Untuk membandingkan performa material, umumnya dilakukan pengukuran karakteristik dengan standar tertentu, contohnya ASTM (American Standard Testing Method), J IS (Japan Industrial Standard), atau juga pada beberapa aplikasi di Indonesia juga dikenal SNI (Standar Nasional Indonesia) Melt Flow Rate (MFR) adalah suatu ukuran kekentalan material plastik pada saat terkena panas diatas temperatur lelehnya. Pada industri plastik, MFR berguna dalam menentukan jenis proses dan kondisi proses (umumnya terkait pengaturan temperatur) yang dapat digunakan terhadap material tersebut. Pada prinsipnya semakin tinggi MFR maka material akan semakin encer sehingga temperatur proses yang dibutuhkan semakin rendah. 2 BUKU SAKU : PLASTIK Cara pengukuran MFR yaitu dengan mengukur berat lelehan PP akibat terkena beban 2.16 kg pada temperatur 230C dalam 10 menit. Sehingga dapat juga menggambarkan ukuran kekentalan polimer pada saat terkena panas. Standar: ASTM D1238 Tri Polyta memiliki produk dengan variasi MFR mulai dari 1.2 35 gr / 10 min, sesuai dengan desain aplikasi produk tersebut. Pada penamaan grade Tri Polyta, MFR Karakteristik Aliran < 4 Kental 4 10 Sedang 10 20 Encer 20 40 Sangat Encer > 40 Sangat Sangat Encer 3 BUKU SAKU : PLASTIK MFR ditunjukkan melalui dua digit kode angka di tengah nama grade. Contohnya Tril ene HF2.9BO karena didesain untuk aplikasi flm extrusion, maka memiliki MFR rendah (kental), yaitu 2.9 gr / 10 min. Sebaliknya Tril ene RI10HC untuk aplikasi injection molding dituntut memiliki ke-encer-an yang baik, maka memiliki MFR 10 gr / 10 min. Home Densit y (Berat Jeni s) merupakan ukuran kepadatan molekul dalam material, sehingga terkait berat dan volume produk. Density ini merupakan parameter penting pada material PE. Namun pada PP, density merupakan karakteristik dasar yang relatif konstan. Dalam membandingkan beberapa jenis material, pada dasarnya semakin tinggi berat jenis suatu material maka berat benda semakin tinggi untuk ukuran volume yang sama. 4 BUKU SAKU : PLASTIK Cara pengukuran berat jenis adalah dengan mengukur perbandingan antara berat dan volume suatu benda. Standar: ASTM D792 dan D1505 Note: kg/mx0.001 = gr/cm Tensile Strength at Yield yaitu ukuran kekuatan mekanis suatu material untuk mempertahankan bentuknya (tidak mulur) apabila ditarik. Pada dasarnya semakin tinggi Tensile Yield Strength maka material semakin kaku (tidak mudah mulur). Standar: ASTM D638 (at 50 mm/min) Home Material Density (Kg/m 3 ) PP (Homo) 903 PP (Random) 895-903 PP (ICP) 900 LDPE 910-925 HDPE 941-965 PS (GPPS & HIPS) 1050 ABS 920-1180 PET 1560 Home 5 BUKU SAKU : PLASTIK Tensile Elongation at Yield Bersamaan dengan pengukuran Tensile Strength, data lain yang didapat dari pengujian tarik yaitu regangan (mulur) maksimum yang dialami benda dalam kondisi yang elastis (dapat kembali). Pada aplikasi sehari-hari, kondisi dapat kembali ini contohnya terlihat saat karet atau pegas ditarik dan kemudian dilepaskan. Pada dasarnya semakin tinggi Tensile Yield Elongation maka material semakin ulet. Note: Mpa x 10.2 = kg/cm, Mpa x 145 = psi Material Tensile Strength (Mpa) Tensile Elongation (%) PP (Homo) 33-40 13-14 PP (Random) 20-30 14-15 PP (ICP) 27-29 11-13 LDPE 9-15 150-600 (break) HDPE 26-33 4-18 PS (GPPS & HIPS) 24-56 1-4 (break) ABS 33-50 1.5-100 (break) PET 159 4 6 BUKU SAKU : PLASTIK Fl exural Modulus (1% secant) adalah sifat mekanis yang menunjukan ukuran kekakuan dari suatu produk plastik. Pada produk jadi (aplikasi), contohnya seperti pada gelas thermoforming, Flexural Modulus dapat digantikan melalui pengukuran top load.
