Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang
Penyakit anjing gila atau dikenal dengan nama rabies merupakan infeksi menular akut
(bersifat zoonosis) pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan
melalui gigitan hewan penular terutama anjing, kucing, kera. Namun rabies dapat menular
melalui beberapa cara antara lain cakaran hewan, sekresi yang mengontaminasi membran
mukosa, virus yang masuk melalui rongga pernapasan dan tranplantasi kornea.
1

Mengingat akan bahayanya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena
dampak buruknya selalu diakhiri kematian serta dapat mempengaruhi dampak perekonomian
khususnya bagi pengembangan daerah-daerah pariwisata di Indonesia yang tertular rabies, maka
usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan
seintensif mungkin, bahkan menuju pada program pembebasan.Program pembebasan rabies
merupakan Kesepakatan Nasional dan merupakan kerjasama kegiatan 3 (tiga) Departemen, yaitu
Departemen Pertanian (Ditjen Peternakan), Departemen Dalam Negeri (Ditjen PUOD) dan
Departemen Kesehatan (Ditjen PPM & PL) sejak awal pelita V tahun 1989 hingga diperpanjang
sampai tahun 2000.
2
Menurut laporan WHO (2005), penyakit rabies dapat timbul akibat kelalaian manusia
neglected disease karena penyakit ini sebenarnya dapat dicegah sebelum muncul. Penyakit
rabies tersebar di seluruh dunia dengan perkiraan 55.000 kematian pertahun, hampir semuanya
terjadi di negara berkembang. Jumlah yang terbanyak dijumpai di Asia sebesar 31.000 jiwa
2

(56%) dan Afrika 24.000 jiwa (44%). Diperkirakan 30% 50% proporsi dari kematian yang
dilaporkan terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.
3
Situasi Rabies di Indonesia tahun 2010 dilaporkan 78.288 kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR), dengan Lyssa (kematian Rabies) sebanyak 206 orang (0,03%) dan telah
dilakukan pemberian VAR (Vaksin Anti Rabies) 62.920 orang (80,36%). Sampai September
2011 dilaporkan sebanyak kasus GHPR sebanyak 52.503 , dengan Lyssa sebanyak 104 orang
(0,19%) dan telah dilakukan pemberian VAR sebanyak 46.051 (87,71%). Pada tahun 2010
kejadian rabies terbanyak dilaporkan dari provinsi Bali dengan kematian 82 orang (39,80%).
Adapun provinsi yang menekan jumlah Lyssa menjadi 0 kasus pada tahun 2010 ada 8 provinsi
yaitu NAD, Bengkulu, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Situasi Rabies di Indonesia sampai 19 September 2011
dilaporkan 52.503 kasus GHPR, dengan Lyssa sebanyak 104 orang dan telah dilakukan
pemberian VAR sebanyak 46.051 (87,71%).
4
Kasus rabies di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Esser pada tahun 1884 pada seekor
kerbau, kemudian oleh Penning tahun 1889 pada seekor anjing dan oleh Eilerls de Zhaan tahun
1889 pada manusia. Semua kasus ini terjadi di propinsi Jawa Barat dan setelah itu rabies terus
menyebar ke daerah Indonesia lainnya.
1
Di Sumatera Utara kasus GHPR tergolong tinggi yakni, pada tahun 2011 sebanyak 4.262
dengan Lyssa sebanyak 31 (0,73%) dan status positip sebanyak 19 (0,45%) kasus. Dan pada
akhir Maret 2012 sebanyak 705 kasus gigitan dengan Lyssa sebanyak 4 (0,57%) (Dinas
Kesehatan Provinsi, 2012).
3

Data Puskesmas Rambung pada Tahun 2013 sampai bulan Maret 2014 menyatakan angka
keadian penyakit Rabies sebanyak 66 kasus dan telah dilakukan pemberian VAR sebanyak 31
kasus.
Penanggulangan kejadian rabies merupakan sala satu upaya preventif yang berperan dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat gigitan anjing yang sampai saat ini masih
belum dapat dituntaskan pelaksanaan program ini merupakan program yang melibatkan mutli
sektoral baik oleh seluruh unit pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah
dan Swata Instansi dan Organisasi lain yang turut mendukung program ini di samping juga peran
serta masyarakat secara paripurna dan terpadu.
5
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang
gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan rabies.

1.2 . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut; bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
pencegahan rabies pada penduduk kelurahan rambung kecamatan Binjai selatan Provinsi
Sumatera Utara tahun 2014.

1.3 . Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap pencegahan rabies pada penduduk kelurahan rambung kecamatan
Binjai selatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2014.
4

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan
rabies pada penduduk kelurahan rambung kecamatan Binjai selatan Provinsi
Sumatera Utara tahun 2014.
2. Untuk memperoleh gambaran sikap masyarakat terhadap pencegahan rabies pada
penduduk kelurahan rambung kecamatan Binjai selatan Provinsi Sumatera Utara
tahun 2014.

1.4 . Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
jurusan Kedokteran, sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat mengenai penyebab
rabies pada masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan
khususnya pada bidang kesehatan lingkungan (kesling) dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan di bidang kesehatan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk mengetahui tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Masyarakat yang berhubungan dengan kejadian rabies sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan khususnya masyarakat terhadap pencegahan rabies.


5

4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi bagi peneliti lain dalam
mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel yang lain.
5. Bagi Peneliti
Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta kemampuan peneliti terhadap
metodologi penelitian dan statistik.

1.5 . Ruang Lingkup
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif mengenai
gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan rabies. Subjek
penelitian ini yaitu semua kepala keluarga yang berada di wilayah cakupan Puskesmas
Rambung yaitu Rambung Dalam.

Anda mungkin juga menyukai