1. Vaksin Hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
didahului pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan
vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang
berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B
monovalen atau vaksin kombinasi.
2. Vaksin Polio. Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-
0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan
vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin
IPV.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2
bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6 minggu.
Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk
anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan harus vaksin Td, di-booster setiap
10 tahun.
5. Vaksin Campak. Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD
kelas 1 (program BIAS).
6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV
diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali. Keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau
minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV
diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus
pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14
minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin
rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak
melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan
umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan
pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).
8. Vaksin Varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, namun
terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih
dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
9. Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang
setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur
kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6
<36 bulan, dosis 0,25 mL.
10. Vaksin Human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10
tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin
HPV tetravalen dengan interval 0, 2, 6 bulan.


VI. Berikan Imunisasi Dasar Lengkap untuk Melindungi si Buah Hati
(Depkes)

Anda mungkin juga menyukai