Note: Mpa x 10.2 = kg/cm 2
Mpa x 145 = psi Home 7 BUKU SAKU : PLASTIK Pada prinsipnya semakin tinggi Fleksural Modulus maka material semakin kaku. Cara pengukuran Flexural Modulus yaitu dengan menekan sampel hingga membengkok. Sehingga dengan mengukur ketahanan material terhadap pembengkokan, Flexural Modulus akan menjadi ukuran kekakuan material. Standar: ASTM D790A (at 1.3 mm/min) Note : J /m x 0.102 = kg-cm/cm Material Flexural Modulus (Mpa) PP (Homo) 1260-1600 PP (Random) 730-1025 PP (ICP) 1170-1300 LDPE 240-330 HDPE 1000-1552 PS (GPPS & HIPS) 1910-7586 ABS 897-4138 PET 2000 Home 8 BUKU SAKU : PLASTIK Notched Izod Impact Strength adalah ukuran ketahanan benturan dari suatu produk plastik. Pada aplikasi, umumnya Impact Strength dapat diukur melalui pengujian drop test. Pada dasarnya semakin tinggi Impact Strength maka material semakin kuat (tidak mudah pecah). Cara pengukuran Notched Izod Impact Strength ini adalah mengukur ketahanan material terhadap benturan (tumbukan) pendulum. Standar: ASTM D256 (at 23C) 9 BUKU SAKU : PLASTIK Material Izod Impact Strength (J/m) PP (Homo) 30-40 PP (Random) 81-110 PP (ICP) 135-160 LDPE No Break HDPE 30-373 PS (GPPS & HIPS) 19.7-93 ABS 105-640 PET 90-101 Hardness, Rockwell Pengujian kekerasan material sebenarnya merupakan pengukuran ketahanan material terhadap pembebanan (tekan) setempat atau pengoresan. Pada industri injection molding, produk-produk dengan kekerasan yang baik akan memiliki ketahanan gores yang lebih baik. Sedangkan pada industri thermoforming, kekerasan yang tinggi akan memudahkan proses cutting. Pada dasarnya semakin tinggi hardness maka material semakin keras atau dengan kata lain semakin kaku.
Home 10 BUKU SAKU : PLASTIK Material Hardness (R Scale) PP (Homo) 100-102 PP (Random) 65-85 PP (ICP) 78-85 LDPE 42-46 HDPE 58-80 PS (GPPS & HIPS) 38-130 ABS 75-120 PET 105 Karena pada pengujian ini, sampel ditekan dengan suatu indentor, contohnya pada standar Rockwell digunakan bola baja , hingga tercetak suatu jejak indentasi. Standar: ASTM D785 Home 11 BUKU SAKU : PLASTIK Heat Defection Temperature (HDT) merupakan temperatur dimana material mulai mengalami perubahan bentuk, akibat pengaruh beban tekuk (0.455 MPa) dan temperatur tinggi. Umumnya, HDT digunakan sebagai batasan temperatur aplikasi dari suatu produk plastik. Contohnya ketika hendak mengunakan suatu piring plastik untuk memanaskan makanan dalam microwave, tentu kita tidak ingin menggunakan piring yang akan melunak atau bahkan meleleh bila digunakan. Karena itu, perlu dipilih material polimer yang memiliki HDT yang sesuai dengan aplikasi. Pada dasarnya semakin tinggi HDT maka material akan semakin tahan terhadap temperatur tinggi. 12 BUKU SAKU : PLASTIK Standar: ASTM D648 Material HDT ( o C) PP (Homo) 100-115 PP (Random) 65-85 PP (ICP) 100-105 LDPE 38-49 HDPE 65-95 PS (GPPS & HIPS) 87-95 ABS 102-107 PET 71 Vicat Sof tening Point (VSP) yaitu temperatur dimana material mulai mengalami pelunakan. Perbedaan HDT dengan VSP adalah metode pembebanannya. VSP ini penting diketahui terutama pada aplikasi-aplikasi yang menggunakan tahap pemotongan atau pengrusakan Home 13 BUKU SAKU : PLASTIK Material VSP ( o C) PP (Homo) 152 PP (Random) 121-125 PP (ICP) 148 LDPE 88-100 HDPE 120-130 PS (GPPS & HIPS) 101-107 ABS 111 PET 80 pada kondisi panas. Contohnya pada hot cutting botol atau cutting setelah proses forming pada thermoforming. Pada dasarnya semakin tinggi VSP maka semakin tahan temperatur tinggi Standar: ASTM D1525B Home 14 BUKU SAKU : PLASTIK Melting Temperature DSC, 2 nd heat atau temperatur leleh adalah temperatur dimana material mulai mengalami perubahan dari wujud padat menjadi lelehan. Pada dasarnya semakin tinggi Temperatur Leleh maka temperatur proses semakin tinggi. Pada aplikasi industri plastik, temperatur leleh ini digunakan sebagai identitas material plastik. Contohnya ketika ingin mengetahui komponen penyusun suatu produk plastik, melalui temperatur leleh, dapat diduga material polimer penyusunnya. Misalnya pada suatu pellet yang tidak diketahui jenis materialnya diketahui temperatur lelehnya yaitu 162C, maka diduga material tersebut adalah PP. 15 BUKU SAKU : PLASTIK Sedangkan yang dimaksud dengan DSC yaitu Differential Scanning Calorimeter. DSC ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur temperatur leleh material. Seperti terlihat pada gambar berikut wadah sampel sampel polimer wadah standar pemanas Komputer untuk memproses heat flow menjadi informasi temperatur leleh 16 BUKU SAKU : PLASTIK Standar: ASTM D3418 (at 10C/min) Berikut ini adalah contoh temperatur leleh beberapa material polimer Material Melting Point ( o C) PP (Homo) 161-163 PP (Random) 144-146 PP (ICP) 163 LDPE 98-115 HDPE 130-137 PS (GPPS & HIPS) 150-243 ABS 88-125 PET 250-265 Home